contoh laporan magang "teknik pembibitan jabon dan trambesi"
I.
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Pertumbuhan
merupakan pertambahan ukuran besar jaringan baru yang ditunjukkan dengan
pertambahan berat dan ukuran fisiknya serta berat kering yang tidak dapat kembali
ke asalnya (irreversible). Suatu
tanaman dikatakan tumbuh apabila aktivitas fisiologis terjadi pada berbagai
macam daerah meristematik seperti pada pucuk, ujung akar serta kambium primer
dan sekunder tanaman (Kramer, 1969; Dwidjoseputro,
1986; Daniel dkk., 1987).
Dalam upaya penurunan emisi karbon di dunia, Pemerintah Indonesia
telah mencanangkan penanaman satu juta pohon di seluruh wilayah Indonesia.
Pencanangan tersebut didukung oleh Pemerintah provinsi sulawesi tengah melalui
program green and clean. Jenis pohon yang ditanam pun kebanyakan Trembesi Samanea
saman (Jacq.) Merr). Tanaman tersebut mampu menyerap gas karbondioksida
puluhan kali dari pohon biasa (Anonim, 2010a).
Hal
salah satu alasan
kuat untuk CV.Pratama
Mandiri Desa Lolu Kecamatan Biromaru Kabupaten Sigi berupaya
memperoleh benih yang berkualitas, salah satunya adalah melalui Pembangunan
Tegakan Benih Semai Trembesi Samanea saman (Jacq.) Merr dan Jabon
(Anthocephalus cadamba (Roxb.) Miq. Setelah pembangunan sumber benih, kegiatan yang harus
dilakukan adalah pemeliharaan sumber benih. Pemeliharaan Tegakan Semai Trembesi
Samanea saman (Jacq.)
Merr dan Jabon (Anthocephalus cadamba (Roxb.)
Miq. adalah hal yang mutlak dilakukan untuk
meningkatkan kualitas, pertumbuhan tanaman Semai Trembesi Samanea saman (Jacq.) Merr dan Jabon
(Anthocephalus cadamba (Roxb.) Miq. dalam tegakan benih yang baru dibangun, serta
untuk meningkatkan pertumbuhan pohon dan produksi benih ketika tegakan Trembesi Samanea saman (Jacq.) Merr dan Jabon
(Anthocephalus cadamba (Roxb.) Miq. telah dewasa. Dengan demikian, pemeliharaan harus
dilakukan secara berkelanjutan dan tepat waktu (Greenway, 1997)
Pemeliharaan
tanaman muda adalah kegiatan perawatan tanaman dengan cara menyiapkan dan
membuat kondisi tempat tumbuh lebih baik agar tanaman muda mampu tumbuh secara
optimal. Pemeliharaan sumber benih ditujukan untuk menciptakan ruang tumbuh
yang optimal bagi tanaman di dalam sumber benih. Dengan demikian, maka semua
tindakan pemeliharaan hendaknya merupakan usaha yang ditujukan untuk menciptkan
kondisi lingkungan dan tempat tumbuh atau fakor luar secara optimal bagi
produktifitas sumber benih berasal dari tanaman itu sendiri yang lebih
cenderung ditentukan oleh sifat genetik.
Trembesi Samanea
saman (Jacq.) Merr atau yang sering disebut dengan Rain tree merupakan
tanaman pelindung yang mempunyai banyak manfaat. Trembesi dapat bertahan 2-4
bulan atau lebih lama di daerah yang mempunyai curah hujan 40 mm/tahun (dry
season) atau bahkan dapat hidup lebih lama tergantung usia, ukuran pohon,
temperatur dan tanah. Trembesi juga dapat hidup di daerah dengan temperatur
20-300oC, maksimum temperatur 25-380oC, minimum 18-200oC,
temperatur minimum yang dapat ditoleransi 80oC. Tanaman peneduh
hujan ini akan tumbuh 15-25 m (50-80 ft) di tempat terbuka dengan diameter
kanopi (payung) lebih besar dari tingginya.
Trembesi berbentuk melebar seperti payung (canopy), pohon yang masuk
dalam sub famili Mimosaceae dan famili Fabaceae ini biasa
ditanam sebagai tumbuhan pembawa keteduhan. Uniknya, daun pohon saman bisa
mengerut di saat-saat tertentu, yaitu 1,5 jam sebelum matahari terbenam dan
akan kembali mekar saat esok paginya setelah matahari terbit. Jika hujan
datang, daun-daunnya kembali menguncup. Bentuk dahannya kecil kecil seperti
dahan putri malu. Daun ini tumbuh melebar seperti pohon beringin, tetapi tidak
simetris alias tidak seimbang. Bijinya mirip dengan biji kedelai, hanya warna
cokelatnya lebih gelap. Bunganya menyerupai bulu-bulu halus yang ujungnya
berwarna kuning, sementara pada dasar bunga berwarna merah. Buahnya memanjang,
berwarna hitam kala masak dan biasa gugur ketika sehabis matang dalam keadaan
terpecah. Setiap panjang tangkainya berukuran 7-10 sentimeter.
Tumbuhan ini berasal dari Amerika tropik namun sekarang tersebar di
seluruh daerah tropika. Di Indonesia, orang menjuluki tanaman ini dengan
sebutan Ki Hujan atau trembesi, sementara dalam bahasa Inggris dinamai rain
tree (pohon hujan), monkeypod atau saman. Asal muasalnya dari Hawaii,
tetapi banyak tersebar di kepulauan Samoa, daratan Mikronesia, Guam, Fiji,
Papua Nugini dan Indonesia.
Jabon (Anthocephalus cadamba (Roxb.)
Miq. merupakan salah satu dari komoditas
kehutanan unggulan yang memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi. Tanaman ini
tidak kalah dengan jati yang memiliki berbagai macam fungsi yang dapat
dimanfaatkan untuk barang barang kebutuhan rumah tangga. Keunggulan tanaman ini
dari pada jati adalah dari segi pertumbuhan tanaman tersebut. Pohon jabon hanya
memerlukan waktu 6 tahun saja, dan yang pasti kayunya sudah siap untuk diolah,
sedangkan jika jati memerlukan waktu yang lebih lama yaitu 20 tahun. Keduannya
memiliki kwalitas yang sama bagusnya, jadi tak khayal tanaman ini menjadi
incaran para pebisnis kayu di indonesia.
Jabon (Anthocephalus
cadamba (Roxb.) Miq, sendiri memiliki berbagai macam
keunggulan yang membuat pohon ini menjadi primadona di kalangan pohon pohon
hutan. Bukan hanya cara penanamannya saja yang mudah tetapi juga memiliki
berbagai macam fungsi lain yang dapat menguntungkan hutan tempat menanamnya
yaitu:
- penanaman pohon ini yang cepat bertumbuhnya dapat mempercepat vegetasi hutan tanaman
- dapat meningkatkan produkticitas lahan tanaman karena pohon jabon ini dapat dijadikan sebagai tempat berteduh tanaman tanaman yang berada disekitarnya
- memiliki potensi dalam mengatur tata air didalam tanah
- mencegah erosi tanah
- dan yang paling penting dapat dimanfaatkan nilai ekonomisnya sehingga dapat menghasilkan harga yang tinggi.
Tidak itu saja, pohon Jabon (Anthocephalus
cadamba (Roxb.) Miq, juga bisa dijadikan sebagai
tanahan hias untuk pekarangan rumah kita. Penanaman pohon jambon secara masal
dan berkala dapat mengurangi dampak pemanasan global diwilayah sekitar serta
perubahan iklim yang ekstrim. Jadi tentu sangat menguntungkan sekali jika kita
menanamnya, karena pastinya dapat menguntungkan secara ekonomis serta
lingkungan kita akan terasa aman dan nyaman.
1.2 Tujuan
dan Kegunaan
Tujuan dari praktik
umum/magang ini yaitu mengaplikasikan
ilmu yang di dapat di bangku kuliah langsung secara nyata khususnya masalah pembibitan/persemaian tanaman Trembesi Samanea
saman (Jacq.) Merr dan tanaman Jabon (Anthocephalus
cadamba (Roxb.) yang letaknya
di persemaian di CV. Pratama Mandiri di
Desa Lolu Kecamatan Biromaru Kabupaten Sigi.
Kegunaan
dari praktik umum/magang ini agar
mahasiswa dapat langsung berbuat di lapangan apa yang selama ini didapat dari
bangku kuliah, sehingga pemahamannya lebih mendalam khususnya dibidang
pembibitan dan persemaian. Mengingat hal ini adalah awal dari proses
kelangsungan hutan kedepanya.
II.
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1
Persemaian
Yang
dimaksudkan dengan persemaian adalah tempat atau areal untuk kegiatan memproses
benih (atau bahan lain dari tanaman) menjadi bibit/semai yang siap ditanam di
lapangan. Kegiatan di persemaian merupakan kegiatan awal di lapangan dari
kegiatan penanaman hutan karena itu sangat penting dan merupakan kunci pertama
di dalam upaya mencapai keberhasilan penanaman hutan. Penanaman benih ke
lapangan dapat dilakukan secara langsung dan secara tidak langsung yang berarti
harus disemaikan terlebih dahulu di tempat persemaian. Penanaman secara
langsung ke lapangan biasanya dilakukan apabila biji-biji (benih) tersebut
berukuran besar dan jumlah persediaannya melimpah. Meskipun ukuran benih besar
tetapi kalau jumlahnya terbatas, maka benih tersebut seyogyanya disemaikan
terlebih dulu. Pemindahan/penanaman bibit berupa semai dari persemaian ke
lapangan dapat dilakukan setelah semai-semai dari persemaian tersebut sudah
kuat (siap ditanam).
Pengadaan
bibit/semai melalui persemaian yang dimulai sejak penaburan benih merupakan
cara yang lebih menjamin keberhasilan penanaman di lapangan. Selain
pengawasannya mudah, penggunaan benih-benih lebih dapat dihemat dan juga
kualitas semai yang akan ditanam di lapangan lebih terjamin bila dibandingkan
dengan cara menanam benih langsung di lapangan. Tujuan dilakukan
pembibitan/persemaian adalah upaya penyediaan bibit yang berkualitas baik dalam
jumlah yang memadai, sesuai dengan rencana penanaman (Pusat Penyuluhan
Kehutanan dan Perkebunan, 2002).
2.2
Benih
Benih
tanaman, selanjutnya disebut benih, adalah tanaman atau bagiannya yang
digunakan untuk memperbanyak dan atau mengembangbiakkan tanaman”.
Dari definisi di atas jelas bahwa benih dapat diperoleh dari perkembangbiakan secara generatif maupun secara vegetatif, yang diproduksi untuk tujuan tertentu, yaitu mengembang biakkan tanaman. Dengan pengertian ini maka kita dapat membedakan antara benih (agronomy seed / seed) dengan biji (grain) yang dipakai untuk konsumsi manusia (food steff) dan hewan (feed) (Hendarto Kuswanto, 1996). Dalam perkembangbiakkan secara generatif, bibit biasanya diperoleh dari benih yang disemaikan. Sementara perkembangbiakkan secara vegetatif bibit dapat diartikan sebagai bagian tanaman yang berfungsi sebagai alat reproduksi, misalnya umbi. (Baran Wirawan, 2004).
Dari definisi di atas jelas bahwa benih dapat diperoleh dari perkembangbiakan secara generatif maupun secara vegetatif, yang diproduksi untuk tujuan tertentu, yaitu mengembang biakkan tanaman. Dengan pengertian ini maka kita dapat membedakan antara benih (agronomy seed / seed) dengan biji (grain) yang dipakai untuk konsumsi manusia (food steff) dan hewan (feed) (Hendarto Kuswanto, 1996). Dalam perkembangbiakkan secara generatif, bibit biasanya diperoleh dari benih yang disemaikan. Sementara perkembangbiakkan secara vegetatif bibit dapat diartikan sebagai bagian tanaman yang berfungsi sebagai alat reproduksi, misalnya umbi. (Baran Wirawan, 2004).
Dalam konteks agronomi, benih dituntut untuk
bermutu tinggi sebab benih harus mampu menghasilkan tanaman yang berproduksi
maksimum dengan sarana teknologi yang maju (Sjamsoe’oed Sadjad, 1977). Beberapa
keuntungan dari penggunaan benih bermutu, antara lain : a) menghemat penggunaan
benih persatuan luas; b) respon terhadap pemupukan dan pengaruh perlakuan
agronomis lainnya; c) produktivitas tinggi karena potensi hasil yang tinggi; d)
mutu hasil akan terjamin baik melalui pasca panen yang baik; e) memiliki daya tahan
terhadap hama dan penyakit, umur dan sifat-sifat lainnya jelas; dan f) waktu
panennya lebih mudah ditentukan karena masaknya serentak.Dua faktor penting yang perlu mendapat perhatian di dalam penyediaan
benih untuk bahan penanaman di persemaian yaitu kualitas dan kuantitas benih,.
Penyediaan benih yang berkualitas baik dan dalam jumlah yang cukup dan tepat
waktu sangat menentukan keberhasilan sesuatu persemaian. Seringkali terjadi
kekurangan benih bukan disebabkan kurangnya jumlah/berat benih yang tersedia,
tetapi karena kualitas benihnya yang jelek. Hal ini dapat terjadi bagi suatu
daerah yang tidak memiliki stok benih jenis tertentu sehingga harus didatangkan
dari luar. Untuk menyakinkan kualitas benih apakah masih baik perlu dilakukan
uji ulang apakah hasilnya sesuai dengan yang dicantumkan pada label.
Banyaknya benih yang dibutuhkan suatu persemaian ditentukan beberapa
faktor sebagai berikut :
• Jumlah semai yang harus
dihasilkaan
• Peren perkecambahan (viabilitas)
dari benih yang bersangkutan.
• Persen jadi semai sampai siap
tanam,dan
• Jumlah butir benih tiap kg.
2.3
Sumber
Benih
Bagi benih
bersertifikat ditetapkan kelas-kelas benih sesuai dengan urutan keturunan dan
mutunya, antara lain penetapannya sebagai berikut:
A.Benih Penjenis (BS)
A.Benih Penjenis (BS)
Adalah benih yang diproduksi oleh dan di
bawah pengawasan Pemulia Tanaman yang bersangkutan atau instansinya, dan harus
merupakan sumber untuk perbanyakan benih dasar.
B.Benih
Dasar (BD)
Merupakan keturunan
pertama dari Benih Penjenis (BS) atau Benih Dasar yang diproduksi di bawah
bimbingan yang intensif dan pengawasan ketat, sehingga kemurnian varietas yang
tinggi dapat dipelihara. Benih Dasar diproduksi oleh instansi atau Badan yang
ditetapkan atau ditunjuk oleh Ketua Badan Benih Nasional, dan harus
disertifikasi oleh Sub Direktorat Pembinaan Mutu Benih BPSB.
C.Benih Pokok (BP)
C.Benih Pokok (BP)
Merupakan keturunan
dari Benih Penjenis atau Benih Dasar yang diproduksi dan dipelihara sedemikian
rupa sehingga identitas maupun tingkat kemurnian varietas memenuhi standar mutu
yang ditetapkan serta telah disertifikasi sebagai Benih Pokok oleh Sub
Direktorat Pembinaan Mutu Benih BPSB.
D.Benih
Sebar (BR)
Merupakan keturunan
dari Benih Penjenis, Benih Dasar atau Benih Pokok, yang diproduksi dan
dipelihara sedemikian rupa sehingga identitas maupun tingkat kemurnian varietas
dapat dipelihara, dan memenuhi standar mutu benih yang ditetapkan serta telah
disertifikasi sebagai Benih Sebar oleh Sub Direktorat Pembinaan Mutu Benih BPSB
(Ance G. Kartasapoetra, 2003).
2.4 Klasifikasi
dan morfologi .
2.4.1 Klasifikasi dan morfologi Trembesi Samanea
saman (Jacq.) Merr)
sebagai berikut:
Kingdom : Plantae ( Tumbuhan )
Divisio : Magnoliophyta (
Tumbuhan Berbunga )
Kelas : Magnoliopsida ( Tumbuhan Bekeping dua )
Ordo : Fabales
Famili : Fabaceae
( Suku Polong-polongan )
Genus : Albizia
Spesies :
Albizia saman ( jacq) atau Samanea
saman (Jacq.) Merr.
Trembesi (Albizia saman sinonim Samanea
saman (Jacq.) Merr) disebut juga Pohon Hujan atau Ki
Hujan merupakan
tumbuhan pohon besar dengan ketinggian hingga 20 meter dan tajuknya yang sangat
lebar. Pohon Trembesi (Ki Hujan) mempunyai jaringan akar yang luas sehingga
kurang cocok ditanam di pekarangan karena bisa merusak bangunan dan jalan.
Akhir-akhir ini pemerintah, dalam rangka gerakan one man one tree menggalakkan penanaman pohon
Trembesi (Ki Hujan) di seluruh wilayah Indonesia karena diyakini dari satu
batang Trembesi dewasa mampu menyerap 28 ton karbondioksida (CO2) pertahunnya.
Bahkan di Istana Negara, terdapat 2 batang pohon Trembesi yang ditanam oleh
presiden pertama RI, Ir. Soekarno yang masih terpelihara dengan baik hingga kini.
Trembesi merupakan jenis pohon yang memiliki kemampuan menyerap karbondioksida
dari udara yang sangat besar. Pohon ini mampu menyerap 28.488,39 kg CO2/pohon
setiap tahunnya. Berdasarkan penelitian Hartwell (1967-1971) di Venezuela, akar
trembesi dapat digunakan sebagai obat tambahan saat mandi air hangat untuk
mencegah kanker. Ekstrak daun trembesi dapat menghambat pertumbuhan
mikrobakterium Tuberculosis (Perry, 1980) yang dapat menyebabkan sakit perut.
Trembesi juga dapat digunakan sebagai obat flu, sakit kepala dan penyakit usus
(Duke and Wain, 1981)
Pohon Trembesi (Albizia saman) disebut juga sebagai Pohon
Hujan atau Ki Hujan lantaran air yang sering menetes dari tajuknya karena
kemampuannya menyerap air tanah yang kuat. Di beberapa daerah di Indonesia
tanaman pohon ini sering disebut sebagai Kayu Ambon (Melayu), Trembesi,
Munggur, Punggur, Meh (Jawa), Ki Hujan
(Sunda). Dalam bahasa Inggris pohon ini mempunyai beberapa nama seperti, East
Indian Walnut, Rain Tree, Saman Tree, Acacia Preta,
dan False Powder Puff. Di beberapa negara Pohon Trembesi ini disebut Pukul
Lima (Malaysia), Jamjuree (Thailand), Cay Mura
(Vietnam), Vilaiti Siris (India), Bhagaya Mara (Kanada), Algarrobo
(Kuba), Campano (Kolombia), Regenbaum (Jerman), Chorona
(Portugis) Tumbuhan ini diperkirakan berasal dari Meksiko, Peru dan Brazil
namun sekarang telah tersebar ke seluruh daerah beriklim tropis termasuk ke
Indonesia.
2.4.2 Klasifikasi dan Morfologi
Jabon (Anthocephalus cadamba (Roxb.)
Miq.) sebagai berikut :
Kerajaan : Plantae ( Tumbuhan )
Divisi : Spermatophyta ( Menghasilkan biji )
Kelas : Magnoliopsida ( Tumbuhan Berbunga )
Ordo : Rubiales
Famili : Rubiaceae ( Suku Kopi-kopian )
Genus : Anthocephalus
Spesies : Anthocephalus cadamba (Roxb.) Miq.
Divisi : Spermatophyta ( Menghasilkan biji )
Kelas : Magnoliopsida ( Tumbuhan Berbunga )
Ordo : Rubiales
Famili : Rubiaceae ( Suku Kopi-kopian )
Genus : Anthocephalus
Spesies : Anthocephalus cadamba (Roxb.) Miq.
Berdasarkan klasifikasinya, jabon {Anthochepalus cadamba (Roxb.) Miq.
Syn. Anthochepalus chinensis
(Lamk.)} termasuk ke dalam famili Rubiaceae (Mansur dan Tuheteru, 2010). Jabon
merupakan salah satu jenis asli Indonesia dan memiliki prospek yang cukup baik
untuk dikembangkan karena jabon termasuk pohon cepat tumbuh, dapat tumbuh
di berbagai tipe tanah, tidak memiliki hama dan penyakit yang serius, dan
ketersediaan pengetahuan silvikulturnya cukup lengkap (Pratiwi, 2003).
Tinggi pohon jabon dapat mencapai 45 m
dengan panjang bebas cabang 30 m, diameter dapat mencapai 160 cm. batangnya
lurus dan silindris, bertajuk tinggi dengan cabang mendatar, berbanir
sampai ketinggian 1,50 m. Kulit luar berwarna kelabu-coklat sampai coklat,
sedikit beralur dangkal. Daunnya tunggal, panjang tangkai 1 ½ - 4 cm, helaian
daun berbentuk ellips atau lonjong, kadang hampir bundar. Bunganya cukup besar,
semacam bunga bongkol, diameter 4 ½ - 6 cm. Buah panjangnya 6 mm diliputi daun
kelopak, bagian bawahnya agak lunak, berbiji banyak (Tantra, 1981 dalam Sedijoprapto dan Dewi, 2001).
Kayu jabon
dapat dipakai untuk korek api, peti pembungkus, cetakan beton, mainan
anak-anak, pulp, kelom dan konstruksi darurat yang ringan (Martawijaya, 1989 dalam Sedijoprapto dan Dewi, 2001).
Habitat
Selalu hijau. Di alam bebas pohon dapat mencapai tinggi 45 m dengan diameter lebih dari 100 cm, sedangkan batas bebas cabangnya mencapai hingga 25 m. Pada umur 3 tahun tingginya dapat mencapai 17 m dengan diameter 30 cm. Bentuk tajuk seperti payung dengan sistem percabangan melingkar dengan daun yang tidak lebat dengan panjang 13-32 cm. Bunga jingga berukuran kecil, berkelopak rapat, berbentuk bulat. Batang lurus silindris dan tidak berbanir. Kayunya berwarna putih krem sampai sawo kemerah-merahan.
Selalu hijau. Di alam bebas pohon dapat mencapai tinggi 45 m dengan diameter lebih dari 100 cm, sedangkan batas bebas cabangnya mencapai hingga 25 m. Pada umur 3 tahun tingginya dapat mencapai 17 m dengan diameter 30 cm. Bentuk tajuk seperti payung dengan sistem percabangan melingkar dengan daun yang tidak lebat dengan panjang 13-32 cm. Bunga jingga berukuran kecil, berkelopak rapat, berbentuk bulat. Batang lurus silindris dan tidak berbanir. Kayunya berwarna putih krem sampai sawo kemerah-merahan.
2.5 Syarat Tumbuh
2.5.1 Syarat Tumbuh Trembesi ( Samanea
saman
(Jacq.) Merr.
Samanea saman yang
sering disebut dengan Trembesi (Rain tree) merupakan tanaman pelindung yang
mempunyai banyak manfaat. Trembesi dapat bertahan 2-4 bulan atau lebih lama di
daerah yang mempunyai curah hujan 40 mm/tahun (dry season) atau bahkan
dapat hidup lebih lama tergantung usia, ukuran pohon, temperatur dan tanah.
Trembesi juga dapat hidup di daerah dengan temperatur 20-300oC,
maksimum temperatur 25-380oC, minimum 18-200oC,
temperatur minimum yang dapat ditoleransi 80oC. Tanaman peneduh
hujan ini akan tumbuh 15-25 m (50-80 ft) di tempat terbuka dengan diameter
kanopi (payung) lebih besar dari tingginya.
Trembesi Samanea saman (Jacq.) Merr.berbentuk melebar seperti
payung (canopy), pohon yang masuk dalam sub familiMimosaceae dan
famili Fabaceae ini biasa ditanam sebagai tumbuhan pembawa
keteduhan. Uniknya, daun pohon saman bisa mengerut di saat-saat tertentu, yaitu
1,5 jam sebelum matahari terbenam dan akan kembali mekar saat esok paginya
setelah matahari terbit. Jika hujan datang, daun-daunnya kembali menguncup. Bentuk
dahannya kecil kecil seperti dahan putri malu. Daun ini tumbuh melebar seperti
pohon beringin, tetapi tidak simetris alias tidak seimbang. Bijinya mirip
dengan biji kedelai, hanya warna cokelatnya lebih gelap. Bunganya menyerupai
bulu-bulu halus yang ujungnya berwarna kuning, sementara pada dasar bunga
berwarna merah. Buahnya memanjang, berwarna hitam kala masak dan biasa gugur
ketika sehabis matang dalam keadaan terpecah. Setiap panjang tangkainya
berukuran 7-10 sentimeter. Trembesi berbentuk melebar seperti payung (canopy),
pohon yang masuk dalam sub familiMimosaceae dan famili Fabaceae ini
biasa ditanam sebagai tumbuhan pembawa keteduhan. Uniknya, daun pohon saman
bisa mengerut di saat-saat tertentu, yaitu 1,5 jam sebelum matahari terbenam
dan akan kembali mekar saat esok paginya setelah matahari terbit. Jika hujan
datang, daun-daunnya kembali menguncup. Bentuk dahannya kecil kecil seperti
dahan putri malu. Daun ini tumbuh melebar seperti pohon beringin, tetapi tidak
simetris alias tidak seimbang. Bijinya mirip dengan biji kedelai, hanya warna
cokelatnya lebih gelap. Bunganya menyerupai bulu-bulu halus yang ujungnya
berwarna kuning, sementara pada dasar bunga berwarna merah. Buahnya memanjang,
berwarna hitam kala masak dan biasa gugur ketika sehabis matang dalam keadaan
terpecah. Setiap panjang tangkainya berukuran 7-10 sentimeter.
2.5.2
Syarat
Tumbuh Jabon (Anthocephalus cadamba
(Roxb.) Miq.)
Tumbuh
pada tanah alluvial lembab di pinggir sungai dan di daerah peralihan antara
tanah rawa dan tanah kering yang kadang-kadang digenangi air. Selain itu dapat
juga tumbuh dengan baik pada tanah liat, tanah lempung podsolik cokelat, tanah
tuf halus atau tanah lempung berbatu yang tidak sarang. Jenis ini memerlukan
iklim basah hingga kemarau kering di dalam hutan gugur daun dengan tipe curah
hujan AD, mulai dari dataran rendah sampai ketinggian 1000 m dpl.
Pertumbuhan sangat cepat dibandingkan dengan kayu keras lainnya termasuk bila
dibandingkan dengan sengon (albasia), Jabon (Anthocephalus
cadamba (Roxb.) Miq.) tergolong
tumbuhan pionir sebagaimana sengon. Ia dapat tumbuh di tanah liat, tanah
lempung podsolik cokelat, atau tanah berbatu. Sejauh ini jabon bebas serangan
hama dan penyakit, termasuk karat tumor yang kini banyak menyerang sengon.
Pohon
Jabon Jabon (Anthocephalus cadamba (Roxb.)
Miq.) berbuah setiap
tahun pada bulan Juni sampai Agustus. Buah mengandung biji yang sangat kecil,
dengan jumlah biji kering udara 18 – 26 juta butir per kg. Sedangkan jumlah
buah 33 butir per kg atau 320 butir per kaleng minyak tanah (Pratiwi, 2003).
2.
6 Manfaat
2.6.1 Manfaat Tumbuh Trembesi
( Samanea saman (Jacq.) Merr.
Trembesi
( Samanea saman
(Jacq.) Merr. merupakan jenis
pohon yang memiliki kemampuan menyerap karbondioksida dari udara yang sangat
besar. Pohon ini mampu menyerap 28.488,39 kg CO2/pohon setiap
tahunnya. Berdasarkan penelitian Hartwell (1967-1971) di Venezuela, akar
trembesi dapat digunakan sebagai obat tambahan saat mandi air hangat untuk
mencegah kanker. Ekstrak daun trembesi dapat menghambat pertumbuhan
mikrobakterium Tuberculosis (Perry, 1980) yang dapat menyebabkan sakit perut.
Trembesi juga dapat digunakan sebagai obat flu, sakit kepala dan penyakit usus
(Duke and Wain, 1981)
2.6.2 Manfaat
Tumbuh Jabon (Anthocephalus cadamba
(Roxb.) Miq.)
Jabon (Anthocephalus cadamba (Roxb.) Miq.) merupakan
tanaman kayu keras yang dapat tumbuh sangat cepat. Lingkar batangnya pada usia
6 (enam) tahun bisa mencapai di atas 40-50 cm, batangnya bebas cabang sampai
60%,warna kayunya kuning terang sampai putih, dan kayunya tidak bobok oleh
serangga, karena itulah kayu jabon sangat mungkin dimanfaatkan oleh Industri
kayu. Dapat dibuat sebagai bahan bangunan
non-konstruksi (tidak cocok untuk bahan bangunan kontruksi), mebeler/furniture,
bahan plywood (kayu lapis), batang korek api, potlot, finir, alas sepatu,
papan, peti, tripleks, bisa juga buat bahan kertas kelas sedang, dan lainnya.
Kayunya juga gampang dikeringkan, Permukaannya halus, kayunya gampang dipaku,di
bor dan di lem, susutnya juga rendah.
2.7 Penyebaran
2.7.1
Penyebaran Trembesi ( Samanea
saman (Jacq.) Merr
Samanea
saman yang sering disebut dengan Trembesi (Rain tree) merupakan tanaman
pelindung yang mempunyai banyak manfaat. Trembesi dapat bertahan 2-4 bulan atau
lebih lama di daerah yang mempunyai curah hujan 40 mm/tahun (dry season) atau
bahkan dapat hidup lebih lama tergantung usia, ukuran pohon, temperatur dan
tanah. Trembesi juga dapat hidup di daerah dengan temperatur 20-300oC, maksimum
temperatur 25-380oC, minimum 18-200oC, temperatur minimum yang dapat
ditoleransi 80oC. Tumbuhan
ini diperkirakan berasal dari Meksiko, Peru dan Brazil namun sekarang telah
tersebar ke seluruh daerah beriklim tropis termasuk ke Indonesia.
2.7.2
Penyebaran
Jabon (Anthocephalus cadamba (Roxb.)
Miq.)
Jabon memiliki sebaran alami yang luas, mulai dari India sampai Papua New
Guinea, yaitu Nepal, Bengal, Assam, Ceylon, Vietnam, Burma, Semenajung Malaya,
Serawak, Sabah, Indonesia, Filipina, Papua New Guinea, Cina, dan Australia. Di
Indonesia sendiri, jabon ternyata memiliki daerah penyebaran alami hampir di
seluruh wilayah Indonesia, seperti Sumatera, Jawa Barat dan Jawa Timur,
Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan, Sulawesi, Nusa Tenggara Barat, dan Papua.
Di Maluku, terdapat sebaran jabon jenis A.
macrophyllus yang dikenal dengan sebutan jabon merah (Mansur dan Tuheteru,
2010).
Jenis ini umumnya tumbuh di tanah-tanah
alluvial lembab di pinggir sungai dan di daerah peralihan antara tanah rawa dan
tanah kering yang kadang-kadang digenangi air. Di samping itu jabon dapat
tumbuh dengan baik di tanah liat, tanah lempung Podzolik coklat, tanah tuf
halus atau tanah berbatu yang tidak sarang. Jenis ini memerlukan iklim basah
sampai kering dengan tipe curah hujan A sampai D menurut Schmidt dan Ferguson
(1951), mulai dari dataran rendah sampai ketinggian 1000 meter di atas
permukaan laut (Martawidjaja, et al.,
1989 dalam Pratiwi, 2003). Umumnya
jabon ditemukan di hutan sekunder dataran rendah dan dijumpai di dasar lembah,
sepanjang sungai dan punggung-punggung bukit. Jabon juga dapat tumbuh secara
alami di lahan-lahan bekas tambang di Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan,
Sulawesi Utara, dan Nusa Tenggara Barat yang memang kondisinya ekstrim, yaitu
di tanah dengan pH yang rendah (pH 4) dan tidak subur, terendam, serta kondisi
lingkungan yang sangat terbuka dengan suhu yang relatif tinggi. Jabon pun
potensial sebagai alternatif dari tanaman sengon dan akasia yang telah lebih
dahulu menjadi jenis utama tanaman untuk rehabilitasi lahan bekas tambang
(Mansur dan Tuheteru, 2010). Jabon tumbuh di daerah beriklim basah – kering
dengan rata – rata temperatur tahunan antara 21 sampai 26oC. Curah
hujan tahunan antara 1500 mm sampai 5000 mm atau lebih. Jabon tahan musim
kemarau sampai 3 bulan tanpa mengalami banyak kerusakan (Meyenfeld, dkk., 1978 dalam Sapulete dan Kapisa 1994).
III.
GAMBARAN
UMUM TEMPAT PRAKTEK
3.1
Keadaan Biofisik Lokasi
Pembibitan/persemaian CV.
Pratama Mandiri terletak di Desa Lolu Kecamatan Sigi Biromaru Kabupaten Sigi Propinsi Sulawesi Tengah. Luas areal CV. Pratama
Mandiri yaitu ±
1 hektar m2. CV. Pratama Mandiri berbatasan dengan :
a.
Sebelah utara : Selokan
Lolu
b. Sebelah
timur : Rumah Sdr. Muhammad Hanafi
c. Sebelah
selatan : Jl. Poros Lolu
d. Sebelah
barat : Jl. Poros Lolu
3.2
Sarana
dan Prasarana Pembibitan
Jenis sarana dan prasarana
yang digunakan pada CV. Pratama Mandiri sebagai penunjang pelaksanaan adalah
sebagai berikut :
1.
Jalan
Aksessibilitas
menuju ke lokasi Persemaian CV. Pratama Mandiri dapat ditempuh dari Kota Palu ± 25
menit dengan menggunakan kendaraan
roda dua dan roda empat serta memiliki jarak tempuh 5 Km ke arah selatan dari kota Palu.
2.
Air
Air
yang digunakan dalam persemaian CV. Pratama Mandiri berasal dari sekitaran persemaian tersebut
Dengan Bantuan Dap dan Selang Penyalur ke bedengan.
3.
Peralatan yang dimiliki
Adapun
peralatan yang digunakan adalah Sekop, Cangkul, arco, ayakan, selang air dan
parang.
4.
Bahan yang ada pada
persemaian
Bahan yang ada pada
persemaian adalah Tanah, Poleybag, media tabur dan sapih, pupuk dan benih
3.3
Tenaga Kerja
Tenaga kerja yang
dipekerjakan pada perusahaan CV.
Pratama Mandiri adalah dari
tenaga kerja lokal yang berada disekitar lokasi pembibitan yang Kebanyakan Adalah Ibu-ibu dan masih ada hubungan keluarga dengan pengelola. Jumlah tenaga kerja
yang digunakan adalah sebanyak 4
orang.
IV.
METODE
PRAKTEK
4.1
Waktu
dan Tempat
Praktik
umum/magang ini dilaksanakan dari bulan februari 2012
sampai bulan Maret
2012. Bertempat di CV. Pratama Mandiri,
Desa Lolu, Kecamatan Biromaru, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah.
4.2
Alat
dan Bahan
Alat
yang digunakan dalam praktik umum/magang ini yaitu alat tulis-menulis, arco, sekop, selang air dan kamera.
Sedangkan bahan yang digunakan yaitu berupa biji/benih Trembesi Dan Jabon, tanah (top soil)
dan air.
4.3 Metode
Praktikum
Metode pelaksanaan
praktikum lapangan ini dengan cara mempraktikan langsung teknik pembibitan
tanaman Trembesi Samanea
saman (Jacq.) Merr). dan tanaman Jabon (Anthocephalus
cadamba (Roxb.) Miq
V.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
5.1 Perencanaan
Perencanaan lokasi persemaian umumnya berada di dekat sumber media dan
lokasi penanaman serta juga memiliki kemudahan akses untuk pengangkutan dan
dapat menjamin pemeliharaan bibit dilakukan sesuai dengan kebutuhan. Untuk
persemaian CV. Mandiri Pratama, syarat yang utama dari pemilihan lokasi
persemaian adalah berada pada di dekat pemukiman atau rumah yang memudahkan
pelaksanaan kegiatan sehari-hari terutama dalam pemeliharaan bibit. Sedangkan
luasan lokasi persemaian tergantung dari rencana jumlah bibit yang akan
diproduksi dan rencana pengembangan persemaian CV Pratama Mandiri tersebut. Ada
beberapa persyaratan yang umum dalam perencanaan persemaian yang
dilaksanakan oleh CV. Pratama Mandiri antara lain:
a. Letak
lahan
Letak lahan yang dipergunakan CV. Pratama Mandiri adalah dengan Lahan
terpadu atau terpusat. Untuk kondisi lahan terpadu, perencanaan sistem
pengairan dan pembagian unit lahan blok-blok produksi bibit relatif mudah.
Adanya lahan terpadu juga memudahkan pemantaun persemain serta pengedalian hama
dan penyakit.
b. Dekat
dengan sumber air.
Sumber
air yang digunakan oleh CV. Pratama Mandiri adalah air yang berada di drainase
samping persemaian kemudian dipasangkan pipa lalu di airi kelokasi persemaian
untuk memudahkan memasok kebutuhan air per-hari sesuai
dengan jumlah bibit yang diproduksi.
c. Luas
lahan.
Secara umum, luas lahan
CV. Pratama Mandiri yaitu ± 1 hektar m2.
d. Topografi
datar dan tidak tergenang.
Topografi CV. Pratama Mandiri adalah topografi datar
dan tidak tergenang sehingga
memudahkan penempatan bibit, misalnya :
1 bedeng ukuran 1 m x 3 m bisa mencapai
kapasitas ratusan bibit yang berukuran polybag 10x15 cm.
5.1.1 Pelaksanaan
Pembagunan Persemaian CV. Pratama Madiri
A. Pemilihan Dan Perendaman Biji
- Pilih biji
yang berkwalitas baik
- Direndam
dengan air hangat + 40 derajat celcius
- Diamkan selama
3 s/d 4 hari.
- Biji yang
terapung jangan dipakai
B. Menyiapkan Lahan Persemain
- Sekam padi 40%
- Pupuk kotoran
sapi 30%
- Tanah hitam /
subur 20%
- Pasir 30%
C. Persemaian Biji
- Biji Yang
mengembang disemai dilahan yang sudah disiapkan
- Ditanam dengan
kedalaman 2 s/d 3 cm.
- Siram biji
yang sudah disemai pagi dan sore hari.
- Apabila sudah
muncul daunnya pindahkan ke polybag.
D. Penyiapan
Lahan Pembibitan
- Polybag yg sudah diisi bibit trembesi diletakkan secara kelompok
- Diatur
menyerupai blok/lajur-lajur / saf, supaya mudah penyiraman
- Jangan
diletakkan terlalu berhimpitan, supaya bibit tumbuh dengan baik.
- Letakkan
diatas tanah / jangan dilantai/semen/papan
- Siram pagi dan
sore hari.
E. Pembuatan
Naungan
Naungannya berupa dedaunan atau ram yang
memakai empat tiang penyangga di atas masing-masing bedengan
F. Penyiapan
Sarana Penyiraman
- Selang air
untuk penyiraman
- Drum / bak
untuk penampungan air, bila tidak tersedia sumber air yang
cukup dekat.
G. Perawatan dan
Penyiraman
- Kegiatan
harian penyiraman setiap pagi & sore
- Pupuk kandang
(kotoran sapi) diberikan setiap bulan sekali.
- Patahkan
cabang & kurangi daun yang sudah lebat, agar cepat tinggi.
- Bersihkan
rumput di polybag supaya tidak ganggu tumbuhnya bibit.
- Bibit tidak
berada ditempat tertutup, karena menghambat pertumbuhan.
- Berikan
penahan atau pengapit bambu supaya pohon tidak patah &
pertumbuhannya
tidak miring.
- Lakukan
perawatan secara terus-menerus sampai diatas umur 6 bulan &
tinggi
5.1.2 Pengadaan
Benih.
Pengadaan benih
adalah proses kegiatan mulai dari pengumpulan benih, ekstraksi benih, pengujian
termasuk seleksi dan penyimpanan benih. Ekstraksi benih adalah proses memisahkan
benih dari buah. Bibit diperoleh dari buah yang sudah tua
/ masak yang diambil dengan cara memanjat dan memetiknya dari pohon atau dengan
cara memungut buah yang sudah jatuh (Mansur dan Tuheteru, 2010).Pemurnian benih adalah proses memisahkan benih dari benda
ikutan atau kotoran yang terbawa selama pengumpulan benih. Seleksi benih adalah
proses memisahkan benih yang berkualitas baik dari populasi benih yang telah dibersihkan
dari kotoran (pemurnian benih). (Yuliarsana, 2004).
1. Pengadaan benih Trembesi Samanea saman (Jacq.)
Trembesi
Samanea saman (Jacq.) yang digunakan CV. Pratama Mandiri Desa Lolu Kecamatan
Biromaru Kabupaten Sigi untuk Persemaian adalah suatu benih yang berkualitas
baik yang berasal dari berbagai daerah Kabupaten Sigi diantaranya Desa Lolu, Desa
Toro, dan wilayah Palolo.
2. Pengadaan benih Jabon (Anthocephalus
cadamba (Roxb.) Miq
Benih Jabon (Anthocephalus
cadamba (Roxb.) Miq yang digunakan
CV. Pratama Mandiri Desa Lolu Kecamatan Biromaru Kabupaten Sigi untuk
Persemaian adalah suatu benih yang berkualitas baik yang berasala dari daerah
Jawa dan Sumatra karena Diwilayah Sulawesi
sendiri masih kurang.
5.1.3 Pemeliharaan bibit
Kegiatan pemeliharaan bibit CV. Pratama Mandiri terdiri dari kegiatan penyiraman, penyulaman, penyiangan dari
rumput/gulma, pemberian pupuk tambahan, dan
pemberantasan hama dan penyakit.
ü Penyiraman
Penyiraman biasanya dilakukan dua
kali yaitu pada pagi dan sore hari, namun frekwensi penyiraman dapat dikurangi
pada musim hujan. Dan harus selalu diperhatikan agar media jangan sampai
kekeringan atau terlalu basah karena keduanya dapat mengganggu kesehatan bibit
ü Pemupukan
Pemupukan diperlukan
apabila rata‐rata
pertumbuhan bibit atau penampilan pertumbuhan
bibit kurang dari kondisi normal. Pertumbuhan bibit dapat dicirikan dari perubahan warna daun dan pertumbuhan
batang. Penggunaan pupuk harus disesuaikan dengan
kekurangan jenis unsur hara yang dibutuhkan tanaman tersebut.
VI.
KESIMPULAN
DAN SARAN
6.1
Kesimpulan
1.
Bibit trembesi ini merupakan jenis bibit tanaman perindang yang sedang
di galakan / di anjurkan oleh Bapak Presiden kita yaitu : Bapak SUSILO BAMBANG
YUDOYONO, dengan program penaman 1 milyar pohon.
2.
Bibit Jabon merupakan
jenis tanaman lokal Indonesia yang tergolong pohon cepat tumbuh dapat tumbuh di
berbagai tipe tanah (Redaksi Trubus, 2010). Dalam
pertumbuhannya jabon membutuhkan cahaya yang cukup.
6.2 Saran
Dalam Proses
Pembibitan perlu di perhatikan Aspek tempat tumbuh dan naungan, Serta tenaga
kerja dalam prosesnya karena bibit menentukan kwalitas Pohon nantinya.
Label: makalah kehutanan