makalah manajemen perencanaan SDH 'ekosistem hutan'
Makalah
MANAJEMEN DAN PERENCANAAN SDH
(EKOSISTEM HUTAN)
Oleh:
SRI RAHAYU
L 131 10 307
JURUSAN KEHUTANAN
FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2012
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL......................................................................... i
DAFTAR ISI
................................................................................... ii
KATA
PENGANTAR…………………………………………… iii
I.
PENDAHULUAN
............................................................... 1
1.1 Latar Belakang
.............................................................. 1
1.2 Tipe-Tipe Ekosistem ………………………………….. 2
II. PEMBAHASAN
....................................................... 7
2.1. Cara Menerapkan Konsep
Ekologi Ekosistem Dalam Bidang Kehutana.7
2.2 Komponen pembentuk …………………………………….. 11
2.3 Struktur Ekosistem ………………………………. …………… 15
2.4 Peran Ekosistem ………………………………………………
15
III. PENUTUP
.......................................................................... 16
5.1 Kesimpulan
................................................................... 16
5.2 Saran ............................................................................. 16
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan
kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan hidayahNyalah sehingga
pembuatan makala Manajemen
Dan Perencanaan SDH dapat terselesaikan dengan baik.
Tidak lupa pula kami ucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada Dosen pembimbing Manajemen Dan Perencanaan SDH
yang telah membantu kami dalam menyelesaikan makalah Manajemen Dan Perencanaan SDH,
makalah kami ini belum sempurna sehingga kami mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun dari para pembaca.
Akhirnya kami dari penyusun makalah
Manajemen Dan Perencanaan
SDH,
saya
mengucapkan terimakasih, semoga para pembaca memaklumi.
Palu, 10 November 2012
penyusun
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ekosistem adalah suatu
sistem
ekologi yang terbentuk
oleh hubungan timbal balik tak terpisahkan antara mahluk hidup dengan
lingkungannya. Ekosistem bisa dikatakan juga suatu tatanan kesatuan secara utuh
dan menyeluruh antara segenap unsur lingkungan hidup yang saling memengaruhi.
Ekosistem merupakan penggabungan dari
setiap unit biosistem yang melibatkan interaksi timbal balik antara organisme dan lingkungan
fisik sehingga aliran energi menuju kepada suatu struktur biotik tertentu dan
terjadi suatu siklus materi antara organisme dan anorganisme. Matahari sebagai sumber dari semua
energi yang ada.
Dalam
ekosistem, organisme dalam komunitas berkembang bersama-sama dengan lingkungan
fisik sebagai suatu sistem. Organisme akan beradaptasi dengan lingkungan fisik,
sebaliknya organisme juga memengaruhi lingkungan fisik untuk keperluan hidup. Pengertian ini didasarkan pada
Hipotesis Gaia, yaitu: "organisme, khususnya mikroorganisme, bersama-sama
dengan lingkungan fisik menghasilkan suatu sistem kontrol yang menjaga keadaan
di bumi cocok untuk kehidupan". Hal ini mengarah pada kenyataan bahwa
kandungan kimia atmosfer dan bumi sangat
terkendali dan sangat berbeda dengan planet lain dalam tata surya. Kehadiran, kelimpahan dan penyebaran
suatu spesies dalam ekosistem ditentukan oleh tingkat ketersediaan sumber daya
serta kondisi faktor kimiawi dan fisis yang harus berada dalam kisaran yang
dapat ditoleransi oleh spesies tersebut, inilah yang disebut dengan hukum
toleransi. Misalnya:
Panda memiliki toleransi yang luas terhadap suhu, namun memiliki toleransi yang
sempit terhadap makanannya, yaitu bambu. Dengan demikian, panda dapat hidup di
ekosistem dengan kondisi apapun asalkan dalam ekosistem tersebut terdapat bambu
sebagai sumber makanannya. Berbeda dengan makhluk hidup yang lain, manusia dapat
memperlebar kisaran toleransinya karena kemampuannya untuk berpikir, mengembangkan
teknologi dan
memanipulasi alam.
1.2.
Tipe-tipe
Ekosistem
Secara umum ada
tiga tipe ekosistem, yaitu ekositem air, ekosisten darat, dan ekosistem buatan.
A. Akuatik (air)
Ekosistem sungai
·
Ekosistem air
tawar
Ciri-ciri ekosistem air tawar antara lain variasi suhu
tidak menyolok, penetrasi cahaya kurang, dan terpengaruh oleh iklim dan cuaca. Macam
tumbuhan yang terbanyak adalah jenis ganggang, sedangkan
lainnya tumbuhan biji. Hampir semua filum hewan terdapat dalam air tawar.
Organisme yang hidup di air tawar pada umumnya telah beradaptasi.
Habitat laut (oseanik) ditandai oleh salinitas (kadar garam)
yang tinggi dengan ion CI- mencapai 55% terutama di daerah laut
tropik, karena suhunya tinggi dan penguapan besar. Di daerah tropik, suhu laut
sekitar 25 °C. Perbedaan suhu bagian atas dan bawah tinggi, sehingga
terdapat batas antara lapisan air yang panas di bagian atas dengan air yang
dingin di bagian bawah yang disebut daerah termoklin.
Estuari (muara) merupakan tempat bersatunya sungai dengan
laut. Estuari sering dipagari oleh lempengan lumpur intertidal yang luas atau rawa garam.
Ekosistem estuari memiliki produktivitas yang tinggi dan kaya akan nutrisi.
Komunitas tumbuhan yang hidup di estuari antara lain rumput rawa garam, ganggang, dan fitoplankton. Komunitas
hewannya antara lain berbagai cacing, kerang, kepiting, dan ikan.
Dinamakan demikian karena yang paling banyak tumbuh di
gundukan pasir adalah tumbuhan
Ipomoea pes caprae yang tahan terhadap hempasan gelombang dan angin. Tumbuhan yang hidup di ekosistem ini
menjalar dan berdaun tebal.
Sungai adalah suatu
badan air yang mengalir ke satu arah. Air sungai dingin dan jernih serta
mengandung sedikit sedimen dan makanan.
Aliran air dan gelombang secara konstan memberikan oksigen pada air. Suhu air bervariasi sesuai dengan
ketinggian dan garis lintang. Ekosistem
sungai dihuni oleh hewan seperti ikan kucing, gurame, kura-kura, ular, buaya, dan lumba-lumba.
B. Terestrial
(darat)
Penentuan zona dalam ekosistem terestrial ditentukan oleh
temperatur dan curah hujan. Ekosistem terestrial dapat dikontrol oleh iklim dan
gangguan. Iklim sangat penting untuk menentukan mengapa suatu ekosistem
terestrial berada pada suatu tempat tertentu. Pola ekosistem dapat berubah akibat
gangguan seperti petir, kebakaran,
atau aktivitas manusia.
Hutan hujan tropis terdapat di daerah tropik dan
subtropik. Ciri-cirinya adalah curah hujan 200-225 cm per tahun. Spesies
pepohonan relatif banyak, jenisnya berbeda antara satu dengan yang lainnya
tergantung letak geografisnya. Tinggi pohon
utama antara 20-40 m, cabang-cabang pohon tinggi dan berdaun lebat hingga
membentuk tudung (kanopi). Dalam hutan basah terjadi perubahan
iklim mikro, yaitu iklim yang langsung terdapat di sekitar organisme. Daerah
tudung cukup mendapat sinar matahari, variasi suhu dan kelembapan tinggi, suhu
sepanjang hari sekitar 25 °C. Dalam hutan hujan tropis sering terdapat
tumbuhan khas, yaitu liana (rotan) dan anggrek sebagai epifit. Hewannya
antara lain, kera, burung, badak, babi hutan, harimau, dan burung
hantu.
Sabana dari daerah tropik terdapat di wilayah dengan curah
hujan 40 – 60 inci per tahun, tetapi temepratur dan kelembaban masih tergantung
musim. Sabana yang terluas di dunia terdapat di Afrika; namun di Australia juga
terdapat sabana yang luas. Hewan yang hidup di sabana antara lain serangga dan mamalia seperti zebra, singa, dan hyena.
Padang rumput terdapat di daerah yang terbentang dari
daerah tropik ke subtropik. Ciri-ciri padang rumput adalah curah
hujan kurang lebih 25-30 cm per tahun, hujan turun tidak teratur, porositas
(peresapan air) tinggi, dan drainase (aliran air)
cepat. Tumbuhan yang ada terdiri atas tumbuhan terna (herbs) dan rumput yang
keduanya tergantung pada kelembapan. Hewannya antara lain: bison, zebra, singa, anjing liar, serigala, gajah, jerapah, kangguru, serangga, tikus dan ular.
Gurun terdapat di daerah tropik yang berbatasan dengan padang
rumput. Ciri-ciri ekosistem gurun adalah gersang dan curah
hujan rendah (25 cm/tahun). Perbedaan suhu antara siang dan malam sangat besar. Tumbuhan
semusim yang terdapat di gurun berukuran kecil. Selain itu, di gurun dijumpai
pula tumbuhan menahun berdaun seperti duri contohnya kaktus, atau tak
berdaun dan memiliki akar panjang serta
mempunyai jaringan untuk
menyimpan air. Hewan yang hidup di gurun antara lain rodentia, semut, ular, kadal, katak, kalajengking, dan beberapa
hewan nokturnal lain.
Hutan gugur terdapat di daerah beriklim sedang yang
memiliki emapt musim, ciri-cirinya adalah curah hujan merata sepanjang tahun.
Jenis pohon sedikit (10 s/d 20) dan tidak
terlalu rapat. Hewan yang terdapat di hutam gugur antara lain rusa, beruang, rubah, bajing, burung
pelatuk, dan rakun (sebangsa luwak).
·
Taiga
Taiga terdapat di belahan bumi sebelah utara dan di
pegunungan daerah tropik, ciri-cirinya adalah suhu di musim dingin rendah. Biasanya
taiga merupakan hutan yang tersusun
atas satu spesies seperti konifer, pinus, dan
sejenisnya. Semak dan tumbuhan
basah sedikit sekali, sedangkan hewannya antara lain moose, beruang hitam, ajag,
dan burung-burung yang bermigrasi ke selatan pada musim
gugur.
·
Tundra
Tundra terdapat di belahan bumi sebelah utara di dalam
lingkaran kutub utara dan terdapat
di puncak-puncak gunung
tinggi. Pertumbuhan tanaman di daerah ini hanya 60 hari. Contoh tumbuhan yang
dominan adalah sphagnum, liken, tumbuhan biji semusim, tumbuhan perdu, dan rumput alang-alang. Pada
umumnya, tumbuhannya mampu beradaptasi dengan keadaan yang dingin.
Karst berawal dari nama kawasan batu gamping di wilayah Yugoslavia. Kawasan karst
di Indonesia rata-rata
mempunyai ciri-ciri yang hampir sama yaitu, tanahnya kurang subur untuk pertanian, sensitif
terhadap erosi, mudah
longsor, bersifat rentan dengan pori-pori aerasi yang rendah, gaya permeabilitas yang lamban dan didominasi oleh
pori-pori mikro. Ekosistem karst mengalami keunikan tersendiri, dengan
keragaman aspek biotis yang tidak dijumpai di ekosistem lain.
C. Ekosistem Buatan
Ekosistem buatan adalah ekosistem yang diciptakan manusia
untuk memenuhi kebutuhannya. Ekosistem buatan mendapatkan subsidi energi dari
luar, tanaman atau hewan peliharaan didominasi pengaruh manusia, dan memiliki
keanekaragaman rendah. Contoh ekosistem buatan adalah :
- bendungan
- hutan tanaman produksi seperti jati dan pinus
- agroekosistem berupa sawah tadah hujan
- sawah irigasi
- perkebunan sawit
- ekosistem pemukiman seperti kota dan desa
- ekosistem ruang angkasa.
Ekosistem kota memiliki metabolisme
tinggi sehingga butuh energi yang banyak. Kebutuhan materi juga tinggi dan
tergantung dari luar, serta memiliki pengeluaran yang eksesif seperti polusi
dan panas.
Ekosistem ruang angkasa bukan merupakan
suatu sistem tertutup yang dapat memenuhi sendiri kebutuhannya tanpa tergantung
input dari luar. Semua ekosistem dan kehidupan selalu bergantung pada bumi.
II. PEMBAHASAN
2.1.
Cara Menerapkan Konsep Ekologi Ekosistem Dalam Bidang Kehutanan
Hutan merupakan salah satu sumberdaya yang bersifat
dapat dipulihkan (renewable atau funding resource). Oleh karena
itu pengelolaannya harus berdasarkan pada prinsip-prinsip sustainable (sustainable
– based principle) dari semua manfaat yang bisa diperoleh dari hutan
sebagai sumberdaya sekaligus sebagai ekosistem. Berhubung di alam ini
antara ekosistem yang satu berinteraksi dengan ekosistem yang lain, maka
konteks pengelolaan hutan harus berdasarkan pada anggapan bahwa hutan merupakan
salah satu bagian integral dari ekosistem yang lebih besar dimana hutan
tersebut berada, yaitu suatu Daerah Aliran Sungai (DAS) sebagai satu kesatuan
bentang darat. Dalam rangka mencapai azas kelestarian (sustainable), laju
ekstraksi sumbedaya hutan tidak boleh melebihi laju daya pemulihan dari ekosistem
hutan tersebut. Dalam konteks penebangan kayu, besar volume kayu yang ditebang
tidak boleh melebihi riap volume tegakan hutan, sedangkan dalam konteks
pemanfaatan secara umum, pemanfaatan hutan sebagai ekosistem tidak boleh
melebihi daya dukung maksimum dari ekosistem tersebut. Secara ideal, derajat
pemanfaatan hutan harus diupayakan pada tingkat daya dukung optimalnya atau
paling tinggi berada pada kisaran nilai antara daya dukung optimal dengan daya
dukung maksimumnya. Hal ini dimaksudkan agar pemanfaatan hutan tidak
menimbulkan derajat gangguan lingkungan yang melebihi daya asimilatif dari
ekosistem hutan tersebut.
Hutan dapat menghasilkan berbagai macam barang (kayu
dan hasil hutan bukan kayu) dan jasa lingkungan (air, oksigen, keindahan alam,
penyerap berbagai polutan, dan lain-lain), sehingga hutan bersifat
multimanfaat. Sehubungan dengan ini pengelolaan hutan seyogyanya tidak boleh
memaksimumkan perolehan dari satu macam manfaat saja (misal kayu) dengan
mengorbankan manfaat-manfaat lainnya, karena berbagai macam manfaat hutan
tersebut merupakan satu kesatuan yang utuh. Hutan dapat secara berkelanjutan
memberikan manfaatnya bila proses ekologis internal dalam ekosistem hutan
tersebut tidak terganggu atau terganggu tetapi tidak menimbulkan stress ekologis
yang bersifat irreversible. Oleh karenanya, ekosistem hutan harus dibuat tahan
terhadap gangguan dengan cara mempertahankan keanekaragaman hayati
(biodiversity) hutan yang tetap tinggi. Dengan demikian, pengelolaan hutan
harus dilakukan secara tepat agar ragam dan derajat pemanfaatan hutan, yang
tidak lain adalah berupa “tindakan gangguan” terhadap hutan, harus dilakukan
sedemikian rupa agar tidak melampaui daya recovery dari ekosistem hutan yang
bersangkutan sebagai respons terhadap gangguan tersebut. Tantangan untuk pengelolaan kehutanan yang berkelanjutan
adalah mendefinisikan atribut ekosistem hutan yang secara ekologis dan social sangat penting dan
untuk memaksimalkan layanan ekosistem ini dalam menghadapi
perubahan.
Manajemen berkelanjutan produksi kayu adalah
salah satu dari banyak kemungkinan tujuan untuk pengelolaan ekosistem
hutan dan memberikan contoh yang baik tentang perlunya ekosistem
ekologi dalam manajemen. Beberapa masalah yang ditangani oleh kehutanan
yang berkelanjutan. Tingkat pasokan gizi, misalnya, harus mencukupi
untuk mendukung pertumbuhan yang cepat namun tidak begitu tinggi bahwa
mereka menyebabkan kehilangan unsur hara yang besar. Tingkat di mana
berdiri dipanen harus seimbang dengan tingkat mereka dari regenerasi setelah penebangan. Spesies khas
alam keanekaragaman hutan harus dijaga. Ukuran dan
susunan yang
masuk harus memberikan mosaik lanskap
seminatural dengan sumber benih diandalkan dan pola hutan tepi yang
memungkinkan penggunaan alami dan bergerak menjadi populasi
hewan. Mengatasi masalah ini membutuhkan perhatian dan pengelolaan
kontrol interaktif, ada terdapat gangguan , jenis tanaman
fungsional, dan sumber daya tanah sangat penting.
Gangguan
yang masuk sekarang ini yang paling luasnya adalah di wilayah ini. Gangguan yang masuk dari alam berbeda-beda. Rezim dengan
mempengaruhi wilayah yang lebih luas, terjadi lebih sering, menghilangkan
nitrogen terikat dalam biomassa, dan meningkatkan kemungkinan
tanah erosi. Pada beberapa situs, penanaman nitrogen memperbaiki
dalam hubungan dengan regenerasi. Douglas cemara dapat mengkompensasi
kerugian nitrogen selama penebangan (Binkley et al. 1992) dan
bias juga mengurangi erosi. Di sisi lain, pengelolaan ini bisa
tidak diinginkan efek dalam situs kaya nitrogen, di mana nitrogen tidak
membatasi, dan persaingan dari alder selama suksesi awal bisa
mengurangi produktivitas bibit pohon dan berpotensi menyebabkan
kerugian nutrisi yang lebih tinggi. Strategi untuk pengelolaan hutan yang
merangkul ekologi prinsip-prinsip akan mengenali variabilitas yang
melekat dalam ekosistem negara faktor dan kontrol interaktif dan akan
memilih praktik manajemen dalam arti luas konteks lingkungan.
Ovington (1974) melaporkan bahwa lebih kurang setengah
dari seluruh luas hutan didunia (1.800 juta hektar) terletak dikawasan tropika.
Dari seluruh kawasan hutan di daerah tropika kira-kira seperempatnya (400 juta
hektar) terletak diwilayah Asia-Pasifik. Hampir seluruh hutan yang terdapat di
kawasan Asia-Pasifik adalah hutan alam, artinya, hutan yang tidak ditanam. Oleh
karena itu, eksploitasi hutan untuk keperluan perdagangan mula-mula terhalang
oleh kesukaran menempuh hutan tropika dan pengetahuan yang masih terbatas
mengenai kekayaan hutan tropika. Tetapi setelah pengetahuan serta kebutuhan
kayu meningkat, produksi kayu per hektar di kawasan Asia-Pasifik meningkat pula
dengan sangat pesatnya. Volume kayu yang ditebang dari kawasan ini semakin hari
semakin besar, bahkan sampai pada tingkat yang mengkhawatirkan masa depan
wilayah bekas hutannya. Belum lagi ditambah oleh suatu kenyataan umum, bahwa
kalau kita memerlukan wilayah baru untuk pemukiman atau pertanian, wilayah
hutan pulalah yang harus menjadi korban. Terlebih-lebih dinegara yang padat
penduduknya seperti di negara kita ini, masa depan wilayah hutan itu memang
jelas dapat diramalkan. Hutan akan semakin habis, kecuali kalau ada usaha untuk
melakukannya. Maka dari itu, pelestarian atau pengawetan hutan dapat
dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1.
Memperbaiki klasifikasi lahan hutan melalui klasifikasi ulang beberapa
daerah seperti hutan lindung, dengan tujuan untuk menetapkan kawasan lindung
yang mewakili semua jenis habitat di Indonesia dan melindungi daerah unik yang
kerusakannya relatif rendah, sedemikian rupa sehingga regenerasi alami dapat
berlangsung.
2.
Melakukan pengelolaan hutan secara berkelanjutan merupakan proses
mengelola lahan hutan permanen untuk mencapai satu atau beberapa tujuan, yang
dikaitkan dengan produksi hasil dan jasa hutan secara terus menerus dengan
mengurangi dampak lingkungan fisik dan sosial yang tidak diinginkan.Pengelolaan
hutan berkelanjutan sebagai bentuk pengelolaan hutan yang memiliki sifat ‘hasil
yang lestari’, ditunjukkan oleh terjaminnya keberlangsungan fungsi produksi
hutan, fungsi ekologis hutan dan fungsi sosial-ekonomi-budaya hutan bagi
masyarakat lokal.
Keuntungan dari pengelolaan hutan berkelanjutan adalah :
1.
Hasil yang terus mengalir dan berkelanjutan dalam bentuk kayu dan hasil
serta hasil hutan lainnya.
2.
Mempertahankan keanekaragaman hayati yang tinggi dalam
konteks perencanaan tata guna lahan terpadu yan meliputi jaringan kawasan
lindung dan kawasan konservasi.
3.
Mempertahankan ekosistem hutan yang stabil.
Reboisasi bertujuan untuk menghutankan kembali kawasan
hutan kritis di wilayah daerah aliran sungai (DAS) yang dilaksanakan bersama
masyarakat secara partisipatif.Kegiatan utamanya adalah penanaman kawasan hutan
dengan tanaman hutan dan tanaman kehidupan yang bermanfaat yang dilaksanakan
secara partisipatif oleh masyarakat setempat. Penanaman ini bertujuan untuk
meningkatkan tingkat penutupan lahan yang optimal sekaligus memberi manfaat
bagi masyarakat setempat sehingga tercipta keharmonisan antara hutan dan
masyarakat. Dengan reboisasi dan penghijauan lahan, laju evapotranspirasi
dan air simpanan meningkat. Reboisasi dan penghijuan yang berhasil akan
menurunkan aliran air permukaan tetapi sekaligus meningkatkan air simpanan
dalam tanah. Namun kenyataan yang ada rebosisasi dan penghijauan seringkali
tidak hanya menurunkan aliran air tetapi juga mengurangi air simpanan, karena
adanya evapotranspirasi dan intersepsi oleh tajuk hutan. Apabila reboisasi dan
penghijauan yang hanya menanam pohon yang tinggi tanpa memperhatikan adanya
tumbuhan bawah dan serasah justru akan menaikkan erosi. Berdasarkan hal
tersebut maka dalam penghijauan dan reboisasi sebaiknya memperhatikan pohon yang
dipilih mempunyai ujung penetes yang sempit dan ada tumbuhan
bawah dan serasah, tumbuhan bawah dapat berupa rumput.
Penetapan lahan kritis ini mengacu pada definisi lahan
kritis yang ditetapkan sebagai lahan yang telah mengalami kerusakan sehingga
kehilangan atua berkurang fungsinya sampai pada batas toleransi. Sasaran
rehabilitasi adalah lahan-lahan kritis di kawasan hutan. Rehabilitasi
lahan adalah usaha memperbaiki ,memulihkan kembali dan meningkatkan kondisi
lahan yang rusak agar dapat berfungsi secara optimal. Baik sebagai unsur
produksi, media pengatur tata air maupun sebagai unsur perlindungan alam dan
lingkungannya. Konservasi lahan adalah pengelolaan lahan yang pemanfaatannya
dilakukan secara bijaksana untuk menjamin kesinambungan persediaannya dengan
tetap memelihara serta meningkatkan kualitas keanekaragaman dan nilainya.
2.2. Komponen pembentuk
Komponen-komponen pembentuk ekosistem
adalah:
A.
Abiotik
Abiotik atau komponen tak hidup adalah komponen fisik dan kimia yang merupakan
medium atau substrat tempat
berlangsungnya kehidupan, atau lingkungan tempat hidup.
Sebagian besar komponen abiotik bervariasi dalam ruang dan waktunya. Komponen
abiotik dapat berupa bahan organik, senyawa anorganik, dan faktor yang
memengaruhi distribusi organisme, yaitu :
- Suhu. Proses biologi dipengaruhi suhu. Mamalia dan unggas membutuhkan energi untuk meregulasi temperatur dalam tubuhnya.
- Air. Ketersediaan air memengaruhi distribusi organisme. Organisme di gurun beradaptasi terhadap ketersediaan air di gurun.
- Garam. Konsentrasi garam memengaruhi kesetimbangan air dalam organisme melalui osmosis. Beberapa organisme terestrial beradaptasi dengan lingkungan dengan kandungan garam tinggi.
- Cahaya matahari. Intensitas dan kualitas cahaya memengaruhi proses fotosintesis. Air dapat menyerap cahaya sehingga pada lingkungan air, fotosintesis terjadi di sekitar permukaan yang terjangkau cahaya matahari. Di gurun, intensitas cahaya yang besar membuat peningkatan suhu sehingga hewan dan tumbuhan tertekan.
- Tanah dan batu. Beberapa karakteristik tanah yang meliputi struktur fisik, pH, dan komposisi mineral membatasi penyebaran organisme berdasarkan pada kandungan sumber makanannya di tanah.
- Iklim. Iklim adalah kondisi cuaca dalam jangka waktu lama dalam suatu area. Iklim makro meliputi iklim global, regional dan lokal. Iklim mikro meliputi iklim dalam suatu daerah yang dihuni komunitas tertentu.
B.
Biotik
Biotik adalah istilah yang biasanya digunakan untuk
menyebut sesuatu yang hidup (organisme). Komponen biotik adalah suatu komponen
yang menyusun suatu ekosistem selain komponen abiotik (tidak bernyawa).
Berdasarkan peran dan fungsinya, makhluk hidup dibedakan menjadi dua macam,
yaitu:
a. Heterotrof /
Konsumen
Komponen heterotrof terdiri dari organisme yang
memanfaatkan bahan-bahan organik yang disediakan oleh organisme lain sebagai
makanannya . Komponen heterotrof disebut juga konsumen makro (fagotrof) karena makanan yang dimakan berukuran
lebih kecil. Yang tergolong heterotrof adalah manusia, hewan, jamur, dan mikroba.
b. Pengurai /
dekomposer
Pengurai atau dekomposer adalah organisme yang
menguraikan bahan organik yang berasal dari organisme mati.
Pengurai disebut juga konsumen makro (sapotrof) karena makanan yang dimakan berukuran
lebih besar. Organisme pengurai menyerap sebagian hasil penguraian tersebut dan
melepaskan bahan-bahan yang sederhana yang dapat digunakan kembali oleh produsen. Yang tergolong pengurai adalah bakteri dan jamur. Ada pula
pengurai yang disebut detritivor, yaitu hewan
pengurai yang memakan sisa-sisa bahan organik, contohnya adalah kutu kayu. Tipe dekomposisi ada tiga, yaitu
:
- aerobik : oksigen adalah penerima elektron / oksidan
- anaerobik : oksigen tidak terlibat. Bahan organik sebagai penerima elektron /oksidan
- fermentasi : anaerobik namun bahan organik yang teroksidasi juga sebagai penerima elektron. komponen tersebut berada pada suatu tempat dan berinteraksi membentuk suatu kesatuan ekosistem yang teratur[4]. Misalnya, pada suatu ekosistem akuarium, ekosistem ini terdiri dari ikan sebagai komponen heterotrof, tumbuhan air sebagai komponen autotrof, plankton yang terapung di air sebagai komponen pengurai, sedangkan yang termasuk komponen abiotik adalah air, pasir, batu, mineral dan oksigen yang terlarut dalam air.
c.
Ketergantungan
Ketergantungan pada ekosistem dapat terjadi antar
komponen biotik atau antara komponen biotik dan abiotik.
d.
Antar komponen biotik
Ketergantungan antar komponen biotik dapat terjadi
melalui :
1.
Rantai makanan, yaitu
perpindahan materi dan energi melalui proses makan dan dimakan dengan urutan
tertentu. Tiap tingkat dari rantai makanan disebut tingkat trofi atau taraf
trofi. Karena organisme pertama yang mampu menghasilkan zat makanan adalah
tumbuhan maka tingkat trofi pertama selalu diduduki tumbuhan hijau sebagai
produsen. Tingkat selanjutnya adalah tingkat trofi kedua, terdiri atas hewan
pemakan tumbuhan yang biasa disebut konsumen primer. Hewan
pemakan konsumen primer merupakan tingkat trofi ketiga, terdiri atas
hewan-hewan karnivora. Setiap
pertukaran energi dari satu tingkat trofi ke tingkat trofi lainnya, sebagian
energi akan hilang.
2.
Jaring- jaring makanan, yaitu rantai-rantai makanan yang saling berhubungan
satu sama lain sedemikian rupa sehingga membentuk seperi jaring-jaring.
Jaring-jaring makanan terjadi karena setiap jenis makhluk hidup tidak hanya
memakan satu jenis makhluk hidup lainnya.
e. Antar
komponen biotik dan abiotik
Ketergantungan antara komponen biotik dan abiotik dapat
terjadi melalui siklus materi, seperti :
Siklus ini berfungsi untuk mencegah suatu bentuk materi
menumpuk pada suatu tempat. Ulah manusia telah membuat suatu sistem yang
awalnya siklik menjadi nonsiklik, manusia cenderung mengganggu keseimbangan
lingkungan.
2.3. Struktur Ekosistem
n Dibagi ke dalam Dua Komponen Utama :
n Abiotik :
n Sinar matahari
n Faktor fisik : Iklim, angin, panas
n Faktor kimia : semua bahan kimia di
dalam air, udara, tanah
n Biotik :
n Produser : tumbuhan
n Konsumer : herbivora (konsumer 1),
karnivora (konsumer 2)
n Dekomposer : bakteri, fungi, dll.
2.4. Peran Ekosistem
n Menyangga iklim
n Recycle bahan kimia vital yang
diperlukan tumbuhan dan hewan
n Tempat pembuangan limbah manusia
n Mengontrol lebih dari 95 % hama dan
penyakit
n Menjaga sumberdaya genetik
III. PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Ekosistem adalah suatu
sistem
ekologi yang terbentuk
oleh hubungan timbal balik tak terpisahkan antara mahluk hidup dengan
lingkungannya. Ekosistem bisa dikatakan juga suatu tatanan kesatuan secara utuh
dan menyeluruh antara segenap unsur lingkungan hidup yang saling memengaruhi. Struktur
Ekosistem Dibagi
ke dalam Dua Komponen Utama :
n Abiotik :
n Sinar matahari
n Faktor fisik : Iklim, angin, panas
n Faktor kimia : semua bahan kimia di
dalam air, udara, tanah
n Biotik :
n Produser : tumbuhan
n Konsumer : herbivora (konsumer 1),
karnivora (konsumer 2)
n Dekomposer : bakteri, fungi, dll.
3.2. Saran
Ekosistem dapat
terjadi antara komponen biotik dan abiotik. Ulah manusia telah membuat suatu sistem
yang awalnya siklik menjadi nonsiklik, manusia cenderung mengganggu keseimbangan
lingkungan
ekosistem.
DAFTAR
PUSTAKA
http://free.vlsm.org/v12/sponsor/Sponsor
Pendamping/Praweda/Biologi/0034%20Bio%201-7e.htm
Label: makalah kehutanan
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda