makalah hasil hutan non kayu "getah damar"
Halaman
HALAMAN JUDUL......................................................................... i
DAFTAR ISI
................................................................................... ii
KATA
PENGANTAR…………………………………………… iii
I.
PENDAHULUAN
............................................................... 1
1.1 Latar Belakang
.............................................................. 3
II. PEMBAHASAN
....................................................... 4
2.1 Klasifikasi Damar
................................................................ 4
2.2 Sejarah Damar/Resin
............................................. 4
2.3 Manfaat Damar ………………………………. …………… 5
2.4 Kegunaan …………………………………………………. 6
2.5 Penyadapan Damar ………………………………………. 7
2.6 Produksi
Indonesia……………………………………….. 7
2.7 Peremajaan ………………………………………………. 8
2.8 Peralatan
yang Umum Digunakan Dalam Menyadap Damar…. 8
2.9 Cara Penyadapan Dan Pengumpulan
Getah …………………..10
III. PENUTUP
.......................................................................... 12
5.1 Kesimpulan
................................................................... 12
5.2 Saran
............................................................................. 12
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan
kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan hidayahNyalah sehingga
pembuatan makala HHNK dapat
terselesaikan dengan baik
Tidak lupa pula kami ucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada Dosen pembimbing HHNK yang telah membantu kami dalam
menyelesaikan makalah Sistem Informasi Spasial, makalah kami ini belum sempurna
sehingga kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari para
pembaca.
Akhirnya kami dari penyusun makalah
HHNK,
saya
mengucapkan terimakasih, semoga para pembaca memaklumi.
Palu, 04
November
2012
penyusun
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
HHBK akhir-akhir ini
dianggap semakin penting setelah produktivitas kayu dari hutan alam semakin
menurun. Perubahan paradigma dalam pengelolaan hutan semakin cenderung kepada
pengelolaan kawasan (ekosistem hutan secara utuh), juga telah menuntut
diversifikasi hasil hutan selain kayu.
Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) berasal
dari bagian pohon atau tumbuh-tumbuhan yang memiliki sifat khusus yang dapat
menjadi suatu barang yang diperlukan oleh masyarakat, dijual sebagai komoditi
ekspor atau sebagai bahan baku untuk suatu industri. Mengingat
pemungutannya tidak memerlukan perizinan yang rumit sebagaimana dalam
pemungutan hasil hutan kayu (timber), masyarakat hutan (masyarakat yang tinggal
di sekitar hutan) umumnya bebas memungut dan memanfaatkan HHBK dari dalam
hutan. Masyarakat tidak dilarang memungut dan memanfaatkan HHBK baik di dalam
hutan produksi maupun hutan lindung, kecuali di dalam kawasan suaka alam dan
kawasan pelestarian alam (Departemen Kehutanan 1990).
Oleh karena itu, selain menjadi
sumber devisa bagi negara, HHBK seperti rotan, daging binatang, madu, damar,
gaharu, getah, berbagai macam minyak tumbuhan, bahan obat-obatan, dan lain
sebagainya merupakan sumber penghidupan bagi jutaan masyarakat
hutan. Masyarakat hutan memanfaatkan HHBK baik secara konsumtif
(dikonsumsi langsung) seperti binatang buruan, sagu, umbi-umbian, buah-buahan,
sayuran, obat-obatan, kayu bakar dan lainnya, maupun secara produktif
(dipasarkan untuk memperoleh uang) seperti rotan, damar, gaharu, madu, minyak
astiri, dan lainnya. Tulisan ini akan menguraikan bentuk-bentuk hasil hutan
bukan kayu dan peranannya.
Pohon
damar (Agathis dammara
(Lamb.) Rich.) adalah sejenis pohon
anggota tumbuhan runjung (Gymnospermae)
yang merupakan tumbuhan asli Indonesia.
Damar menyebar di Maluku,
Sulawesi,
hingga ke Filipina
(Palawan
dan Samar).
Di Jawa,
tumbuhan ini dibudidayakan untuk diambil getah
atau hars-nya. Getah damar ini diolah untuk dijadikan kopal. Pohon yang besar,
tinggi hingga 65m berbatang bulat silindris dengan diameter yang mencapai lebih
dari 1,5 m. Pepagan luar keabu-abuan dengan sedikit kemerahan, mengelupas dalam
keping-keping kecil.
Daun berbentuk jorong, 6–8 × 2–3 cm, meruncing ke arah ujung yang membundar.
Runjung serbuk sari masak 4–6 × 1,2–1,4 cm; runjung biji masak berbentuk bulat
telur, 9–10,5 × 7,5–9,5 cm.
Damar
tumbuh secara alami di hutan hujan dataran rendah sampai ketinggian sekitar
1.200 m dpl. Namun di Jawa, tumbuhan ini terutama ditanam di pegunungan. Kayu damar berwarna keputih-putihan,
tidak awet, dan tidak seberapa kuat. Di bogor dan di Sulawesi Utara, kayu ini hanya dimanfaatkan
sebagai papan yang digunakan di bawah atap. Kerapatan
kayunya berkisar antara 380–660 kg/m³. Kayu damar diperdagangkan di Indonesia
dengan nama kayu agatis.
Pohon damar juga disukai sebagai
tumbuhan peneduh taman dan tepi jalan (misalnya di sepanjang Jalan Dago, Bandung). Tajuknya tegak meninggi dengan
percabangan yang tidak terlalu lebar.
Damar
merupakan salah satu tanaman kayu asli Indonesia yang tersebar di Sumatera,
Kalimantan, Sulawesi, Maluku dan Papua. Damar biasanya dimanfaatkan kayunya
karena mempunyai nilai jual yang cukup tinggi, terutama digunakan untuk
pertukangan. Pulp dan kayu lapisnya termasuk golongan awet IV dan awet III
dengan berat jenis kayunya sekitar 0,49. Nama damar sendiri diambil
karena pohon ini memproduksi kopla (getah) atau yang biasa kita sebut dengan
“damar”. Getah tersebut biasa digunakan untuk cat, vernis spiritus, plastik,
bahan sizing, pelapis tekstil, bahan water proofing, tinta cetak, dan lain
sebagainya.
Pohon
ini mempunyai ciri-ciri berbatang tinggi tegak dengan daunnya yang hijau
sepanjang tahun. Pohon ini juga biasa digunakan sebagai pohon pendeuh karena
kerimbunan daun-daunnya. Selain itu juga digunakan sebagai penghias jalan,
karena jika pohon damar ditanam berjajar sesuai garis lurus, maka akan terlihat
indah dan menarik. Selain manfaat-manfaat tersebut, saat ini pohon damar juga
sedang diteliti dalam bidang kesehatan terkait dengan kemampuannya menyembuhkan
penyakit Alzheimer.
Tanaman
ini cukup mudah untuk dibudidayakan, seperti tanaman-tanaman kayu yang lainnya.
Damar dapat tumbuh pada tempat denga ketinggian diatas 400 dpal. Namun beberapa
spesies damar juga ada yang dapat tumbuh dibawah ketinggian tersebut. Kondisi
tanah yang dibutuhkan relatif subur serta memiliki solum dengan curah hujan
rata-rata 3000-4000 mm per tahun. Pohon ini tidak tahan dengan musim panas,
jadi hanya tumbuh di tempat yang banyak hujannya seperti di daerah tropis. Penanamannya
biasanya menggunakan model tumpangsari. Saat awal penanaman, pohon damar
membutuhkan tanaman peneduh sebagai naungan, biasanya dengan menggunakan
tanaman akasia. Bila damar sudah mulai tinggi maka tanaman peneduh tersebut
dapat diganti dengan tanaman penyela yang dapat berupa tanaman pangan. Sistem
ini sangat dianjurkan, karena pendapatan selama menunggu hingga damar dapat
dipanen berasal dari tanaman sela. Tanaman sela disesuaikan dengan rotasi yang
ada disekelilingnya. Perawatannya dilakukan bersamaan dengan perawatan tanaman
sela.
II. PEMBAHASAN
Damar
merupakan salah satu hasil hutan non kayu yang sudah lama dikenal, yaitu suatu
getah yang merupakan senyawa polysacarida yang dihasilkan oleh jenis-jenis
pohon hutan tertentu. Sampai saat ini damar cukup banyak digunakan orang antara
lain untuk bahan vernis, bahan penolong dalam pembuatan perahu dan yang
terpenting adalah sebagai pembungkus kabel laut/ tanah. Damar dihasilkan oleh
jenis-jenis pohon dari genus: Hopea, Balonocarpus, Vatica, Canoriurn, dan
Agathis.
2.1. Klasifikasi Damar
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan
berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas : Dilleniidae
Ordo : Theales
Genus : Shorea
Spesies : Shorea
hopea
2.2.
Sejarah Damar/Resin
Resin, cairan getah lengket yang
dipanen dari beberapa jenis pohon hutan, merupakan produk dagang tertua dari
hutan alam Asia Tenggara. Spesimen resin dapat ditemukan di situs-situs
prasejarah, membuktikan bahwa kegiatan pengumpulan hasil hutan sudah sejak lama
dilakukan. Hutan-hutan alam Indonesia menghasilkan berbagai jenis resin.
Terpentin (resin Pinus) dan kopal (resin Agathis) pernah menjadi resin bernilai
ekonomi yang diperdagangkan dari Indonesia sebelum Perang Dunia II.
Damar adalah istilah yang umum
digunakan di Indonesia untuk menamakan resin dari pohon-pohon yang termasuk
suku Dipterocarpaceae dan beberapa suku pohon hutan lainnya. Sekitar 115
spesies, yang termasuk anggota tujuh (dari sepuluh) marga Dipterocarpaceae
menghasilkan damar. Pohon-pohon dipterokarpa ini tumbuh dominan di hutan
dataran rendah Asia Tenggara, karena itu damar merupakan jenis resin yang lazim
dikenal di Indonesia bagian barat. Biasanya, damar dianggap sebagai resin yang
bermutu rendah dibanding kopal atau terpentin.
Ada dua macam damar yang dikenal
umum, dengan kualitas yang jauh berbeda. Pertama adalah damar batu, yaitu damar
bermutu rendah berwarna coklat kehitaman, yang keluar dengan sendirinya dari
pohon yang terluka. Gumpalan-gumpalan besar yang jatuh dari kulit pohon dapat
dikumpulkan dengan menggali tanah di sekeliling pohon. Di seputar pohon-pohon
penghasil yang tua biasanya terdapat banyak sekali damar batu. Kedua, adalah
damar mata kucing; yaitu damar yang bening atau kekuningan yang bermutu tinggi,
sebanding dengan kopal, yang dipanen dengan cara melukai kulit pohon. Sekitar
40 spesies dari genus Shorea dan Hopea menghasilkan damar mata kucing, di
antaranya yang terbaik adalah Shorea javanica dan Hopea dryobalanoides.
3.3. Manfaat Damar
Tak
banyak yang tahu tentang damar. Padahal, dari pohon damar bisa diambil banyak
manfaat. Kayu pohon damar bisa dipakai untuk perahu boat. Kekuatannya tangguh,
tapi memiliki bobot yang ringan. Batangnya yang tegak lurus itulah membuat kayu
dari pohon damar pun banyak yang lurus-lurus. Sedangkan daunnya lebar, lonjong
tapi pipih. Biasa kayu pohon damar juga dijadikan bahan pembuat kertas, alat
rumahtangga, alat musik dan alat olahraga. Dalam bahasa ahli bangunan, kualitas
kayu pohon damar termasuk kualitas IV, dan kekuatannya kelas III. Sedangkan
getahnya bisa diambil untuk bahan cat, kosmetik, plastik, vernis, bahkan korek
api. Tumbuhnya
damar ada Sebagian besar tumbuh di hutan primer. Itu antara lain banyak
ditemukan di kawasan hutan Lampung, Sumatera Selatan, Sulawesi, Kalimantan, dan
Irian Jaya. Memiliki rata-rata ketinggian 50 meter, diameternya rata-rata 2
meter. Yang paling diburu orang dari damar adalah getahnya. Getah damar ini
mengandung unsur kimia resin yang juga bisa berkasiat untuk obat gosok. Selain
itu juga bisa dipakai untuk bahan pengawet binatang bahkan tumbuh-tumbuhan.
Ada
beberapa jenis getah damar yang menjadi buruan orang, yakni damar mata kucing,
damar batu, damar hitam dari jenis meranti, juga damar resak. Saat ini,
jenis-jenis itu yang banyak dimanfaatkan orang adalah jenis damar batu dan mata
kucing yang merupakan salah satu produk andalan ekspor Lampung.
2.4 Kegunaan
Tanaman damar (shorea javanica) telah dibudidayakan
masyarakat pesisir Kabupaten Lampung Barat (Lambar) sejak zaman Belanda hingga
sekarang. Damar menjadi salah satu bagian dari sistem usaha tani masyarakat
setempat. Seperti halnya budi daya tanaman lain.
Berdasarkan status lahannya, maka penyebaran tanaman
damar dibedakan menjadi dua. Yaitu hutan damar rakyat dan hutan damar pada
kawasan hutan.
Kegunaan getah damar adalah sebagai bahan baku cat,
korek api, vernis, dan pelitur. ’’Sebagian
besar getah damar mata kucing diekspor ke Singapura, Hongkong, India, Jepang,
dan Belanda,”.
Alat-alat yang digunakan dalam pengumpulan getah
damar yaitu ambon (alat pemanjat pohon damar); tembilung (wadah yang digunakan
untuk mengambil atau memetik getah damar); dan kapak patil (alat untuk menyadap
atau mengambil getah damar dari lubang takik). Juga bebalang (wadah yang
digunakan untuk tempat mengumpulkan getah damar dari tembilung). Selain
dimanfaatkan getahnya, juga kayunya untuk berbagai keperluan. ’’Kayu damar bisa
digunakan untuk bangunan, kayu lapis, mebel, lantai, papan, bahan pembungkus,
dan pulp,” bebernya.
Sedangkan dalam meningkatkan produktivitas repong damar, pemerintah setempat telah membuat program. Yaitu memberikan bantuan bibit kepada petani repong dammar
Sedangkan dalam meningkatkan produktivitas repong damar, pemerintah setempat telah membuat program. Yaitu memberikan bantuan bibit kepada petani repong dammar
2.5. Penyadapan Damar
Penyadapan damar dilakukan dengan cara membuat
beberapa buah lubang sadap pada batang pohon dalam bentuk segitiga dan disusun secara vertical (arah keatas) maupun
secara vertical (arah ke samping). Variatifnya jumlah produksi suatu getah
dammar disebabkan oleh sebab belum seragamnya cara penyadapan, terutama dalam
jumlah, ukuran dan kedalaman lubang sadap yang dibuat pada setiap pohon
berdiameter tertentu. Bahkan tidak jarang dijumpai jumlah lubang sadap dan
kedalaman yang berlebihan yang tidak sesuai dengan batang pohon yang disadap.
Cara penyadapan yang demikian tentunya tidak akan memberikan hasil dammar yang
optimal, disamping itu pohonakan terganggu pertumbuhannya. Sehubungan dengan
hal tersebut, perlu adanya perbaikan cara dalam menyadap dammar.
Tujuan dari penyadapan dammar adalah membuka saluran damar
sehingga damar keluar dari Pohon .
Makin besar dan makin banyak jumlah lubang sadap, maka makin banyak jumlah damar
yang keluar dari batang pohon. Tetapi konsekuensinya, bila luka pohon terlalu
banyak maka daya tumbuh pohon akan
terganggu sehingga pohon hidup merana atau bahkan menjadi tumbang.
Dengan demikian perbaikan cara penyadapan yang dimaksudkan disini adalah penyadapan
dengan jumlah lubang sadap yang tidak terlalu banyak. Tetapi mampu meningkatkan
produksi pada setiap lubang sadap. Ada
beberapa alternatif cara penyadapan yang dapat meningkatkan produksi yaitu Melalui
perlakuan perangsangan baik secara fisik maupun kimia.
2.6. Produksi Indonesia
Menurut Peratin (Kepala Desa-red) Pekon Pahmongan
Erna Sanan, rendahnya harga getah damar di tingkat petani tidak terlepas dari
terlalu panjangnya mata rantai tata niaga. Mata rantai tata niaga di mulai dari
pedagang perantara yang biasanya membeli getah damar dari petani di
hutan/pekon. Dari pedagang ini barulah barang dikirim ke eksportir yang
menjualnya ke Singapura dan India. Dari Singapura umumnya getah damar Lampung
diekspor ke Eropa dan negara Asia Timur lainnya. Sementara itu, dari India,
getah damar dijual ke berbagai negara di Timur Tengah.
Mengingat panjangnya mata rantai tata niaga, ketika Pemda Lambar mengikuti pameran tunggal Indonesia di Dubai, Uni Emirat Arab, tahun lalu, pengusaha setempat baru tahu jika damar yang selama ini diimpornya dari India ternyata dihasilkan Indonesia. Apalagi produksi getah damar Lampung Barat merupakan terbesar di Indonesia. Diperkirakan sekitar 65 persen volume ekspor getah damar Indonesia berasal dari Lampung Barat. Seiring dengan itu, juga sedang diupayakan agar damar yang diekspor sudah produk olahan berupa vernis dan getah yang sudah dimurnikan menjadi cairan. Untuk itu sedang digagas pengadaan pabrik pengolahan getah damar di Lampung Barat.
Mengingat panjangnya mata rantai tata niaga, ketika Pemda Lambar mengikuti pameran tunggal Indonesia di Dubai, Uni Emirat Arab, tahun lalu, pengusaha setempat baru tahu jika damar yang selama ini diimpornya dari India ternyata dihasilkan Indonesia. Apalagi produksi getah damar Lampung Barat merupakan terbesar di Indonesia. Diperkirakan sekitar 65 persen volume ekspor getah damar Indonesia berasal dari Lampung Barat. Seiring dengan itu, juga sedang diupayakan agar damar yang diekspor sudah produk olahan berupa vernis dan getah yang sudah dimurnikan menjadi cairan. Untuk itu sedang digagas pengadaan pabrik pengolahan getah damar di Lampung Barat.
2.7.
Peremajaan
Menyadari pentingnya menjaga kelanjutan usaha getah
damar, memprogramkan pengadaan 5.000 batang bibit damar dari dana APBD Lambar
tahun 2006.
Pelestarian hutan damar berbasis masyarakat perlu
dilakukan karena dari tahun ke tahun tanaman damar makin luas. Artinya, lebih banyak pohon yang tumbuh
dibandingkan dengan yang mati/ditebang. Komoditas damar produksi selama ini
banyak diekspor ke Uni Emirat Arab, Bangladesh, Pakistan, India, dan Italia.
Getah damar ini dapat diolah menjadi vernis, cat, dempul, dupa, tinta,
kosmetik, bahan farmasi, dan obat-obatan.
2.8. Peralatan yang Umum Digunakan
Dalam Menyadap Damar
Peralatan
yang digunakan untuk menyadap getah damar pada umumnya terbuat dari bahan -
bahan yang merupakan produk hasil hutan seperti rotan dan bagian pohon aren.
Jenis dan
kegunaan peralatan penyadapan getah adalah sebagai berikut :
1. Pisau Sadap
Pisau
sadap atau biasa disebut kapak patil
merupakan kapak kecil yang berbentuk
menyerupai
hurup T dengan lebar mata pisau sekitar 3 cm dan dapat dilepas serta dipasang dari gagangnya. Gagang kapak terbuat
dari kayu dengan panjang kira-kira 15 cm. Mata pisau dan gagangnya dipasang dengan cara diikat menggunakan tali
yang terbuat dari rotan. Kapak Patil
berfungsi untuk membuat takik/lubang sadap, mengorek dan mengambil hasil damar, serta membuka/memperbarui luka sadap
(menghuring).
2. Wadah Penampung Getah Damar
Wadah
penampung getah damar atau disebut tembilung
merupakan wadah yeng
berbentuk
kerucut dengan ukuran diameter 25 cm dan tinggi 30 em. terbuat dari seludang/ pelepah aren atau keranjang
berbentuk selinder yang terbuat dari anyaman kulit rotan. Alat ini
digunakan
untuk menampung damar yang baru dipungut dari lubang sadap.
3. TaliPemanjat
Tali
pemanjat atau ambon/alit terbuat dari
anyaman kulit rotan atau batang rotan
berdiameter
kecil yang panjangnya sekitar 3- 4 meter. Alat ini berfungsi untuk memanjat dan menyangga/menahan tubuh penyadap
sewaktu menyadap dan memperbarui lubang sadap.
4. Keranjang Angkut
Keranjang
angkut atau babalang merupakan wadah
damar seperti keranjang berbentuk
bulat
panjang dan terbuat dari anyaman rotan
dan dilengkapi dengan tali yang terbuat dari kulit kayu agar keranjang dapat
digendong seperti ransel. Alat ini dapat memuat sekitar 60 - 75 kg darnar.
2.9. Cara Penyadapan Dan Pengumpulan Getah
Pohon
damar mulai disadap pada umur ± 20 tahun atau apabila diameter batangnya telah mencapai 25 cm. Sebelum
penyadapan dilaksanakan. kulit batang pnhon damar yang akan disadap dibersihkan terlebih
dahulu dengan cara dikerik, agar di sekitar lubang sadap yang akan dibuat bebas dari kotoran
atau tatal kayu yang mungkin akan mengotori getah/resin yang keluar. Setelah pembersihan
kulit batang selesai, kemudian dilakukan penyadapan yaitu dengan membuat luka/lubang berbentuk
segitiga pada kulit batang, dengan posisi lubang sadap pertama berada sekitar 50 cm di atas
permukaan tanah. Ukuran lebar lubang sadap pertama/ muda yang dibuat adalah sekitar 3 cm (tergantung dari lebar
mata pisau dari kapak parit yang
digunakan)
dengan kedalam setebal kulit batang atau sampai batas kambium (sekitar 2 - 2,5 cm). Jumlah lubang yang dibuat pada
batang pohon yang baru pertama kali disadap (diameter batang sekitar 25 cm)
biasanya sebanyak 2 - 4 tempat yang disusun berderet ke atas dalam satu jalur, dengan jarak antar luka sadap dalam
jalur vertikal sekitar 40 Cm. Ukuran
lebar
lubang sadap akan bertambah besar seiring dengan seringnya batang pohon
disadap. Selain itu jumlah lubang dan jalur
sadap akan bertambah pula sejalan dengan bertambahnya ukuran diameter batang pohon yang
disadap. Jumlah jalur sadap pada pohon dengan diameter batang 60 - 30 cm adalah sebanyak 4
- 5 buah, dengan jumlah lubang sadap setiap jalur sebanyak 9 – 11 lubang. Beberapa saat setelah kulit batang disadap getah akan
keluar, dan getah dibiarkan
mengalir
dan terkumpul di dalam lubang sadap hingga mengering. Setelah getah dammar mengering kemudian damar
dipanen/dikumpulkan. Periode pemanenan getah biasanya sekitar dia minggu sampai satu bulan setelah
penyadapan. Cara pemanenan atau pengumpulan getah dari lubang sadap adalah dengan mengeluarkan/mengorek damar
dari lubang sadap menggunakan kapak patil. kemudian ditampung ke dalam tembilung.
Setelah semua getah
dalam
lubang sadap terkumpul dalam tembilung, lubang sadap dibersihkan dari
sisa-sisa getah yang mengering dan selanjutnya
dilakukan pembaruan luka sadap. Pembaruan luka sadap dilaksanakan dengan membuang/menyayat beberapa milimeter
kulit batang dari tepi lubang
sadap
sebelumnya. Pengumpulan getah dari lubang sedap
yang tinggi (tidak terjangkau lagi oleh tangan penyedap) dilakukan dengan cara memanjat pohon dengan
menggunakan bantuan alit yang dililitkan pada batang pohon dan
tubuh penyadap. Setelah semua damar dalam satu pohon yang dipanen tertampung dalam tembilung, kemudian dimasukkan ke dalam babalang untuk selanjutnya diangkut ketempat
pengumpulan.
III. PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Keberhasilan
sistem pengelolaan Damar sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor ekologi,
ekonomi-bisnis, dan sosial-budaya. Faktor ekologi yang paling berpengaruhadalah
tempat tumbuh yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman, kemampuan peran danfungsi
ekosistem Damar terhadap ekosistem-ekosistem lainnya,
dan keberadaan komposisi jenis yang beranekaragam. Strategi pengembangan sistem
pengelolaan Damar sangat ditentukan oleh aktor organisasi masyarakat petani
Damar yang kuat dan mandiri, Damar merupakan salah
satu tanaman kayu asli Indonesia yang tersebar di Sumatera, Kalimantan,
Sulawesi, Maluku dan Papua. Damar biasanya dimanfaatkan kayunya karena
mempunyai nilai jual yang cukup tinggi, terutama digunakan untuk pertukangan.
3.2. Saran
Keberlanjutan sistem pengelolaan Damar
yang telah mendapat pengakuan dan kekaguman banyak peneliti dari berbagai
lembaga tersebut tetap terjamin, maka diperlukan berbagai upaya untuk mencari
jalan keluar terbaik. Pengakuan dan kekaguman berbagai pihak, termasuk dari
pemerintah, sebaiknya diimbangi dengan pemberian hak dan tanggung jawab yang
lebih besar kepada masyarakat.
DAFTAR
PUSTAKA
Departemen Kehutanan (DEPHUT). 2007.
Peraturan Menteri Kehutanan No. 35 Tahun 2007 tentang Hasil Hutan Bukan
Kayu.
Lubis,
Z. 1996. damar: kajian
tentang pengambilan keputusan
dalam pengelolaan lahan hutan pada dua komunitas.
Label: makalah kehutanan
1 Komentar:
suvu
mhon izin copy sebagian isi buat study lapangan damar
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda