makalah cara mengukur potensial air umbi kentang
I. PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Semua proses fisiologi di dalam jaringan tanaman tidak
akan terjadi tanpa adanya air yang berperan penting dalam proses tersebut. Selama pertumbuhan tanaman air memiliki
peranan penting di antaranya berperan sebagai pelarut bahan-bahan organik,
bahan utama proses fotosintesis dan lain-lain.
Jika tanaman mengalami stress air, maka pertumbuhan dan perkembangan
tanaman tersebut tidak akan berjalan normal.
Air masuk ke dalam sel tanaman melalui proses difusi, yang mana proses
difusi ini terjadi karena perbedaan konsentrasi, yaitu konsentrasi di ruang
yang dalam sel lebih rendah di bandingkan
konsentrasi di luar sel.
Sel
tumbuhan dapat mengalami kehilangan air yang besar jika potensial air di luar
sel lebih rendah dibandingkan dengan potensial air di dalam sel, sehingga akan
mengakibatkan volume isi sel akan menurun dan tidak akan mampu mengisi seluruh
telah dibentuk oleh sel tersebut (Anonim,
2009).
2.1 Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dilaksanakannya
praktikun tentang Mengukur Potensial Air Umbi Kentang ini adalah untuk
mengetahui potensial osmotik pada umbi kentang dan ubi jalar.
kegunaan praktikum ini
adalah agar para praktikan dapat mengidentifikasi peristiwa fisiologi tumbuhan
terutama potensial osmotik umbi kentang.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Botani Kentang (Solanum tuberosum)
Tanaman kentang (Solanum tuberosum L.) merupakan tanaman
semusim yang berbentuk semak, termasuk dalam kerajaan Plantae, divisi Magnoliophyta,
kelas Magnoliopsida, sub kelas asteridae,
ordo solanales, famili solanaceae, genus solanum
dan spesies solanum tubero L. (Nurmayulisun, 2009).
Menurut Sunaryono (2008),
bentuk morfologi dari tanaman kentang (Solanum
tuberosum L.) dimana bentuk morfologi
batangnya ada yang berbentuk bulat,
slindris, pada bagian pucuk berbulu dan berwarna hijau muda. Memiliki sistem perakaran tunggang dan
berwarna putih kekuningan.
Daun
dari tanaman kentang merupakan daun majemuk, berbulu dengan ujung meruncing,
tepi rata, bagian pangkal daun runcing, panjang daun 12-15 cm, lebar 6-8 cm, memiliki pertulangan menyirip dan
daun berwarna hijau.
Tanaman
kentang memiliki bunga yang majemuk, bercabang dan berbentuk garpu di ujung
serta di ketiak daun, memiliki kelopak dengan panjang 8.5-15 mm, bunga berwarna
hijau keputih-putihan. Mahkota bunga
pendek, berbentuk lonjong dan berwarna putih.
Benang sari melekat pada tabung mahkota, memiliki bakal buah dengan 2-6 ruang di dalam mahkota bunga yang
mengandung banyak bakal biji. Tangkai putik berbentuk jarum dengan kepala putik yang
kecil dan berwarna putih. Buah dari
tanaman kentang berbentuk bulat lonjong dan berwarna coklat. Memiliki biji dengan bentuk pipih atau
berbentuk ginjal dan berwarna kuning.
2.2
Mengukur Potensial Air
Potensial
air adalah potensial kimia air dalam suatu system atau bagian system. Dinyatakan dalam satuan tekanan dan
dibandingkan dengan potensial kimia air murni (juga dalam satuan tekanan) pada
tekanan atmosfer dan pada suhu serta ketinggian yang sama potensial murni
ditentukan sama dengan nol. Faktor-faktor penghasil gradient yaitu konsentrasi atau
aktifitas, suhu, tekanan, efek larutan terhadap potensial kimia pelarut,
matriks. Mengukur metode air dengan
metode volume jaringan, metode chordate, metode tekanan uap (Anonim, 2005).
Besar jumlah potensial air pada tumbuhan dipengaruhi oleh 4 macam
komponen potensial, yaitu gravitasi, matriks, osmotik dan tekanan. Potensial
gravitasi bergantung pada air di dalam daerah gravitasi. Potensial matriks bergantung pada kekuatan
mengikat air saat penyerapan. Potensial osmotik bergantung pada hidrostatik atau tekanan
angina dalam air (Deragon, 2005).
III.
METODE PRAKTEK
3.1
Tempat dan Waktu
Praktikum tentang Mengukur Potensial Air Umbi Kentang ini
dilaksanakan di Laboratorium Hortikultura, Fakultas Pertanian, Universitas
Tadulako, Palu. Pada hari Rabu, tanggal 20 Oktober 2010, pada
pukul 14.00 WITA sampai selesai.
3.2 Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini
adalah cutter, alat pengebor gabus atau antena radio, mistar berskala
milimeter, botol yang bermulut besar(botol selai) dan kertas label.
3.3 Cara Kerja
Cara
kerjanya adalah dengan terlebih dahulu memilih umbi kentang (Solanum
tuberosum L.) yang berukuran besar, kemudian membuat silinder
umbi dengan alat pengebor sepanjang 40 mm sebanyak 2 buah, menyiapkan 6 botol
selei dengan masing-masing diisi larutan sukrosa yang telah ditentukan sebanyak
30 ml, setiap botolnya diisi dengan satu
konsentrasi dengan memberikan label pada masing-masing botol. Memasukan potongan umbi kedalam botol yang
masing-masing diisi 2 potongan umbi, disarankan agar dapat dilakukan dengan
capat untuk mengurangi terjadinya penguapan, botol ditutup dengan rapat selama
percobaan itu berlangsung. Selanjutnya membiarkan silinder umbi
dalam larutan selama 2 jam untuk memberi kesempatan pada umbi melakukan
keseimbangan dengan larutan sukrosa tersebut. Setelah 2 jam, umbi diambil dari
botol dan mengukurnya kembali
panjang masing-masing dengan cermat dan mencatatnya dibuku. Kemudin menghitung
panjang rata-rata dari kedua umbi yang ada serta membuat grafik dari data yang
diperoleh dengan molaritas larutan sebagai sumbu X dan rata-rata panjang
silinder sebagai sumbu Y, dan yang paling terakhir adalah menentukan dengan
grafik pada konsentrasi berapakah molar silinder umbi tidak mengalami prubahan
panjang.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil
Dari hasil pengamatan tersebut dapat di ketahaui
hasilnya sebagai berikut:
Tabel 1.
Penambahan panjang Umbi
Kentang ( Solanum tuberosum L.)
selama perendaman 2 jam.
Perlakuan (m)
|
Rata”panjangawal (cm)
|
Rata”panjang akhir(cm)
|
Selisih
|
0,2 m
|
4 cm
|
4,35 cm
|
0,35
|
0,4 m
|
4 cm
|
3,85 cm
|
0,15
|
0,6 m
|
4 cm
|
3,75 cm
|
0,25
|
0,8 m
|
4 cm
|
3,75 cm
|
0,25
|
1,0 m
|
4 cm
|
4,45 cm
|
0,45
|
Control
|
4 cm
|
4,25 cm
|
0,25
|
Grafik 1. Perubahan Panjang Umbi Kentang (Solanum tuberosum L.) Selama 2 Jam.
2 Pembahasan
Sesuai
dengan hasil pengamatan di atas dapat dilihat bahwa umbi kentang (Sholanum tuberosum L.) yang direndam di dalam air (kontrol) memiliki
penambahan panjang dengan panjang akhir rata-rata yaitu 4,25 cm dari panjang
awalnya 4 cm, hal ini disebabkan karena air memiliki viskositas (kekentalan)
yang rendah sehingga menyebabkan air dengan mudah melakukan difusi ke dalam
jaringan umbi kentang dan menyebabkan potensial air dalam sel umbi kentang
menjadi meningkat.
Pada pengamatan dengan menggunakan larutan
sukrosa, Meskipun larutan ini memiliki viskositas (kekentalan) yang cukup
tinggi dari larutan sukrosa yang lainnya, Umbi Kentang (Sholanum tuberosum L.) yang direndam dalam larutan sukrosa 1,0 M
memiliki rata-rata panjang akhir yang tertinggi, dengan panjang awal 4 cm dan
panjang akhir 4,45 cm. Hal ini
disebabkan karena adanya kemungkinan pada saat perendaman umbi kentang memiliki
potensial air yang cukup rendah sehingga larutan sukrosa dapat mengalir secara
difusi ke dalam sel umbi kentang tanpa mengalami hambatan, sehingga potensial
air dalam sel umbi kentang
meningkat. Panjang akhir
rata-rata umbi kentang yang terendah adalah pada umbi kentang yang direndam di
dalam larutan sukrosa 0,6 dan 0,8 M dengan mengalami penyusutan panjang
sebanyak 0,25 cm, hal ini disebabkan karena penambahan potensial air dalam sel
umbi kentang sangat rendah meskipun viskositas larutan lebih rendah
dibandingkan viskositas larutan sukrosa yang lainnya.
Dari hasil tersebut, ditemukan umbi Kentang
yang di rendam di dalam larutan sukrosa 0,4 M 0,6 M dan 0.4 M dengan panjang
akhirnya mengalami penurunan, hal ini disebabkan karena larutan sukrosa mampu
menyerap air secara osmosis dari dalam sel umbi kentang itu sendiri, sehingga
terjadi penyusutan.
Air merupakan suatu molekul yang sederhana,
terdiri dari satu atom O dan dua atom H sehingga berat molekulnya hanya 18
g/mol. Salah satu karakteristik dari
molekul air adalah memiliki viskositas yang rendah, sehingga air dapat mengalir
dengan mudah ke dan dalam jaringan tumbuhan (Lakitan, 2004).
Larutan yang sering digunakan dalam
mengestiminasi potensial air adalah larutan sukrosa (C12H22O11),
sampel yang dimasukkan ke dalam seri larutan akan kehilangan atau menyerap air
secara osmosis. Jika densitas larutan tidak berubah, berarti potensial
air sampel yang diuji sama dengan larutan sukrosa tersebut (Malik, 2008).
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil yang telah diperoleh, maka dapat
diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1.
Suatu
tanaman jika direndam dalam suatu larutan, maka potensial air dalam sel tanaman
tersebut akan berubah tergantung pada konsentrasi serta viskositas larutan yang digunakan.
2.
Potensial
air dalam sel suatu tanaman menentukan proses pertumbuhan dan perkembangan dari
tanaman itu sendiri, karena selama proses hidupnya tanaman membutuhkan air yang
cukup banyak.
3.
Air
masuk ke dalam sel tanaman melalui proses difusi, yang mana proses difusi ini
terjadi karena perbedaan konsentrasi, yaitu konsentrasi di dalam sel lebih
rendah di bandingkan konsentrasi di luar sel.
5.2
Saran
Diharapkan kepada asisten kiranya dapat
mengarahkan para praktikan selama praktek berlangsung, agar jalanya praktek yang dilaksanakan ini dapat berjalan
sesuai dengan prosedur yang berlaku.
Label: makalah kehutanan
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda