Minggu, 02 September 2012

contoh laporan magang "teknik pembibitan jabon dan trambesi"



I.                   PENDAHULUAN
1.1         Latar Belakang
          Pertumbuhan merupakan pertambahan ukuran besar jaringan baru yang ditunjukkan dengan pertambahan berat dan ukuran fisiknya serta berat kering yang tidak dapat kembali ke asalnya (irreversible). Suatu tanaman dikatakan tumbuh apabila aktivitas fisiologis terjadi pada berbagai macam daerah meristematik seperti pada pucuk, ujung akar serta kambium primer dan sekunder tanaman (Kramer, 1969; Dwidjoseputro, 1986; Daniel dkk., 1987).  
          Dalam upaya penurunan emisi karbon di dunia, Pemerintah Indonesia telah mencanangkan penanaman satu juta pohon di seluruh wilayah Indonesia. Pencanangan tersebut didukung oleh Pemerintah provinsi sulawesi tengah  melalui program green and clean. Jenis pohon yang ditanam pun kebanyakan Trembesi Samanea saman (Jacq.) Merr). Tanaman tersebut mampu menyerap gas karbondioksida puluhan kali dari pohon biasa (Anonim, 2010a).
          Hal salah satu alasan kuat untuk CV.Pratama Mandiri Desa Lolu Kecamatan Biromaru Kabupaten Sigi berupaya memperoleh benih yang berkualitas, salah satunya adalah melalui Pembangunan Tegakan Benih Semai Trembesi  Samanea saman (Jacq.) Merr dan Jabon (Anthocephalus cadamba (Roxb.) Miq. Setelah pembangunan sumber benih, kegiatan yang harus dilakukan adalah pemeliharaan sumber benih. Pemeliharaan Tegakan Semai Trembesi  Samanea saman (Jacq.) Merr dan Jabon (Anthocephalus cadamba (Roxb.) Miq.  adalah hal yang mutlak dilakukan untuk meningkatkan kualitas, pertumbuhan tanaman Semai Trembesi  Samanea saman (Jacq.) Merr dan Jabon (Anthocephalus cadamba (Roxb.) Miq. dalam tegakan benih yang baru dibangun, serta untuk meningkatkan pertumbuhan pohon dan produksi benih ketika tegakan  Trembesi  Samanea saman (Jacq.) Merr dan Jabon (Anthocephalus cadamba (Roxb.) Miq. telah dewasa. Dengan demikian, pemeliharaan harus dilakukan secara berkelanjutan dan tepat waktu (Greenway, 1997)
             Pemeliharaan tanaman muda adalah kegiatan perawatan tanaman dengan cara menyiapkan dan membuat kondisi tempat tumbuh lebih baik agar tanaman muda mampu tumbuh secara optimal. Pemeliharaan sumber benih ditujukan untuk menciptakan ruang tumbuh yang optimal bagi tanaman di dalam sumber benih. Dengan demikian, maka semua tindakan pemeliharaan hendaknya merupakan usaha yang ditujukan untuk menciptkan kondisi lingkungan dan tempat tumbuh atau fakor luar secara optimal bagi produktifitas sumber benih berasal dari tanaman itu sendiri yang lebih cenderung ditentukan oleh sifat genetik.
            Trembesi  Samanea saman (Jacq.) Merr atau yang sering disebut dengan Rain tree merupakan tanaman pelindung yang mempunyai banyak manfaat. Trembesi dapat bertahan 2-4 bulan atau lebih lama di daerah yang mempunyai curah hujan 40 mm/tahun (dry season) atau bahkan dapat hidup lebih lama tergantung usia, ukuran pohon, temperatur dan tanah. Trembesi juga dapat hidup di daerah dengan temperatur 20-300oC, maksimum temperatur 25-380oC, minimum 18-200oC, temperatur minimum yang dapat ditoleransi 80oC. Tanaman peneduh hujan ini akan tumbuh 15-25 m (50-80 ft) di tempat terbuka dengan diameter kanopi (payung) lebih besar dari tingginya.
Trembesi berbentuk melebar seperti payung (canopy), pohon yang masuk dalam sub famili Mimosaceae dan famili Fabaceae ini biasa ditanam sebagai tumbuhan pembawa keteduhan. Uniknya, daun pohon saman bisa mengerut di saat-saat tertentu, yaitu 1,5 jam sebelum matahari terbenam dan akan kembali mekar saat esok paginya setelah matahari terbit. Jika hujan datang, daun-daunnya kembali menguncup. Bentuk dahannya kecil kecil seperti dahan putri malu. Daun ini tumbuh melebar seperti pohon beringin, tetapi tidak simetris alias tidak seimbang. Bijinya mirip dengan biji kedelai, hanya warna cokelatnya lebih gelap. Bunganya menyerupai bulu-bulu halus yang ujungnya berwarna kuning, sementara pada dasar bunga berwarna merah. Buahnya memanjang, berwarna hitam kala masak dan biasa gugur ketika sehabis matang dalam keadaan terpecah. Setiap panjang tangkainya berukuran 7-10 sentimeter.
Tumbuhan ini berasal dari Amerika tropik namun sekarang tersebar di seluruh daerah tropika. Di Indonesia, orang menjuluki tanaman ini dengan sebutan Ki Hujan atau trembesi, sementara dalam bahasa Inggris dinamai rain tree (pohon hujan), monkeypod atau saman. Asal muasalnya dari Hawaii, tetapi banyak tersebar di kepulauan Samoa, daratan Mikronesia, Guam, Fiji, Papua Nugini dan Indonesia.
            Jabon (Anthocephalus cadamba (Roxb.) Miq.  merupakan salah satu dari komoditas kehutanan unggulan yang memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi. Tanaman ini tidak kalah dengan jati yang memiliki berbagai macam fungsi yang dapat dimanfaatkan untuk barang barang kebutuhan rumah tangga. Keunggulan tanaman ini dari pada jati adalah dari segi pertumbuhan tanaman tersebut. Pohon jabon hanya memerlukan waktu 6 tahun saja, dan yang pasti kayunya sudah siap untuk diolah, sedangkan jika jati memerlukan waktu yang lebih lama yaitu 20 tahun. Keduannya memiliki kwalitas yang sama bagusnya, jadi tak khayal tanaman ini menjadi incaran para pebisnis kayu di indonesia.
Jabon (Anthocephalus cadamba (Roxb.) Miq, sendiri memiliki berbagai macam keunggulan yang membuat pohon ini menjadi primadona di kalangan pohon pohon hutan. Bukan hanya cara penanamannya saja yang mudah tetapi juga memiliki berbagai macam fungsi lain yang dapat menguntungkan hutan tempat menanamnya yaitu:
  1. penanaman pohon ini yang cepat bertumbuhnya dapat mempercepat vegetasi hutan tanaman
  2. dapat meningkatkan produkticitas lahan tanaman karena pohon jabon ini dapat dijadikan sebagai tempat berteduh tanaman tanaman yang berada disekitarnya
  3. memiliki potensi dalam mengatur tata air didalam tanah
  4. mencegah erosi tanah
  5. dan yang paling penting dapat dimanfaatkan nilai ekonomisnya sehingga dapat menghasilkan harga yang tinggi.
Tidak itu saja, pohon Jabon (Anthocephalus cadamba (Roxb.) Miq, juga bisa dijadikan sebagai tanahan hias untuk pekarangan rumah kita. Penanaman pohon jambon secara masal dan berkala dapat mengurangi dampak pemanasan global diwilayah sekitar serta perubahan iklim yang ekstrim. Jadi tentu sangat menguntungkan sekali jika kita menanamnya, karena pastinya dapat menguntungkan secara ekonomis serta lingkungan kita akan terasa aman dan nyaman.
1.2 Tujuan dan Kegunaan
          Tujuan dari praktik umum/magang ini yaitu mengaplikasikan ilmu yang di dapat di bangku kuliah langsung secara nyata khususnya masalah  pembibitan/persemaian tanaman Trembesi Samanea saman (Jacq.) Merr dan tanaman Jabon (Anthocephalus cadamba (Roxb.) yang letaknya di  persemaian di CV. Pratama Mandiri di Desa Lolu Kecamatan Biromaru Kabupaten Sigi.
          Kegunaan dari praktik umum/magang ini agar mahasiswa dapat langsung berbuat di lapangan apa yang selama ini didapat dari bangku kuliah, sehingga pemahamannya lebih mendalam khususnya dibidang pembibitan dan persemaian. Mengingat hal ini adalah awal dari proses kelangsungan hutan kedepanya.  









II.                TINJAUAN PUSTAKA

2.1    Persemaian
Yang dimaksudkan dengan persemaian adalah tempat atau areal untuk kegiatan memproses benih (atau bahan lain dari tanaman) menjadi bibit/semai yang siap ditanam di lapangan. Kegiatan di persemaian merupakan kegiatan awal di lapangan dari kegiatan penanaman hutan karena itu sangat penting dan merupakan kunci pertama di dalam upaya mencapai keberhasilan penanaman hutan. Penanaman benih ke lapangan dapat dilakukan secara langsung dan secara tidak langsung yang berarti harus disemaikan terlebih dahulu di tempat persemaian. Penanaman secara langsung ke lapangan biasanya dilakukan apabila biji-biji (benih) tersebut berukuran besar dan jumlah persediaannya melimpah. Meskipun ukuran benih besar tetapi kalau jumlahnya terbatas, maka benih tersebut seyogyanya disemaikan terlebih dulu. Pemindahan/penanaman bibit berupa semai dari persemaian ke lapangan dapat dilakukan setelah semai-semai dari persemaian tersebut sudah kuat (siap ditanam).
Pengadaan bibit/semai melalui persemaian yang dimulai sejak penaburan benih merupakan cara yang lebih menjamin keberhasilan penanaman di lapangan. Selain pengawasannya mudah, penggunaan benih-benih lebih dapat dihemat dan juga kualitas semai yang akan ditanam di lapangan lebih terjamin bila dibandingkan dengan cara menanam benih langsung di lapangan. Tujuan dilakukan pembibitan/persemaian adalah upaya penyediaan bibit yang berkualitas baik dalam jumlah yang memadai, sesuai dengan rencana penanaman (Pusat Penyuluhan Kehutanan dan Perkebunan, 2002).
2.2         Benih
Benih tanaman, selanjutnya disebut benih, adalah tanaman atau bagiannya yang digunakan untuk memperbanyak dan atau mengembangbiakkan tanaman”.
Dari definisi di atas jelas bahwa benih dapat diperoleh dari perkembangbiakan secara generatif maupun secara vegetatif, yang diproduksi untuk tujuan tertentu, yaitu mengembang biakkan tanaman. Dengan pengertian ini maka kita dapat membedakan antara benih (agronomy seed / seed) dengan biji (grain) yang dipakai untuk konsumsi manusia (food steff) dan hewan (feed) (Hendarto Kuswanto, 1996). Dalam perkembangbiakkan secara generatif, bibit biasanya diperoleh dari benih yang disemaikan. Sementara perkembangbiakkan secara vegetatif bibit dapat diartikan sebagai bagian tanaman yang berfungsi sebagai alat reproduksi, misalnya umbi. (Baran Wirawan, 2004).
Dalam konteks agronomi, benih dituntut untuk bermutu tinggi sebab benih harus mampu menghasilkan tanaman yang berproduksi maksimum dengan sarana teknologi yang maju (Sjamsoe’oed Sadjad, 1977). Beberapa keuntungan dari penggunaan benih bermutu, antara lain : a) menghemat penggunaan benih persatuan luas; b) respon terhadap pemupukan dan pengaruh perlakuan agronomis lainnya; c) produktivitas tinggi karena potensi hasil yang tinggi; d) mutu hasil akan terjamin baik melalui pasca panen yang baik; e) memiliki daya tahan terhadap hama dan penyakit, umur dan sifat-sifat lainnya jelas; dan f) waktu panennya lebih mudah ditentukan karena masaknya serentak.Dua faktor penting yang perlu mendapat perhatian di dalam penyediaan benih untuk bahan penanaman di persemaian yaitu kualitas dan kuantitas benih,. Penyediaan benih yang berkualitas baik dan dalam jumlah yang cukup dan tepat waktu sangat menentukan keberhasilan sesuatu persemaian. Seringkali terjadi kekurangan benih bukan disebabkan kurangnya jumlah/berat benih yang tersedia, tetapi karena kualitas benihnya yang jelek. Hal ini dapat terjadi bagi suatu daerah yang tidak memiliki stok benih jenis tertentu sehingga harus didatangkan dari luar. Untuk menyakinkan kualitas benih apakah masih baik perlu dilakukan uji ulang apakah hasilnya sesuai dengan yang dicantumkan pada label.
Banyaknya benih yang dibutuhkan suatu persemaian ditentukan beberapa faktor sebagai berikut :
• Jumlah semai yang harus dihasilkaan
• Peren perkecambahan (viabilitas) dari benih yang bersangkutan.
• Persen jadi semai sampai siap tanam,dan
• Jumlah butir benih tiap kg.
2.3         Sumber Benih
Bagi benih bersertifikat ditetapkan kelas-kelas benih sesuai dengan urutan keturunan dan mutunya, antara lain penetapannya sebagai berikut:
A.Benih Penjenis (BS)
Adalah benih yang diproduksi oleh dan di bawah pengawasan Pemulia Tanaman yang bersangkutan atau instansinya, dan harus merupakan sumber untuk perbanyakan benih dasar.
B.Benih Dasar (BD)
Merupakan keturunan pertama dari Benih Penjenis (BS) atau Benih Dasar yang diproduksi di bawah bimbingan yang intensif dan pengawasan ketat, sehingga kemurnian varietas yang tinggi dapat dipelihara. Benih Dasar diproduksi oleh instansi atau Badan yang ditetapkan atau ditunjuk oleh Ketua Badan Benih Nasional, dan harus disertifikasi oleh Sub Direktorat Pembinaan Mutu Benih BPSB.
C.Benih Pokok (BP)
Merupakan keturunan dari Benih Penjenis atau Benih Dasar yang diproduksi dan dipelihara sedemikian rupa sehingga identitas maupun tingkat kemurnian varietas memenuhi standar mutu yang ditetapkan serta telah disertifikasi sebagai Benih Pokok oleh Sub Direktorat Pembinaan Mutu Benih BPSB.
D.Benih Sebar (BR)
Merupakan keturunan dari Benih Penjenis, Benih Dasar atau Benih Pokok, yang diproduksi dan dipelihara sedemikian rupa sehingga identitas maupun tingkat kemurnian varietas dapat dipelihara, dan memenuhi standar mutu benih yang ditetapkan serta telah disertifikasi sebagai Benih Sebar oleh Sub Direktorat Pembinaan Mutu Benih BPSB (Ance G. Kartasapoetra, 2003).
2.4 Klasifikasi dan morfologi .
      2.4.1 Klasifikasi dan morfologi Trembesi Samanea saman (Jacq.) Merr)
 sebagai berikut:
Kingdom         :  Plantae ( Tumbuhan )
Divisio             :  Magnoliophyta ( Tumbuhan Berbunga )
Kelas               :  Magnoliopsida  ( Tumbuhan Bekeping dua )
Ordo                :  Fabales
Famili              :  Fabaceae ( Suku Polong-polongan )
Genus              :  Albizia
Spesies            : Albizia saman ( jacq) atau Samanea saman (Jacq.) Merr.
            Trembesi (Albizia saman sinonim Samanea saman (Jacq.) Merr) disebut juga Pohon Hujan atau Ki Hujan merupakan tumbuhan pohon besar dengan ketinggian hingga 20 meter dan tajuknya yang sangat lebar. Pohon Trembesi (Ki Hujan) mempunyai jaringan akar yang luas sehingga kurang cocok ditanam di pekarangan karena bisa merusak bangunan dan jalan. Akhir-akhir ini pemerintah, dalam rangka gerakan one man one tree menggalakkan penanaman pohon Trembesi (Ki Hujan) di seluruh wilayah Indonesia karena diyakini dari satu batang Trembesi dewasa mampu menyerap 28 ton karbondioksida (CO2) pertahunnya. Bahkan di Istana Negara, terdapat 2 batang pohon Trembesi yang ditanam oleh presiden pertama RI, Ir. Soekarno yang masih terpelihara dengan baik hingga kini. Trembesi merupakan jenis pohon yang memiliki kemampuan menyerap karbondioksida dari udara yang sangat besar. Pohon ini mampu menyerap 28.488,39 kg CO2/pohon setiap tahunnya. Berdasarkan penelitian Hartwell (1967-1971) di Venezuela, akar trembesi dapat digunakan sebagai obat tambahan saat mandi air hangat untuk mencegah kanker. Ekstrak daun trembesi dapat menghambat pertumbuhan mikrobakterium Tuberculosis (Perry, 1980) yang dapat menyebabkan sakit perut. Trembesi juga dapat digunakan sebagai obat flu, sakit kepala dan penyakit usus (Duke and Wain, 1981)
Pohon Trembesi (Albizia saman) disebut juga sebagai Pohon Hujan atau Ki Hujan lantaran air yang sering menetes dari tajuknya karena kemampuannya menyerap air tanah yang kuat. Di beberapa daerah di Indonesia tanaman pohon ini sering disebut sebagai Kayu Ambon (Melayu), Trembesi, Munggur, Punggur, Meh (Jawa), Ki Hujan (Sunda). Dalam bahasa Inggris pohon ini mempunyai beberapa nama seperti, East Indian Walnut, Rain Tree, Saman Tree, Acacia Preta, dan False Powder Puff. Di beberapa negara Pohon Trembesi ini disebut Pukul Lima (Malaysia), Jamjuree (Thailand), Cay Mura (Vietnam), Vilaiti Siris (India), Bhagaya Mara (Kanada), Algarrobo (Kuba), Campano (Kolombia), Regenbaum (Jerman), Chorona (Portugis) Tumbuhan ini diperkirakan berasal dari Meksiko, Peru dan Brazil namun sekarang telah tersebar ke seluruh daerah beriklim tropis termasuk ke Indonesia.

2.4.2  Klasifikasi dan Morfologi Jabon (Anthocephalus cadamba (Roxb.) Miq.) sebagai berikut :
Kerajaan  : Plantae ( Tumbuhan )
Divisi       : Spermatophyta ( Menghasilkan biji )
Kelas        : Magnoliopsida ( Tumbuhan Berbunga )
Ordo         : Rubiales
Famili      : Rubiaceae ( Suku Kopi-kopian )
Genus      : Anthocephalus
Spesies     : Anthocephalus cadamba (Roxb.) Miq.
        Berdasarkan klasifikasinya, jabon {Anthochepalus cadamba (Roxb.) Miq. Syn.  Anthochepalus chinensis (Lamk.)} termasuk ke dalam famili Rubiaceae (Mansur dan Tuheteru, 2010). Jabon merupakan salah satu jenis asli Indonesia dan memiliki prospek yang cukup baik untuk dikembangkan karena jabon termasuk pohon cepat tumbuh,  dapat tumbuh di berbagai tipe tanah, tidak memiliki hama dan penyakit yang serius, dan ketersediaan pengetahuan silvikulturnya cukup lengkap (Pratiwi, 2003).
        Tinggi pohon jabon dapat mencapai 45 m dengan panjang bebas cabang 30 m, diameter dapat mencapai 160 cm. batangnya lurus dan silindris,  bertajuk tinggi dengan cabang mendatar, berbanir sampai ketinggian 1,50 m. Kulit luar berwarna kelabu-coklat sampai coklat, sedikit beralur dangkal. Daunnya tunggal, panjang tangkai 1 ½ - 4 cm, helaian daun berbentuk ellips atau lonjong, kadang hampir bundar. Bunganya cukup besar, semacam bunga bongkol, diameter 4 ½ - 6 cm. Buah panjangnya 6 mm diliputi daun kelopak, bagian bawahnya agak lunak, berbiji banyak (Tantra, 1981 dalam Sedijoprapto dan Dewi, 2001).
Kayu jabon dapat dipakai untuk korek api, peti pembungkus, cetakan beton, mainan anak-anak, pulp, kelom dan konstruksi darurat yang ringan (Martawijaya, 1989 dalam Sedijoprapto dan Dewi, 2001).
Habitat
Selalu hijau. Di alam bebas pohon dapat mencapai tinggi 45 m dengan diameter lebih dari 100 cm, sedangkan batas bebas cabangnya mencapai hingga 25 m. Pada umur 3 tahun tingginya dapat mencapai 17 m dengan diameter 30 cm. Bentuk tajuk seperti payung dengan sistem percabangan melingkar dengan daun yang tidak lebat dengan panjang 13-32 cm. Bunga jingga berukuran kecil, berkelopak rapat, berbentuk bulat. Batang lurus silindris dan tidak berbanir. Kayunya berwarna putih krem sampai sawo kemerah-merahan.
2.5 Syarat Tumbuh
          2.5.1 Syarat Tumbuh Trembesi ( Samanea saman (Jacq.) Merr.
            Samanea saman yang sering disebut dengan Trembesi (Rain tree) merupakan tanaman pelindung yang mempunyai banyak manfaat. Trembesi dapat bertahan 2-4 bulan atau lebih lama di daerah yang mempunyai curah hujan 40 mm/tahun (dry season) atau bahkan dapat hidup lebih lama tergantung usia, ukuran pohon, temperatur dan tanah. Trembesi juga dapat hidup di daerah dengan temperatur 20-300oC, maksimum temperatur 25-380oC, minimum 18-200oC, temperatur minimum yang dapat ditoleransi 80oC. Tanaman peneduh hujan ini akan tumbuh 15-25 m (50-80 ft) di tempat terbuka dengan diameter kanopi (payung) lebih besar dari tingginya.
Trembesi Samanea saman (Jacq.) Merr.berbentuk melebar seperti payung (canopy), pohon yang masuk dalam sub familiMimosaceae dan famili Fabaceae ini biasa ditanam sebagai tumbuhan pembawa keteduhan. Uniknya, daun pohon saman bisa mengerut di saat-saat tertentu, yaitu 1,5 jam sebelum matahari terbenam dan akan kembali mekar saat esok paginya setelah matahari terbit. Jika hujan datang, daun-daunnya kembali menguncup. Bentuk dahannya kecil kecil seperti dahan putri malu. Daun ini tumbuh melebar seperti pohon beringin, tetapi tidak simetris alias tidak seimbang. Bijinya mirip dengan biji kedelai, hanya warna cokelatnya lebih gelap. Bunganya menyerupai bulu-bulu halus yang ujungnya berwarna kuning, sementara pada dasar bunga berwarna merah. Buahnya memanjang, berwarna hitam kala masak dan biasa gugur ketika sehabis matang dalam keadaan terpecah. Setiap panjang tangkainya berukuran 7-10 sentimeter. Trembesi berbentuk melebar seperti payung (canopy), pohon yang masuk dalam sub familiMimosaceae dan famili Fabaceae ini biasa ditanam sebagai tumbuhan pembawa keteduhan. Uniknya, daun pohon saman bisa mengerut di saat-saat tertentu, yaitu 1,5 jam sebelum matahari terbenam dan akan kembali mekar saat esok paginya setelah matahari terbit. Jika hujan datang, daun-daunnya kembali menguncup. Bentuk dahannya kecil kecil seperti dahan putri malu. Daun ini tumbuh melebar seperti pohon beringin, tetapi tidak simetris alias tidak seimbang. Bijinya mirip dengan biji kedelai, hanya warna cokelatnya lebih gelap. Bunganya menyerupai bulu-bulu halus yang ujungnya berwarna kuning, sementara pada dasar bunga berwarna merah. Buahnya memanjang, berwarna hitam kala masak dan biasa gugur ketika sehabis matang dalam keadaan terpecah. Setiap panjang tangkainya berukuran 7-10 sentimeter.
2.5.2        Syarat Tumbuh Jabon (Anthocephalus cadamba (Roxb.) Miq.)
Tumbuh pada tanah alluvial lembab di pinggir sungai dan di daerah peralihan antara tanah rawa dan tanah kering yang kadang-kadang digenangi air. Selain itu dapat juga tumbuh dengan baik pada tanah liat, tanah lempung podsolik cokelat, tanah tuf halus atau tanah lempung berbatu yang tidak sarang. Jenis ini memerlukan iklim basah hingga kemarau kering di dalam hutan gugur daun dengan tipe curah hujan AD, mulai dari dataran rendah sampai ketinggian 1000 m dpl. Pertumbuhan sangat cepat dibandingkan dengan kayu keras lainnya termasuk bila dibandingkan dengan sengon (albasia), Jabon (Anthocephalus cadamba (Roxb.) Miq.) tergolong tumbuhan pionir sebagaimana sengon. Ia dapat tumbuh di tanah liat, tanah lempung podsolik cokelat, atau tanah berbatu. Sejauh ini jabon bebas serangan hama dan penyakit, termasuk karat tumor yang kini banyak menyerang sengon. Pohon Jabon Jabon (Anthocephalus cadamba (Roxb.) Miq.) berbuah setiap tahun pada bulan Juni sampai Agustus. Buah mengandung biji yang sangat kecil, dengan jumlah biji kering udara 18 – 26 juta butir per kg. Sedangkan jumlah buah 33 butir per kg atau 320 butir per kaleng minyak tanah (Pratiwi, 2003).

2. 6  Manfaat
             2.6.1 Manfaat Tumbuh Trembesi ( Samanea saman (Jacq.) Merr.
Trembesi ( Samanea saman (Jacq.) Merr. merupakan jenis pohon yang memiliki kemampuan menyerap karbondioksida dari udara yang sangat besar. Pohon ini mampu menyerap 28.488,39 kg CO2/pohon setiap tahunnya. Berdasarkan penelitian Hartwell (1967-1971) di Venezuela, akar trembesi dapat digunakan sebagai obat tambahan saat mandi air hangat untuk mencegah kanker. Ekstrak daun trembesi dapat menghambat pertumbuhan mikrobakterium Tuberculosis (Perry, 1980) yang dapat menyebabkan sakit perut. Trembesi juga dapat digunakan sebagai obat flu, sakit kepala dan penyakit usus (Duke and Wain, 1981)
            2.6.2 Manfaat Tumbuh Jabon (Anthocephalus cadamba (Roxb.) Miq.)
          Jabon (Anthocephalus cadamba (Roxb.) Miq.) merupakan tanaman kayu keras yang dapat tumbuh sangat cepat. Lingkar batangnya pada usia 6 (enam) tahun bisa mencapai di atas 40-50 cm, batangnya bebas cabang sampai 60%,warna kayunya kuning terang sampai putih, dan kayunya tidak bobok oleh serangga, karena itulah kayu jabon sangat mungkin dimanfaatkan oleh Industri kayu. Dapat dibuat sebagai bahan bangunan non-konstruksi (tidak cocok untuk bahan bangunan kontruksi), mebeler/furniture, bahan plywood (kayu lapis), batang korek api, potlot, finir, alas sepatu, papan, peti, tripleks, bisa juga buat bahan kertas kelas sedang, dan lainnya. Kayunya juga gampang dikeringkan, Permukaannya halus, kayunya gampang dipaku,di bor dan di lem, susutnya juga rendah.
2.7  Penyebaran
2.7.1 Penyebaran Trembesi ( Samanea saman (Jacq.) Merr
          Samanea saman yang sering disebut dengan Trembesi (Rain tree) merupakan tanaman pelindung yang mempunyai banyak manfaat. Trembesi dapat bertahan 2-4 bulan atau lebih lama di daerah yang mempunyai curah hujan 40 mm/tahun (dry season) atau bahkan dapat hidup lebih lama tergantung usia, ukuran pohon, temperatur dan tanah. Trembesi juga dapat hidup di daerah dengan temperatur 20-300oC, maksimum temperatur 25-380oC, minimum 18-200oC, temperatur minimum yang dapat ditoleransi 80oC. Tumbuhan ini diperkirakan berasal dari Meksiko, Peru dan Brazil namun sekarang telah tersebar ke seluruh daerah beriklim tropis termasuk ke Indonesia.
2.7.2        Penyebaran Jabon (Anthocephalus cadamba (Roxb.) Miq.)
        Jabon memiliki sebaran alami yang luas, mulai dari India sampai Papua New Guinea, yaitu Nepal, Bengal, Assam, Ceylon, Vietnam, Burma, Semenajung Malaya, Serawak, Sabah, Indonesia, Filipina, Papua New Guinea, Cina, dan Australia. Di Indonesia sendiri, jabon ternyata memiliki daerah penyebaran alami hampir di seluruh wilayah Indonesia, seperti Sumatera, Jawa Barat dan Jawa Timur, Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan, Sulawesi, Nusa Tenggara Barat, dan Papua. Di Maluku, terdapat sebaran jabon jenis A. macrophyllus yang dikenal dengan sebutan jabon merah (Mansur dan Tuheteru, 2010).
        Jenis ini umumnya tumbuh di tanah-tanah alluvial lembab di pinggir sungai dan di daerah peralihan antara tanah rawa dan tanah kering yang kadang-kadang digenangi air. Di samping itu jabon dapat tumbuh dengan baik di tanah liat, tanah lempung Podzolik coklat, tanah tuf halus atau tanah berbatu yang tidak sarang. Jenis ini memerlukan iklim basah sampai kering dengan tipe curah hujan A sampai D menurut Schmidt dan Ferguson (1951), mulai dari dataran rendah sampai ketinggian 1000 meter di atas permukaan laut (Martawidjaja, et al., 1989 dalam Pratiwi, 2003). Umumnya jabon ditemukan di hutan sekunder dataran rendah dan dijumpai di dasar lembah, sepanjang sungai dan punggung-punggung bukit. Jabon juga dapat tumbuh secara alami di lahan-lahan bekas tambang di Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara, dan Nusa Tenggara Barat yang memang kondisinya ekstrim, yaitu di tanah dengan pH yang rendah (pH 4) dan tidak subur, terendam, serta kondisi lingkungan yang sangat terbuka dengan suhu yang relatif tinggi. Jabon pun potensial sebagai alternatif dari tanaman sengon dan akasia yang telah lebih dahulu menjadi jenis utama tanaman untuk rehabilitasi lahan bekas tambang (Mansur dan Tuheteru, 2010). Jabon tumbuh di daerah beriklim basah – kering dengan rata – rata temperatur tahunan antara 21 sampai 26oC. Curah hujan tahunan antara 1500 mm sampai 5000 mm atau lebih. Jabon tahan musim kemarau sampai 3 bulan tanpa mengalami banyak kerusakan (Meyenfeld, dkk., 1978 dalam Sapulete dan Kapisa 1994).

III.             GAMBARAN UMUM TEMPAT PRAKTEK
3.1          Keadaan Biofisik Lokasi
          Pembibitan/persemaian CV. Pratama Mandiri terletak di Desa Lolu Kecamatan Sigi Biromaru Kabupaten Sigi Propinsi Sulawesi Tengah. Luas areal CV. Pratama Mandiri yaitu ± 1 hektar m2. CV. Pratama Mandiri berbatasan dengan :
a.       Sebelah utara : Selokan Lolu
b.      Sebelah timur : Rumah Sdr. Muhammad Hanafi
c.       Sebelah selatan : Jl. Poros Lolu
d.      Sebelah barat : Jl. Poros Lolu
3.2         Sarana dan Prasarana Pembibitan
          Jenis sarana dan prasarana yang digunakan pada CV. Pratama Mandiri sebagai penunjang pelaksanaan adalah sebagai berikut :
1.      Jalan
Aksessibilitas menuju ke lokasi Persemaian  CV. Pratama Mandiri dapat ditempuh dari Kota Palu ± 25 menit dengan menggunakan kendaraan roda dua dan roda empat serta memiliki jarak tempuh 5 Km ke arah selatan dari kota Palu.
2.      Air
Air yang digunakan dalam persemaian CV. Pratama Mandiri berasal dari sekitaran persemaian tersebut Dengan Bantuan Dap dan Selang Penyalur ke bedengan.
3.      Peralatan yang dimiliki
Adapun peralatan yang digunakan adalah Sekop, Cangkul, arco, ayakan, selang air dan parang.
4.      Bahan yang ada pada persemaian
Bahan yang ada pada persemaian adalah Tanah, Poleybag, media tabur dan sapih, pupuk dan benih
3.3         Tenaga Kerja
Tenaga kerja yang dipekerjakan pada perusahaan CV. Pratama Mandiri adalah  dari tenaga kerja lokal yang berada disekitar lokasi pembibitan yang Kebanyakan Adalah Ibu-ibu dan masih ada hubungan keluarga dengan pengelola. Jumlah tenaga kerja yang digunakan adalah sebanyak 4 orang.








IV.             METODE PRAKTEK
4.1    Waktu dan Tempat
Praktik umum/magang ini dilaksanakan dari bulan februari 2012 sampai bulan Maret 2012.  Bertempat di CV. Pratama Mandiri, Desa Lolu, Kecamatan Biromaru, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah.
4.2         Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktik umum/magang ini yaitu alat tulis-menulis, arco, sekop, selang air dan kamera. Sedangkan bahan yang digunakan yaitu berupa biji/benih Trembesi Dan Jabon, tanah (top soil) dan air.
4.3     Metode Praktikum
Metode pelaksanaan praktikum lapangan ini dengan cara mempraktikan langsung teknik pembibitan tanaman Trembesi Samanea saman (Jacq.) Merr). dan tanaman Jabon (Anthocephalus cadamba (Roxb.) Miq






V.                HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1  Perencanaan
Perencanaan lokasi persemaian umumnya berada di dekat sumber media dan lokasi penanaman serta juga memiliki kemudahan akses untuk pengangkutan dan dapat menjamin pemeliharaan bibit dilakukan sesuai dengan kebutuhan. Untuk persemaian CV. Mandiri Pratama, syarat yang utama dari pemilihan lokasi persemaian adalah berada pada di dekat pemukiman atau rumah yang memudahkan pelaksanaan kegiatan sehari-hari terutama dalam pemeliharaan bibit. Sedangkan luasan lokasi persemaian tergantung dari rencana jumlah bibit yang akan diproduksi dan rencana pengembangan persemaian CV Pratama Mandiri tersebut. Ada beberapa persyaratan yang umum dalam perencanaan persemaian yang dilaksanakan oleh CV. Pratama Mandiri antara lain:
a.       Letak lahan
Letak lahan yang dipergunakan CV. Pratama Mandiri adalah dengan Lahan terpadu atau terpusat. Untuk kondisi lahan terpadu, perencanaan sistem pengairan dan pembagian unit lahan blok-blok produksi bibit relatif mudah. Adanya lahan terpadu juga memudahkan pemantaun persemain serta pengedalian hama dan penyakit.
b.      Dekat dengan sumber air.
Sumber air yang digunakan oleh CV. Pratama Mandiri adalah air yang berada di drainase samping persemaian kemudian dipasangkan pipa lalu di airi kelokasi persemaian untuk memudahkan memasok kebutuhan air per-hari sesuai dengan jumlah bibit yang diproduksi.
c.       Luas lahan.
Secara umum, luas lahan CV. Pratama Mandiri yaitu ± 1 hektar m2.
d.      Topografi datar dan tidak tergenang.
Topografi CV. Pratama Mandiri adalah topografi datar dan tidak tergenang sehingga memudahkan penempatan bibit, misalnya : 1  bedeng ukuran 1 m x 3 m bisa mencapai kapasitas ratusan bibit yang berukuran polybag 10x15 cm.
5.1.1 Pelaksanaan Pembagunan Persemaian CV. Pratama Madiri
 A. Pemilihan Dan Perendaman Biji
- Pilih biji yang berkwalitas baik
- Direndam dengan air hangat + 40 derajat celcius
- Diamkan selama 3 s/d 4 hari.
- Biji yang terapung jangan dipakai
B.  Menyiapkan Lahan Persemain
- Sekam padi 40%
- Pupuk kotoran sapi 30%
- Tanah hitam / subur 20%
- Pasir 30%


C. Persemaian Biji
- Biji Yang mengembang disemai dilahan yang sudah disiapkan
- Ditanam dengan kedalaman 2 s/d 3 cm.
- Siram biji yang sudah disemai pagi dan sore hari.
- Apabila sudah muncul daunnya pindahkan ke polybag.
D. Penyiapan Lahan Pembibitan

- Polybag yg sudah diisi bibit trembesi diletakkan secara kelompok
- Diatur menyerupai blok/lajur-lajur / saf, supaya mudah penyiraman
- Jangan diletakkan terlalu berhimpitan, supaya bibit tumbuh dengan baik.
- Letakkan diatas tanah / jangan dilantai/semen/papan
- Siram pagi dan sore hari.
E. Pembuatan Naungan
     Naungannya berupa dedaunan atau ram yang memakai empat tiang penyangga di atas masing-masing bedengan
F. Penyiapan Sarana Penyiraman
- Selang air untuk penyiraman
- Drum / bak untuk penampungan air, bila tidak tersedia sumber air yang
cukup dekat.
G. Perawatan dan Penyiraman
- Kegiatan harian penyiraman setiap pagi & sore
- Pupuk kandang (kotoran sapi) diberikan setiap bulan sekali.
- Patahkan cabang & kurangi daun yang sudah lebat, agar cepat tinggi.
- Bersihkan rumput di polybag supaya tidak ganggu tumbuhnya bibit.
- Bibit tidak berada ditempat tertutup, karena menghambat pertumbuhan.
- Berikan penahan atau pengapit bambu supaya pohon tidak patah &
pertumbuhannya tidak miring.
- Lakukan perawatan secara terus-menerus sampai diatas umur 6 bulan &
tinggi
5.1.2 Pengadaan Benih.

Pengadaan benih adalah proses kegiatan mulai dari pengumpulan benih, ekstraksi benih, pengujian termasuk seleksi dan penyimpanan benih. Ekstraksi benih adalah proses memisahkan benih dari buah. Bibit diperoleh dari buah yang sudah tua / masak yang diambil dengan cara memanjat dan memetiknya dari pohon atau dengan cara memungut buah yang sudah jatuh (Mansur dan Tuheteru, 2010).Pemurnian benih adalah proses memisahkan benih dari benda ikutan atau kotoran yang terbawa selama pengumpulan benih. Seleksi benih adalah proses memisahkan benih yang berkualitas baik dari populasi benih yang telah dibersihkan dari kotoran (pemurnian benih). (Yuliarsana, 2004).
1.      Pengadaan benih Trembesi  Samanea saman (Jacq.)
Trembesi  Samanea saman (Jacq.) yang digunakan CV. Pratama Mandiri Desa Lolu Kecamatan Biromaru Kabupaten Sigi untuk Persemaian adalah suatu benih yang berkualitas baik yang berasal dari berbagai daerah Kabupaten Sigi diantaranya Desa Lolu, Desa Toro, dan wilayah Palolo.


2.      Pengadaan benih Jabon (Anthocephalus cadamba (Roxb.) Miq
Benih Jabon (Anthocephalus cadamba (Roxb.) Miq yang digunakan CV. Pratama Mandiri Desa Lolu Kecamatan Biromaru Kabupaten Sigi untuk Persemaian adalah suatu benih yang berkualitas baik yang berasala dari daerah Jawa dan Sumatra karena Diwilayah Sulawesi sendiri masih kurang.

5.1.3 Pemeliharaan bibit
Kegiatan pemeliharaan bibit CV. Pratama Mandiri  terdiri dari kegiatan penyiraman, penyulaman, penyiangan dari rumput/gulma, pemberian pupuk tambahan, dan pemberantasan hama dan penyakit.
ü  Penyiraman
Penyiraman biasanya dilakukan dua kali yaitu pada pagi dan sore hari, namun frekwensi penyiraman dapat dikurangi pada musim hujan. Dan harus selalu diperhatikan agar media jangan sampai kekeringan atau terlalu basah karena keduanya dapat mengganggu kesehatan bibit
ü  Pemupukan
Pemupukan diperlukan apabila ratarata pertumbuhan bibit atau penampilan pertumbuhan bibit kurang dari kondisi normal. Pertumbuhan bibit dapat dicirikan dari perubahan warna daun dan pertumbuhan batang. Penggunaan pupuk harus disesuaikan dengan kekurangan jenis unsur hara yang dibutuhkan tanaman tersebut.

VI.             KESIMPULAN DAN SARAN
6.1         Kesimpulan
1.      Bibit trembesi  ini  merupakan  jenis bibit tanaman perindang  yang  sedang di galakan / di anjurkan oleh Bapak Presiden kita yaitu : Bapak SUSILO BAMBANG YUDOYONO, dengan program penaman 1 milyar pohon.
2.      Bibit Jabon merupakan jenis tanaman lokal Indonesia yang tergolong pohon cepat tumbuh dapat tumbuh di berbagai tipe tanah (Redaksi Trubus, 2010). Dalam pertumbuhannya jabon membutuhkan cahaya yang cukup.
6.2 Saran
Dalam Proses Pembibitan perlu di perhatikan Aspek tempat tumbuh dan naungan, Serta tenaga kerja dalam prosesnya karena bibit menentukan kwalitas Pohon nantinya.








Label:

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda