Minggu, 11 November 2012

makalah hasil hutan non kayu "getah damar"


 DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL.........................................................................              i
DAFTAR ISI ...................................................................................               ii
KATA PENGANTAR……………………………………………                iii
I.                        PENDAHULUAN ...............................................................             1
1.1  Latar Belakang ..............................................................              3

II.          PEMBAHASAN .......................................................                        4
              2.1 Klasifikasi Damar ................................................................         4
              2.2 Sejarah Damar/Resin .............................................                       4
2.3 Manfaat Damar ………………………………. ……………      5
2.4 Kegunaan ………………………………………………….        6
2.5 Penyadapan Damar ……………………………………….         7
2.6 Produksi Indonesia………………………………………..         7
2.7 Peremajaan ……………………………………………….          8
2.8 Peralatan yang Umum Digunakan Dalam Menyadap Damar…. 8
2.9 Cara Penyadapan Dan Pengumpulan Getah …………………..10
III.         PENUTUP  ..........................................................................             12
              5.1  Kesimpulan ...................................................................               12
              5.2  Saran .............................................................................               12

DAFTAR PUSTAKA


KATA  PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan hidayahNyalah sehingga pembuatan makala HHNK dapat terselesaikan dengan baik
Tidak lupa pula kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Dosen pembimbing HHNK yang telah membantu kami dalam menyelesaikan makalah Sistem Informasi Spasial, makalah kami ini belum sempurna sehingga kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca.
Akhirnya kami dari penyusun makalah HHNK, saya mengucapkan terimakasih, semoga para pembaca memaklumi.
                                                                                                        

Palu,  04 November 2012

                                                                           penyusun

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
HHBK akhir-akhir ini dianggap semakin penting setelah produktivitas kayu dari hutan alam semakin menurun. Perubahan paradigma dalam pengelolaan hutan semakin cenderung kepada pengelolaan kawasan (ekosistem hutan secara utuh), juga telah menuntut diversifikasi hasil hutan selain kayu.
Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) berasal dari bagian pohon atau tumbuh-tumbuhan yang memiliki sifat khusus yang dapat menjadi suatu barang yang diperlukan oleh masyarakat, dijual sebagai komoditi ekspor atau sebagai bahan baku untuk suatu industri. Mengingat pemungutannya tidak memerlukan perizinan yang rumit sebagaimana dalam pemungutan hasil hutan kayu (timber), masyarakat hutan (masyarakat yang tinggal di sekitar hutan) umumnya bebas memungut dan memanfaatkan HHBK dari dalam hutan. Masyarakat tidak dilarang memungut dan memanfaatkan HHBK baik di dalam hutan produksi maupun hutan lindung, kecuali di dalam kawasan suaka alam dan kawasan pelestarian alam (Departemen Kehutanan 1990).
Oleh karena itu, selain menjadi sumber devisa bagi negara, HHBK seperti rotan, daging binatang, madu, damar, gaharu, getah, berbagai macam minyak tumbuhan, bahan obat-obatan, dan lain sebagainya merupakan sumber penghidupan bagi jutaan masyarakat hutan.   Masyarakat hutan memanfaatkan HHBK baik secara konsumtif (dikonsumsi langsung) seperti binatang buruan, sagu, umbi-umbian, buah-buahan, sayuran, obat-obatan, kayu bakar dan lainnya, maupun secara produktif (dipasarkan untuk memperoleh uang) seperti rotan, damar, gaharu, madu, minyak astiri, dan lainnya. Tulisan ini akan menguraikan bentuk-bentuk hasil hutan bukan kayu dan peranannya.
Pohon damar (Agathis dammara (Lamb.) Rich.) adalah sejenis pohon anggota tumbuhan runjung (Gymnospermae) yang merupakan tumbuhan asli Indonesia. Damar menyebar di Maluku, Sulawesi, hingga ke Filipina (Palawan dan Samar). Di Jawa, tumbuhan ini dibudidayakan untuk diambil getah atau hars-nya. Getah damar ini diolah untuk dijadikan kopal. Pohon yang besar, tinggi hingga 65m berbatang bulat silindris dengan diameter yang mencapai lebih dari 1,5 m. Pepagan luar keabu-abuan dengan sedikit kemerahan, mengelupas dalam keping-keping kecil.
Daun berbentuk jorong, 6–8 × 2–3 cm, meruncing ke arah ujung yang membundar. Runjung serbuk sari masak 4–6 × 1,2–1,4 cm; runjung biji masak berbentuk bulat telur, 9–10,5 × 7,5–9,5 cm.
Damar tumbuh secara alami di hutan hujan dataran rendah sampai ketinggian sekitar 1.200 m dpl. Namun di Jawa, tumbuhan ini terutama ditanam di pegunungan. Kayu damar berwarna keputih-putihan, tidak awet, dan tidak seberapa kuat. Di bogor dan di Sulawesi Utara, kayu ini hanya dimanfaatkan sebagai papan yang digunakan di bawah atap. Kerapatan kayunya berkisar antara 380–660 kg/m³. Kayu damar diperdagangkan di Indonesia dengan nama kayu agatis.
Pohon damar juga disukai sebagai tumbuhan peneduh taman dan tepi jalan (misalnya di sepanjang Jalan Dago, Bandung). Tajuknya tegak meninggi dengan percabangan yang tidak terlalu lebar.
Damar merupakan salah satu tanaman kayu asli Indonesia yang tersebar di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku dan Papua. Damar biasanya dimanfaatkan kayunya karena mempunyai nilai jual yang cukup tinggi, terutama digunakan untuk pertukangan. Pulp dan kayu lapisnya termasuk golongan awet IV dan awet III dengan berat jenis kayunya sekitar  0,49. Nama damar sendiri diambil karena pohon ini memproduksi kopla (getah) atau yang biasa kita sebut dengan “damar”. Getah tersebut biasa digunakan untuk cat, vernis spiritus, plastik, bahan sizing, pelapis tekstil, bahan water proofing, tinta cetak, dan lain sebagainya.
Pohon ini mempunyai ciri-ciri berbatang tinggi tegak dengan daunnya yang hijau sepanjang tahun. Pohon ini juga biasa digunakan sebagai pohon pendeuh karena kerimbunan daun-daunnya. Selain itu juga digunakan sebagai penghias jalan, karena jika pohon damar ditanam berjajar sesuai garis lurus, maka akan terlihat indah dan menarik. Selain manfaat-manfaat tersebut, saat ini pohon damar juga sedang diteliti dalam bidang kesehatan terkait dengan kemampuannya menyembuhkan penyakit Alzheimer.
Tanaman ini cukup mudah untuk dibudidayakan, seperti tanaman-tanaman kayu yang lainnya. Damar dapat tumbuh pada tempat denga ketinggian diatas 400 dpal. Namun beberapa spesies damar juga ada yang dapat tumbuh dibawah ketinggian tersebut. Kondisi tanah yang dibutuhkan relatif subur serta memiliki solum dengan curah hujan rata-rata 3000-4000 mm per tahun. Pohon ini tidak tahan dengan musim panas, jadi hanya tumbuh di tempat yang banyak hujannya seperti di daerah tropis. Penanamannya biasanya menggunakan model tumpangsari. Saat awal penanaman, pohon damar membutuhkan tanaman peneduh sebagai naungan, biasanya dengan menggunakan tanaman akasia. Bila damar sudah mulai tinggi maka tanaman peneduh tersebut dapat diganti dengan tanaman penyela yang dapat berupa tanaman pangan. Sistem ini sangat dianjurkan, karena pendapatan selama menunggu hingga damar dapat dipanen berasal dari tanaman sela. Tanaman sela disesuaikan dengan rotasi yang ada disekelilingnya. Perawatannya dilakukan bersamaan dengan perawatan tanaman sela.





II. PEMBAHASAN
Damar merupakan salah satu hasil hutan non kayu yang sudah lama dikenal, yaitu suatu getah yang merupakan senyawa polysacarida yang dihasilkan oleh jenis-jenis pohon hutan tertentu. Sampai saat ini damar cukup banyak digunakan orang antara lain untuk bahan vernis, bahan penolong dalam pembuatan perahu dan yang terpenting adalah sebagai pembungkus kabel laut/ tanah. Damar dihasilkan oleh jenis-jenis pohon dari genus: Hopea, Balonocarpus, Vatica, Canoriurn, dan Agathis.

2.1. Klasifikasi Damar
Kingdom      : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi  : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi            : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas             : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas      : Dilleniidae
Ordo             : Theales
Famili           : Dipterocarpaceae
Genus           : Shorea
Spesies         : Shorea hopea 

2.2. Sejarah Damar/Resin
            Resin, cairan getah lengket yang dipanen dari beberapa jenis pohon hutan, merupakan produk dagang tertua dari hutan alam Asia Tenggara. Spesimen resin dapat ditemukan di situs-situs prasejarah, membuktikan bahwa kegiatan pengumpulan hasil hutan sudah sejak lama dilakukan. Hutan-hutan alam Indonesia menghasilkan berbagai jenis resin. Terpentin (resin Pinus) dan kopal (resin Agathis) pernah menjadi resin bernilai ekonomi yang diperdagangkan dari Indonesia sebelum Perang Dunia II.
            Damar adalah istilah yang umum digunakan di Indonesia untuk menamakan resin dari pohon-pohon yang termasuk suku Dipterocarpaceae dan beberapa suku pohon hutan lainnya. Sekitar 115 spesies, yang termasuk anggota tujuh (dari sepuluh) marga Dipterocarpaceae menghasilkan damar. Pohon-pohon dipterokarpa ini tumbuh dominan di hutan dataran rendah Asia Tenggara, karena itu damar merupakan jenis resin yang lazim dikenal di Indonesia bagian barat. Biasanya, damar dianggap sebagai resin yang bermutu rendah dibanding kopal atau terpentin.
            Ada dua macam damar yang dikenal umum, dengan kualitas yang jauh berbeda. Pertama adalah damar batu, yaitu damar bermutu rendah berwarna coklat kehitaman, yang keluar dengan sendirinya dari pohon yang terluka. Gumpalan-gumpalan besar yang jatuh dari kulit pohon dapat dikumpulkan dengan menggali tanah di sekeliling pohon. Di seputar pohon-pohon penghasil yang tua biasanya terdapat banyak sekali damar batu. Kedua, adalah damar mata kucing; yaitu damar yang bening atau kekuningan yang bermutu tinggi, sebanding dengan kopal, yang dipanen dengan cara melukai kulit pohon. Sekitar 40 spesies dari genus Shorea dan Hopea menghasilkan damar mata kucing, di antaranya yang terbaik adalah Shorea javanica dan Hopea dryobalanoides.
3.3. Manfaat Damar
            Tak banyak yang tahu tentang damar. Padahal, dari pohon damar bisa diambil banyak manfaat. Kayu pohon damar bisa dipakai untuk perahu boat. Kekuatannya tangguh, tapi memiliki bobot yang ringan. Batangnya yang tegak lurus itulah membuat kayu dari pohon damar pun banyak yang lurus-lurus. Sedangkan daunnya lebar, lonjong tapi pipih. Biasa kayu pohon damar juga dijadikan bahan pembuat kertas, alat rumahtangga, alat musik dan alat olahraga. Dalam bahasa ahli bangunan, kualitas kayu pohon damar termasuk kualitas IV, dan kekuatannya kelas III. Sedangkan getahnya bisa diambil untuk bahan cat, kosmetik, plastik, vernis, bahkan korek api.                                                                                                     Tumbuhnya damar ada Sebagian besar tumbuh di hutan primer. Itu antara lain banyak ditemukan di kawasan hutan Lampung, Sumatera Selatan, Sulawesi, Kalimantan, dan Irian Jaya. Memiliki rata-rata ketinggian 50 meter, diameternya rata-rata 2 meter. Yang paling diburu orang dari damar adalah getahnya. Getah damar ini mengandung unsur kimia resin yang juga bisa berkasiat untuk obat gosok. Selain itu juga bisa dipakai untuk bahan pengawet binatang bahkan tumbuh-tumbuhan.
            Ada beberapa jenis getah damar yang menjadi buruan orang, yakni damar mata kucing, damar batu, damar hitam dari jenis meranti, juga damar resak. Saat ini, jenis-jenis itu yang banyak dimanfaatkan orang adalah jenis damar batu dan mata kucing yang merupakan salah satu produk andalan ekspor Lampung.
2.4 Kegunaan
Tanaman damar (shorea javanica) telah dibudidayakan masyarakat pesisir Kabupaten Lampung Barat (Lambar) sejak zaman Belanda hingga sekarang. Damar menjadi salah satu bagian dari sistem usaha tani masyarakat setempat. Seperti halnya budi daya tanaman lain.
Berdasarkan status lahannya, maka penyebaran tanaman damar dibedakan menjadi dua. Yaitu hutan damar rakyat dan hutan damar pada kawasan hutan.
Kegunaan getah damar adalah sebagai bahan baku cat, korek api, vernis, dan pelitur.  ’’Sebagian besar getah damar mata kucing diekspor ke Singapura, Hongkong, India, Jepang, dan Belanda,”.
Alat-alat yang digunakan dalam pengumpulan getah damar yaitu ambon (alat pemanjat pohon damar); tembilung (wadah yang digunakan untuk mengambil atau memetik getah damar); dan kapak patil (alat untuk menyadap atau mengambil getah damar dari lubang takik). Juga bebalang (wadah yang digunakan untuk tempat mengumpulkan getah damar dari tembilung). Selain dimanfaatkan getahnya, juga kayunya untuk berbagai keperluan. ’’Kayu damar bisa digunakan untuk bangunan, kayu lapis, mebel, lantai, papan, bahan pembungkus, dan pulp,” bebernya.
Sedangkan dalam meningkatkan produktivitas repong damar, pemerintah setempat telah membuat program. Yaitu memberikan bantuan bibit kepada petani repong dammar

2.5. Penyadapan Damar
Penyadapan damar dilakukan dengan cara membuat beberapa buah lubang sadap pada batang pohon dalam bentuk segitiga dan  disusun secara vertical (arah keatas) maupun secara vertical (arah ke samping). Variatifnya jumlah produksi suatu getah dammar disebabkan oleh sebab belum seragamnya cara penyadapan, terutama dalam jumlah, ukuran dan kedalaman lubang sadap yang dibuat pada setiap pohon berdiameter tertentu. Bahkan tidak jarang dijumpai jumlah lubang sadap dan kedalaman yang berlebihan yang tidak sesuai dengan batang pohon yang disadap. Cara penyadapan yang demikian tentunya tidak akan memberikan hasil dammar yang optimal, disamping itu pohonakan terganggu pertumbuhannya. Sehubungan dengan hal tersebut, perlu adanya perbaikan cara dalam menyadap dammar.    
Tujuan dari penyadapan dammar adalah membuka saluran damar sehingga damar keluar dari Pohon . Makin besar dan makin banyak jumlah lubang sadap, maka makin banyak jumlah damar yang keluar dari batang pohon. Tetapi konsekuensinya, bila luka pohon terlalu banyak maka daya tumbuh pohon akan terganggu sehingga pohon hidup merana atau bahkan menjadi tumbang. Dengan demikian perbaikan cara penyadapan yang dimaksudkan disini adalah penyadapan dengan jumlah lubang sadap yang tidak terlalu banyak. Tetapi mampu meningkatkan produksi pada setiap lubang sadap. Ada beberapa alternatif cara penyadapan yang dapat meningkatkan produksi yaitu Melalui perlakuan perangsangan baik secara fisik maupun kimia.

2.6. Produksi Indonesia
Menurut Peratin (Kepala Desa-red) Pekon Pahmongan Erna Sanan, rendahnya harga getah damar di tingkat petani tidak terlepas dari terlalu panjangnya mata rantai tata niaga. Mata rantai tata niaga di mulai dari pedagang perantara yang biasanya membeli getah damar dari petani di hutan/pekon. Dari pedagang ini barulah barang dikirim ke eksportir yang menjualnya ke Singapura dan India. Dari Singapura umumnya getah damar Lampung diekspor ke Eropa dan negara Asia Timur lainnya. Sementara itu, dari India, getah damar dijual ke berbagai negara di Timur Tengah.
Mengingat panjangnya mata rantai tata niaga, ketika Pemda Lambar mengikuti pameran tunggal Indonesia di Dubai, Uni Emirat Arab, tahun lalu, pengusaha setempat baru tahu jika damar yang selama ini diimpornya dari India ternyata dihasilkan Indonesia. Apalagi produksi getah damar Lampung Barat merupakan terbesar di Indonesia. Diperkirakan sekitar 65 persen volume ekspor getah damar Indonesia berasal dari Lampung Barat. Seiring dengan itu, juga sedang diupayakan agar damar yang diekspor sudah produk olahan berupa vernis dan getah yang sudah dimurnikan menjadi cairan. Untuk itu sedang digagas pengadaan pabrik pengolahan getah damar di Lampung Barat.

2.7. Peremajaan
Menyadari pentingnya menjaga kelanjutan usaha getah damar, memprogramkan pengadaan 5.000 batang bibit damar dari dana APBD Lambar tahun 2006.
Pelestarian hutan damar berbasis masyarakat perlu dilakukan karena dari tahun ke tahun tanaman damar makin luas.  Artinya, lebih banyak pohon yang tumbuh dibandingkan dengan yang mati/ditebang. Komoditas damar produksi selama ini banyak diekspor ke Uni Emirat Arab, Bangladesh, Pakistan, India, dan Italia. Getah damar ini dapat diolah menjadi vernis, cat, dempul, dupa, tinta, kosmetik, bahan farmasi, dan obat-obatan.

2.8. Peralatan yang Umum Digunakan Dalam Menyadap Damar
            Peralatan yang digunakan untuk menyadap getah damar pada umumnya terbuat dari bahan - bahan yang merupakan produk hasil hutan seperti rotan dan bagian pohon aren. Jenis dan kegunaan peralatan penyadapan getah adalah sebagai berikut :

1. Pisau Sadap
            Pisau sadap atau biasa disebut kapak patil merupakan kapak kecil yang berbentuk menyerupai hurup T dengan lebar mata pisau sekitar 3 cm dan dapat dilepas serta dipasang dari gagangnya. Gagang kapak terbuat dari kayu dengan panjang kira-kira 15 cm. Mata pisau dan gagangnya dipasang dengan cara diikat menggunakan tali yang terbuat dari rotan. Kapak Patil berfungsi untuk membuat takik/lubang sadap, mengorek dan mengambil hasil damar, serta membuka/memperbarui luka sadap (menghuring).
2. Wadah Penampung Getah Damar
            Wadah penampung getah damar atau disebut tembilung merupakan wadah yeng berbentuk kerucut dengan ukuran diameter 25 cm dan tinggi 30 em. terbuat dari seludang/ pelepah aren atau keranjang berbentuk selinder yang terbuat dari anyaman kulit rotan. Alat ini digunakan untuk menampung damar yang baru dipungut dari lubang sadap.
3. TaliPemanjat
            Tali pemanjat atau ambon/alit terbuat dari anyaman kulit rotan atau batang rotan berdiameter kecil yang panjangnya sekitar 3- 4 meter. Alat ini berfungsi untuk memanjat dan menyangga/menahan tubuh penyadap sewaktu menyadap dan memperbarui lubang sadap.
4. Keranjang Angkut
            Keranjang angkut atau babalang merupakan wadah damar seperti keranjang berbentuk bulat panjang dan terbuat dari anyaman  rotan dan dilengkapi dengan tali yang terbuat dari kulit kayu agar keranjang dapat digendong seperti ransel. Alat ini dapat memuat sekitar 60 - 75 kg darnar.


2.9. Cara Penyadapan Dan Pengumpulan Getah
            Pohon damar mulai disadap pada umur ± 20 tahun atau apabila diameter batangnya telah mencapai 25 cm. Sebelum penyadapan dilaksanakan. kulit batang pnhon damar yang akan disadap dibersihkan terlebih dahulu dengan cara dikerik, agar di sekitar lubang sadap yang akan dibuat bebas dari kotoran atau tatal kayu yang mungkin akan mengotori getah/resin yang keluar. Setelah pembersihan kulit batang selesai, kemudian dilakukan penyadapan yaitu dengan membuat luka/lubang berbentuk segitiga pada kulit batang, dengan posisi lubang sadap pertama berada sekitar 50 cm di atas permukaan tanah. Ukuran lebar lubang sadap pertama/ muda yang dibuat adalah sekitar 3 cm (tergantung dari lebar mata pisau dari kapak parit yang digunakan) dengan kedalam setebal kulit batang atau sampai batas kambium (sekitar 2 - 2,5 cm). Jumlah lubang yang dibuat pada batang pohon yang baru pertama kali disadap (diameter batang sekitar 25 cm) biasanya sebanyak 2 - 4 tempat yang disusun berderet ke atas dalam satu  jalur, dengan jarak antar luka sadap dalam jalur vertikal sekitar 40 Cm. Ukuran lebar lubang sadap akan bertambah besar seiring dengan seringnya batang pohon disadap. Selain itu jumlah lubang dan jalur sadap akan bertambah pula sejalan dengan bertambahnya ukuran diameter batang pohon yang disadap. Jumlah jalur sadap pada pohon dengan diameter batang 60 - 30 cm adalah sebanyak 4 - 5 buah, dengan jumlah lubang sadap setiap jalur sebanyak 9 – 11 lubang. Beberapa saat setelah kulit batang disadap getah akan keluar, dan getah dibiarkan mengalir dan terkumpul di dalam lubang sadap hingga mengering. Setelah getah dammar mengering kemudian damar dipanen/dikumpulkan. Periode pemanenan getah biasanya sekitar dia minggu sampai satu bulan setelah penyadapan. Cara pemanenan atau pengumpulan getah dari lubang sadap adalah dengan mengeluarkan/mengorek damar dari lubang sadap menggunakan kapak patil. kemudian ditampung ke dalam  tembilung. Setelah semua getah dalam lubang sadap terkumpul dalam  tembilung, lubang sadap dibersihkan dari sisa-sisa getah yang mengering dan selanjutnya dilakukan pembaruan luka sadap. Pembaruan luka sadap dilaksanakan dengan membuang/menyayat beberapa milimeter kulit batang dari tepi lubang sadap sebelumnya. Pengumpulan getah dari lubang sedap yang tinggi (tidak terjangkau lagi oleh tangan penyedap) dilakukan dengan cara memanjat pohon dengan menggunakan bantuan alit yang dililitkan pada batang pohon dan tubuh penyadap. Setelah semua damar dalam satu pohon yang dipanen tertampung dalam tembilung, kemudian dimasukkan ke dalam babalang untuk selanjutnya diangkut ketempat pengumpulan.
III. PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Keberhasilan sistem pengelolaan Damar sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor ekologi, ekonomi-bisnis, dan sosial-budaya. Faktor ekologi yang paling berpengaruhadalah tempat tumbuh yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman, kemampuan peran danfungsi ekosistem Damar terhadap ekosistem-ekosistem lainnya, dan keberadaan komposisi jenis yang beranekaragam. Strategi pengembangan sistem pengelolaan Damar sangat ditentukan oleh aktor organisasi masyarakat petani Damar yang kuat dan mandiri, Damar merupakan salah satu tanaman kayu asli Indonesia yang tersebar di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku dan Papua. Damar biasanya dimanfaatkan kayunya karena mempunyai nilai jual yang cukup tinggi, terutama digunakan untuk pertukangan.
3.2. Saran
Keberlanjutan sistem pengelolaan Damar yang telah mendapat pengakuan dan kekaguman banyak peneliti dari berbagai lembaga tersebut tetap terjamin, maka diperlukan berbagai upaya untuk mencari jalan keluar terbaik. Pengakuan dan kekaguman berbagai pihak, termasuk dari pemerintah, sebaiknya diimbangi dengan pemberian hak dan tanggung jawab yang lebih besar kepada masyarakat.






DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kehutanan (DEPHUT). 2007. Peraturan Menteri Kehutanan No. 35 Tahun 2007 tentang Hasil Hutan Bukan Kayu.
Lubis, Z. 1996. damar: kajian tentang pengambilan keputusan dalam pengelolaan lahan hutan pada dua komunitas.





Label:

1 Komentar:

Pada 24 September 2019 pukul 01.42 , Blogger Ali Syahbana Fenetiruma mengatakan...

suvu
mhon izin copy sebagian isi buat study lapangan damar

 

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda