laporan magang pembibitan jabon
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Latar belakang keinginan saya mengambil judul tentang teknik Pembibitan Tanaman Trembesi dan Jabon adalah
karena Keduanya
merupakan jenis tanaman hutan
yang bisa dimasukan juga ketanaman perkebunan yang sangat penting penting, baik sebagai
sumber pendapatan, kesempatan kerja dan devisa, pendorong pertumbuhan ekonomi
sentra-sentra baru di wilayah sekitar perkebunan Jabon dan Trembesi maupun pelestarian
lingkungan dan sumberdaya hayati. Namun sebagai negara dengan luas areal
terbesar dan produksi kedua terbesar dunia, Indonesia masih menghadapi beberapa
kendala, yaitu rendahnya produktivitas, terutama karet rakyat yang merupakan
mayoritas (91%) areal karet nasional dan ragam produk olahan yang masih
terbatas, yang didominasi oleh karet remah (crumb rubber). Rendahnya
produktivitas kebun karet rakyat disebabkan oleh banyaknya areal tua, rusak dan
tidak produktif, penggunaan bibit bukan klon unggul serta kondisi kebun yang
menyerupai hutan. Oleh karena itu perlu upaya percepatan peremajaan karet
rakyat dan pengembangan industri hilir.
Kondisi agribisnis karet saat ini menunjukkan bahwa karet dikelola oleh rakyat, perkebunan negara dan perkebunan swasta. Pertumbuhan karet rakyat masih positif walaupun lambat yaitu 1,58%/tahun, sedangkan areal perkebunan negara dan swasta samasama menurun 0,15%/th. Oleh karena itu, tumpuan pengembangan karet akan lebih banyak pada perkebunan rakyat. Namun luas areal kebun rakyat yang tua, rusak dan tidak produktif mencapai sekitar 400 ribu hektar yang memerlukan peremajaan. Persoalannya adalah bahwa belum ada sumber dana yang tersedia untuk peremajaan. Di tingkat hilir, jumlah pabrik pengolahan karet sudah cukup, namun selama lima tahun mendatang diperkirakan akan diperlukan investasi baru dalam industri pengolahan, baik untuk menghasilkan crumb rubber maupun produk-produk karet lainnya karena produksi bahan baku karet akan meningkat. Kayu karet sebenarnya mempunyai potensi untuk dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan furniture tetapi belum optimal, sehingga diperlukan upaya pemanfaatan lebih lanjut.
Kondisi agribisnis karet saat ini menunjukkan bahwa karet dikelola oleh rakyat, perkebunan negara dan perkebunan swasta. Pertumbuhan karet rakyat masih positif walaupun lambat yaitu 1,58%/tahun, sedangkan areal perkebunan negara dan swasta samasama menurun 0,15%/th. Oleh karena itu, tumpuan pengembangan karet akan lebih banyak pada perkebunan rakyat. Namun luas areal kebun rakyat yang tua, rusak dan tidak produktif mencapai sekitar 400 ribu hektar yang memerlukan peremajaan. Persoalannya adalah bahwa belum ada sumber dana yang tersedia untuk peremajaan. Di tingkat hilir, jumlah pabrik pengolahan karet sudah cukup, namun selama lima tahun mendatang diperkirakan akan diperlukan investasi baru dalam industri pengolahan, baik untuk menghasilkan crumb rubber maupun produk-produk karet lainnya karena produksi bahan baku karet akan meningkat. Kayu karet sebenarnya mempunyai potensi untuk dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan furniture tetapi belum optimal, sehingga diperlukan upaya pemanfaatan lebih lanjut.
Tujuan pengembangan karet ke depan
adalah mempercepat peremajaan karet rakyat dengan menggunakan klon unggul,
mengembangkan industri hilir untuk meningkatkan nilai tambah, dan meningkatkan
pendapatan petani. Sasaran jangka panjang (2025) adalah: (a) Produksi karet
mencapai 3,5-4 juta ton yang 25% di antaranya untuk industri dalam negeri; (b)
Produktivitas meningkat menjadi 1.200-1.500 kg/ha/th dan hasil kayu minimal 300
3 m /ha/siklus; (c) Penggunaan klon unggul (85%); (d) Pendapatan petani menjadi
US$ 2.000/KK/th dengan tingkat harga 80% dari harga FOB; dan (e) Berkembangnya
industri hilir berbasis karet. Sasaran jangka menengah (2005-2009) adalah: (a)
Produksi karet mencapai 2,3 juta ton yang 10% di antaranya untuk industri dalam
negeri; (b) Produktivitas meningkat menjadi 800 kg/ha/th dan hasil kayu minimal
3 300 m /ha/siklus; (c) Penggunaan klon unggul (55%); (d) Pendapatan petani
menjadi US$ 1.500/KK/th dengan tingkat harga 75% dari harga FOB; dan (e) Berkembangnya
industri hilir berbasis karet di sentrasentra produksi karet.
1.2 Tujuan
dan Kegunaan
Tujuan dari
praktik umum/magang ini yaitu untuk mengetahui jenis hama dan penyakit yang
menyerang tanaman kemiri dan jati di
persemaian di CV. Pratama Mandiri di Desa Lolu, Kecamatan Biromaru,
Kabupaten Sigi.
Kegunaan
dari praktik umum/magang ini yaitu untuk dijadikan sebagai bahan informasi
tentang hama dan penyakit yang menyerang tanaman kemiri dan jati di persemaian.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Botani
Tanaman Trembesi ( Albizia
saman (jacq)
Klasifikasi
tanaman trembesi (Albizia
saman (Jacq.)
Kingdom : Plantae
Divisio : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Fabales
Famili : Fabaceae
Genus : Albizia
Spesies :
Albizia saman ( jacq)
Ki
hujan, pohon hujan, atau trembesi (Albizia saman (Jacq.)
Merr. sinonim Samanea saman (Jacq.) Merr.) merupakan tumbuhan pohon besar, tinggi, dengan tajuk yang sangat melebar. Tumbuhan
ini pernah populer sebagai tumbuhan peneduh. Pohon ini mempunyai beberapa
julukan nama seperti Saman, Pohon Hujan dan Monkey Pod, dan ditempatkan dalam
genus Albizia. Perakarannya
yang sangat meluas membuatnya kurang populer karena dapat merusak jalan dan
bangunan di sekitarnya. Namanya berasal dari air yang sering menetes dari
tajuknya karena kemampuannya menyerap air tanah yang kuat serta kotoran dari tonggeret yang tinggal di pohon.
Albizia Saman adalah spesies
pohon berbunga dalam keluarga kacang polong. Tumbuhan ini berasal dari Amerika
tropik namun sekarang tersebar di seluruh daerah tropika. Di beberapa tempat
bahkan dianggap mengganggu karena tajuknya menghambat tumbuhan lain untuk
berkembang. Berdasarkan
penelitian Hartwell (1967-1971) di Venezuela, akar Rain Tree dapat digunakan
sebagai obat tambahan saat mandi air hangat untuk mencegah kanker. Ekstrak daun
Rain Tree dapat menghambat pertumbuhan mikrobakterium Tuberculosis (Perry,
1980) yang dapat menyebabkan sakit perut. Rain Tree juga dapat digunakan
sebagai obat flu, sakit kepala dan penyakit usus (Duke and Wain, 1981)
Ciri-Ciri
Umum
Ciri
Pohon
Albizia Saman dapat mencapai
ketinggian rata-rata 30 - 40 m,lingkar pohon sekitar 4,5 m dan mahkota pohon
mencapai 40 - 60 m. Bentuk batangnya tidak beraturan kadang bengkok,
menggelembung besar. Daunnya majemuk mempunyai panjang tangkai sekitar 7-15 cm.
Sedangkan pada pohon yang sudah tua berwarna kecekelatan dan permukaan kulit sangat
kasar dan terkelupas.
Ciri
Daun
Daunnya melipat pada cuaca hujan
dan di malam hari, sehingga pohon ini juga di namakan Pohon pukul 5. Kulit
pohon hujan ini berwarna abu-abu kecokelatan pada pohon muda yang masih halus.
Sedangkan lebar daunnya sekitar 4-5 cm berwarna hijau tua, pada permukaan daun
bagian bawah memiliki beludru, kalau di pegang terasa lembut.
Ciri
Bunga
Pohon hujan berbunga pada bulan
Mei dan juni. Bunga berwarna putih dan bercak merah muda pada bagian bulu
atasnya. Panjang bunga mencapai 10 cm dari pangkala bunga hingga ujung bulu
bunga. Tabung mahkota berukuran 3,7 cm dan memiliki kurang lebih 20-30 benang
sari yang panjangnya sekitar 3-5 cm. Bunga menghasilkan nektar untuk menarik seranga guna
berlangsungya penyerbukan.
Ciri
Buah
Buah pohon hujan bentuknya
panjang lurus agak melengkung, mempunyai panjang sekitar 10-20 cm, mempunyai
lebar 1,5 - 2 cm dan tebal sekitar 0,6 cm. Buahnya berwarna cokelat
kehitam-hitaman ketika buah tersebut masak. Bijinya tertanam dalam daging
berwarna cokelat kemerahan sangat lengket dan manis berisi sekitar 5 - 25 biji
dengan panjang 1,3 cm.
2.2 Botani
Tanaman Jabon (Anthocephalus cadamba (Roxb.) Miq.)
Di Indonesia Jabon dikenal sebagai kelempayan.
Tanaman ini terdapat di pulau Jawa, Sumantera, Kalimantan, Sumbawa dan Irian
Jaya. Tanaman yang termasuk famili Rubiaceae ini tumbuh baik pada ketinggian 0
– 1 000 m dpl, pada jenis tanah lempung, podsolik cokelat, dan aluvial lembab
yang yang umumnya terdapat di sepanjang sungai yang beraerasi baik.
Jabon adalah jenis pohon
cahaya (light-demander) yang cepat tumbuh. Pada umur 3
tahun tingginya dapat mencapai 9 m dengan diameter 11 cm. Di alam bebas, pohon
Jabon pernah ditemukan mencapai tinggi 45 m dengan diameter lebih dari 100 cm.
Bentuk tajuk seperti payung dengan sistem percabangan melingkar. Daunnya tidak
lebat. Batang lurus silindris dan tidak berbanir. Kayunya berwarna putih krem
sampai sawo kemerah-merahan, mudah diolah, lunak dan ringan. Jabon berbuah
setahun sekali. Musim berbungannya pada bulan Januari-Juni dan buah masak pada
bulan Juli-Agustus dengan jumlah buah majemuk per kg 33 buah. kadar air kayu jabon rata-rata 0,40
g/cm3 dengan rata-rata kadar air kayunya 17%. Menurut Hadjib dan Abdurachman
(2009) kerapatan kayu jabon
rata-rata 0,55 g/cm3 dengan kadar air rata-rata 16%. Secara umum nilai
kerapatan tersebut sesuai dengan kisaran kerapatan untuk kayu jabon yang
yaitu berkisar antara 0,29 g/cm3 sampai 0,56 g/cm3 dengan rata-rata 0,42 g/cm3.
Mandang dan Pandit (1997)
Klasifikasi Jabon
Kerajaan :Plantae
Divisi :Spermatophyta
Kelas :Magnoliopsida
Ordo :Rubiales
Famili :Rubiaceae
Genus :Anthocephalus
Spesies :Anthocephalus cadamba (Roxb.) Miq.
Divisi :Spermatophyta
Kelas :Magnoliopsida
Ordo :Rubiales
Famili :Rubiaceae
Genus :Anthocephalus
Spesies :Anthocephalus cadamba (Roxb.) Miq.
Penyebaran dan Tempat Tumbuh.
Distribusi alami di mulai dari
india, Nepal dan India, menuju Thailand dan Indochina serta bagian timur
Kepulauan Malaya hingga Papua Nugini. Tanaman ini telah di introduksi di Afrika
serta Amerika Tengah dan mampu beradaptasi dengan baik. Di Indonesia, tanaman
ini terdapat di pulau Jawa, Sumatra, Kalimantan, Sumbawa dan Irian Jaya. Merupakan
tipikal tanaman pioner dan umum terdapat di hutan sekunder. Jenis yang
memerlukan cahaya dan tidak toleran terhadap cuaca dingin. Pada distribusi
alaminya, tanaman ini tumbuh baik pada ketinggian 0-1000 m dpl dengan rata-rata
curah hujan lebih dari 1.500 mm/tahun, pada jenis tanah lempung, Podsolik
coklat, dan aluvial lembab yang umumnya terdapat di sepanjang sungai yang
beraerasi baik. Namun demikian jabon dapat pula tumbuh pada daerah kering
dengan curah hujan sedikitnya 200 mm/tahun serta toleran pada kondisi air
tergenang yang periodik.
Habitat
Selalu hijau. Di alam bebas pohon dapat mencapai tinggi 45 m dengan diameter lebih dari 100 cm, sedangkan batas bebas cabangnya mencapai hingga 25 m. Pada umur 3 tahun tingginya dapat mencapai 17 m dengan diameter 30 cm. Bentuk tajuk seperti payung dengan sistem percabangan melingkar dengan daun yang tidak lebat dengan panjang 13-32 cm. Bunga jingga berukuran kecil, berkelopak rapat, berbentuk bulat. Batang lurus silindris dan tidak berbanir. Kayunya berwarna putih krem sampai sawo kemerah-merahan.
Selalu hijau. Di alam bebas pohon dapat mencapai tinggi 45 m dengan diameter lebih dari 100 cm, sedangkan batas bebas cabangnya mencapai hingga 25 m. Pada umur 3 tahun tingginya dapat mencapai 17 m dengan diameter 30 cm. Bentuk tajuk seperti payung dengan sistem percabangan melingkar dengan daun yang tidak lebat dengan panjang 13-32 cm. Bunga jingga berukuran kecil, berkelopak rapat, berbentuk bulat. Batang lurus silindris dan tidak berbanir. Kayunya berwarna putih krem sampai sawo kemerah-merahan.
2.3
Keterangan Umum Tentang
Pembibitan
Perkembangbiakan Rain Tree dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu
pembibitan (metode yang biasanya digunakan), pemotongan dahan, ranting, batang
dengan cara pencangkokan. Proses pembibitan untuk skala besar dapat menggunakan
biji Rain Tree dengan cara :
- pembibitan biji tanpa perlakuan
perkecambahan biji akan tumbuh
dengan baik sekitar 36-50% tanpa perlakuan. Perkecambahan biji yang tidak
diperlakuan akan tumbuh di tahun pertama penyimpanan biji (Seed Storage)
- pembibitan biji dengan perlakuan
pembibitan biji dapat dilakukan
dengan memberi perlakuan tertentu pada biji Rain Tree untuk mendapatkan hasil
yang lebih baik dan lebih cepat. Ada 2 macam perlakuan (yang penulis ketahui)
untuk mendapatkan hasil yang lebih baik yaitu :
memasukkan biji dalam air selama
1-2 menit dengan suhu 800C (1760F) dengan voluem air 5x
lebih banyak dari volume biji, aduk biji kemudian keringkan. Rendam biji dalam
air hangat dengan suhu 30-400 C (86-1040F )selama 24 jam.
Metode ini akan membnatu perkecambahan biji 90-100%. (Craig and George, tanpa
tahun). Skarifikasi biji (pengelupasan biji)akan tampak 3-5 hari setelah
perlekuan dengan menyimpannya dalam tempat teduh dengan pemberian air yang
konstan untuk membantu pertumbuhan biji.
Biji sudah siap untuk ditanam
setelah perkecambahan. Saat iru panjang kecambah 20-30m. Bibit yang mempunyai
diameter >10mm dapat lebih bertahan dari air hujan. Perkiraan ukuran bibit
saat penanaman yaitu ketika mempunyai tinggi sekitar 15-30 cm (6-12 inci)
dengan panjang akar sekitar 10 cm (4 inci) dan panjnag batang mencapai 20 cm (8
inci). Diamtaer batang dari bibit harus mencapai 5-30mm. Penanaman ini dapat
dilakukan di pasir (tempat pembibitan) atau di tanam di polybag yang berukuran
10×20 cm dengan komposisi 3:1:1 (tanah:pasir:kompos).
Perawatan bibit diperlukan untuk
menjaga bibit agar bisa tumbuh besar terutama dari serangan hama dan terpaan
angin. Perawatan ini dilakukan sampai Rain Tree menjadi lebih tinggi dan siap
untuk melindungi.
Hama tumbuhan adalah organisme yang menyerang tumbuhan
sehingga pertumbuhan dan perkemabanganya terganggu. Hama yang menyerang
tumbuhan antara lain tikus, walang sangit, wereng, tungau, dan ulat. Defenisi
hama adalah semua organisme yang tergolong pada jenis serangga atau satwa yang
dapat menimbulkan kerusakan pada biji, bibit, tanaman muda dan tua yang secara
ekonis berarti sangat merugikan karena berada diatas ambang ekonomi (Natawiria,
1991).
Secara alamiah, sesungguhnya hama
mempunyai musuh yang dapat mengendalikannya. Namun, karena ulah manusia, sering
kali musuh alamiah hama hilang. Akibat hama tersebut merajalela. Salah satu
contoh kasus yang sering terjadi adalah hama tikus. Sesungguhnya, secara
ilmiah, tikus mempunyai musuh yang memamngsanya. Musuh alami tikus ini dapat
mengendalikan jumlah populasi tikus. Musuhnya tikus itu ialah Ular, Burung
hantu, dan elang. Sayangnya binatang – binatang tersebut ditangkapi oleh
manusia sehingga tikus tidak lagi memiliki pemangsa alami. Akibatnya, jumlah
tikus menjadi sangat banyak dan menjadi hama.
Penyakit tumbuhan sebagian besar
disebabkan oleh interaksi antara aktivitas mikroorganisme dan inangnya.
Penyebab penyakit (yang disebut patogen) dapat berupa virus, bakteri, fungi,
atau tumbuhan tingkat tinggi. Penyakit tumbuhan juga dapat berupa factor
lingkungan fisik/kimia baik tempat tumbuh maupun lingkungannya. Lebih dari satu
penyebab seringkali berinteraksi atau bersama-sama menyebabkan penyakit pada tanaman.
Gejala penyakit dibagi menurut beberapa cara, dan terminology yang
digunakan adalah luas. Pengelompokan dilakukan sesuai dengan yang dikemukakan
oleh Brown (1997) yang membagi gejala menjadi empat kategori besar yaitu:
a.
Kematian dan kerusakan pada jaringan inang
b.
Kelayuan, tidak dapat tumbuh subur sderta gejala yang
mengikuti
c.
Pertumbuhan dan pembelahan sel yang tidak normal, dan
d.
Perubahan warna jaringan inang menjadi lebih muda
2.3.2
Bentuk Kerusakan
Suratmo (1978),
bentuk kerusakan yang dapat ditimbulkan oleh suatu hama dan penyakit pada pohon
atau tegakan hutan dapat dibagi sebagai berikut:
A. Kerusakan
langsung
1. Mematikan
pohon
2. Merusak
sebhagian dari pohon
3. Menurunkan
kualitas hasil-hasil hutan
4. Merusak
biji dan buah
B. Kerusakan
tidak langsung
1. Merubah
suksesi atau komposisi tegakan
2. Menurunkan
umur tegakan
3. Menimbulkan
kebakaran
4. Mengurangi
nilai keindahan
5. Menimbulkan
penyakit-penyakit dan hama baru
2.3.3 Faktor Penyebab Perkembangan Hama dan Penyakit Tanaman
Penyakit
tumbuhan sebagian besar disebabkan oleh interaksi anata aktivitas
mikroorganisme dan inangnya. Penyebab penyakit (yang disebut patogen) dapat
berupa virus, bakteri, fungi atau tumbuhan tingkat tinggi. Penyebab penyakit
tumbuhan juga dapat berupa faktor lingkungan fisik/kimia baik tempat tumbuh
maupun lingkunganny. Lebih dari satu pentebab seringkali berinteraksi atau
bersaama-sama penyebabnya penyakit pada pohon penyusun hutan. Pohon-pohon di
dalam hutan seringkali baru dapat diserang oleh patogen setelah menjadi lemah
pertumbuhannya karena kondisi lingkungan yang tidak optimal. Penyimpangan
kondisi lingkungan sendiri seringkali berpeluang besar untuk menyebabkan penyakit pada
pohon-pohon penyyusun hutan yang tumbuh dalam rentang waktu yang panjang.
Suatu penyakit pada pohon
penyusu hutan, dapat merupakan akibat dari,
1). Serangan patogen, misalnya fungi, bakteri, firus, atau nematoda,
2). Kondisi lingkungan yang tidak mendukung kehidupan tumbuhan,
3). Tidak adanya mikroorganisme simbiosis mutualisme pembentuk mikorisa
atau bintil akar penambat nitrogen.
Pada tahun 1897 Anton de Bary, yang dikenal sebagai bapak mikologi modern,
menggambarkan kata simbiosis sebagai hubungan
yang akrab dab secara terus menerus antara dua atau lebih mikroorganisme
yang berbeda (Brown, 1997).
III. METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Praktik
umum/magang ini dilaksanakan dari bulan Desember sampai bulan Januari
2012. Bertempat di CV. Pratama Mandiri,
Desa Lolu, Kecamatan Biromaru, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah.
3.2 Alat
dan Bahan
Alat yang
digunakan dalam praktik umum/magang ini yaitu alat tulis-menulis, buku panduan
jenis hama/penyakit tanaman dan kamera. Sedangkan bahan yang digunakan yaitu
berupa sampel plot tanaman kemiri dan jati.
3.3 Metode
Praktikum
Penelitian diawali dengan kegiatan pengamatan lapangan
untuk mengetahui gejala dan bentuk serangan. Pengamatan dilakukan secra visual
dengan menghitung persentase serangan. Persentase serangan dihitung dengan
menggunakan rumus sebagai berikut :
Jumlah bibit yang diamati untuk
setiap umur bibit adalah 200 bibit. Kriteria bibit terserang adalah apabila
bagian bibit sudah terserang atau rusak walaupun tingkat serangannya kecil.
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI
4.1
Letak dan Luas
Secara administrasi
CV. Pratama Mandiri terletak di Desa Lolu Kecamatan Sigi Biromaru Kabupaten
Sigi Propinsi Sulawesi Tengah. Luas areal CV. Pratama Mandiri yaitu 200 m2. Perusahaan CV. Pratama Mandiri berbatasan
dengan :
a.
Sebelah utara : Selokan Lolu
b.
Sebelah timur : Rumah Sdr. Muhammad
Hanafi
c.
Sebelah selatan : Jl. Poros Lolu
d.
Sebelah barat : Jl. Poros Lolu
4.2
Prasarana Pembibitan
Peralatan yang
digunakan pada CV. Pratama Mandiri sebagai penunjang pelaksanaan adalah sebagai
berikut :
Tabel
1. Peralatan Penunjang
No.
|
Peralatan
|
Jumlah
|
1.
|
Dap
|
1 Unit
|
2.
|
Selang
|
1 Unit
|
3.
|
Ember
|
5 Unit
|
4.
|
Sekop
|
3 Unit
|
5.
|
Cangkul
|
1 Unit
|
4.3 Tenaga Kerja
Tenaga kerja yang dipekerjakan pada perusahaan CV.
Pratama Mandiri adalah dari tenaga kerja lokal yang berada disekitar
lokasi pembibitan. Jumlah tenaga kerja yang digunakan sebanyak.
4.4
Aksesbilitas
Perusahaan CV. Pratama Mandiri dapat ditempuh dari Kota Palu ± 15 menit
dengan menggunakan kendaraan roda dua dan roda empat serta memiliki jarak
tempuh 5 Km ke arah selatan dari kota Palu.
V.
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Intensitas Serangan Hama dan Penyakit Pada Tanaman Kemiri
Setelah dilakukan pengamatan pada demplot uji klonal kemiri, maka ditemukan
serangan/gangguan hama dan penyakit dengan intensitas seperti pada tabel 1.
Jenis-jenis hama dan penyakit dengan tipe/gejala serangan serta dampak yang
diakibatkannya terhadap tanaman selengkapnnya disajikan pada tabel 1.
5.1.1
Hama dan Penyakit Pada Tanaman Kemiri
5.1.2
6.
II. TEKNIK BUDIDAYA
7.
CARA PENYEMAIAN BIJI BENIH JABON
8.
Benih jabon ditabur pada media pasir halus Sebaiknya menggunakan wadah bak plastik yang telah dilubangi bagian bawahnya Penyiraman dilakukan memasukkan bak ke bak lain berisi air sehingga air merembes dari bawah Pengamatan dan pemberantasan terhadap penyakit perlu dilakukan karena rawan dumping off. Setelah daun berukuran 1 cm2 dipindahkan ke polybag yang telah diisi media (tanah: kompos= 2 : 1), 50% atau 65%.
Benih jabon ditabur pada media pasir halus Sebaiknya menggunakan wadah bak plastik yang telah dilubangi bagian bawahnya Penyiraman dilakukan memasukkan bak ke bak lain berisi air sehingga air merembes dari bawah Pengamatan dan pemberantasan terhadap penyakit perlu dilakukan karena rawan dumping off. Setelah daun berukuran 1 cm2 dipindahkan ke polybag yang telah diisi media (tanah: kompos= 2 : 1), 50% atau 65%.
9.
10.PENANAMAN
11. Perkebunan
pada umumnya menggunakan jarak tanam yang direkomendasikan yaitu 4 x 5 m. jarak
tersebut dapat memaksimalkan pertumbuhan dan perkembangan diameter batangnya,
sebab radius lingkaran bayangan kebawah batang atas pohon adalah wilayah
penyerapan unsur-unsur hara ditanah oleh akar pohon, jadi jarak 4 x 5 m adalah
yang paling baik bagi pertumbuhan pohon jabon tetapi bisa juga menggunakan
jarak 4 x 4 m tergantung kondisi lahan, jabon dapat hidup pada tanah Alluvial
lembab (Pinggir sungai), Tanah liat, tanah lempung, podsolik coklat, tanah
daerah yang ada pasang surut, iklim basah dan tropis.
12.
13. CaraTanam:
Buka Lobang Lebar.40 x Panjang.40 x dalam 50 cm.(untuk bibit 40 - 50 cm) Lalu masukan Kompos + NPK 2,5 gr (campur) sebagai pupuk dasar diendapkan dilubang setinggi 30 cm (dapat langsung tanam / 3 - 7 hr kemudian baru tanam), kemudian masukkan bibit yang polibagnya sudah dibuka / disobek kedalam, dudukan yang benar / rata, lalu isi tanah kompos sebagai penutup akar dengan tanah setinggi 20 cm (jangan diterlalu dipadatkan),hingga tersisa lubang 10 cm sebagai kantong air.
Buka Lobang Lebar.40 x Panjang.40 x dalam 50 cm.(untuk bibit 40 - 50 cm) Lalu masukan Kompos + NPK 2,5 gr (campur) sebagai pupuk dasar diendapkan dilubang setinggi 30 cm (dapat langsung tanam / 3 - 7 hr kemudian baru tanam), kemudian masukkan bibit yang polibagnya sudah dibuka / disobek kedalam, dudukan yang benar / rata, lalu isi tanah kompos sebagai penutup akar dengan tanah setinggi 20 cm (jangan diterlalu dipadatkan),hingga tersisa lubang 10 cm sebagai kantong air.
14.
5.2 Pelaksanaan
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan
dari hasil praktikum dan pembahasan yang telah diuraikan pada Bab sebelumnya
maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1.
Pengendalian mutu merupakan salah satu
aktivitas dari perusahaan yang sangat perlu diperhatikan sehingga berperan
dalam mencegah terjadinya produk cacat sehingga produk yang dihasilkan sesuai
dengan standar yang ditetapkan perusahaan dan kebutuhan pelanggan.
2.
CV. Pratama Mandiri menerapkan
pengendalian mutu dengan melakukan pemeriksaan secara keseluruhan baik terhadap
bahan baku, proses produksi, maupun produk akhir serta pengoperasian mesin dan
tenaga kerja yang terampil.
3. Penetapan
ketentuan spesifikasi dan standar kualitas sangat penting dilakukan karena
dapat memberikan informasi untuk dipakai sebagai dasar bagi tindakan-tindakan
pengawasan dalam mempertahankan kualitas serta hal yang penting lagi adalah setiap adanya penyebab kerusakan setiap produk perlu
segera dilakukan evaluasi dan dilakukan perbaikan secara terus menerus.
6.2 Saran
Diharapkan dalam
pelaksanaan Praktik Umum/Magang berikutnya dapat diberikan akses ke Industri-industri
pengolahan kayu sehingga dalam melakukan praktikum akan lebih mudah dan lancar.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonymous. Special
profiles for pasific Island Agroforesty. www.traditionaltree.org
Source : James A.
Duke.1983. Handbook of Energy Crops. Unpublished. Samanea saman (jacq.) Merr.
Mimosaceae Rain tree. www.hort.purdue.edu
Label: makalah kehutanan