Minggu, 05 Agustus 2012

laporan magang pembibitan jabon



I.  PENDAHULUAN
1.1       Latar Belakang
Latar belakang keinginan saya mengambil judul tentang teknik Pembibitan Tanaman Trembesi dan Jabon adalah karena Keduanya merupakan jenis tanaman hutan yang bisa dimasukan juga ketanaman perkebunan yang sangat penting penting, baik sebagai sumber pendapatan, kesempatan kerja dan devisa, pendorong pertumbuhan ekonomi sentra-sentra baru di wilayah sekitar perkebunan Jabon dan Trembesi maupun pelestarian lingkungan dan sumberdaya hayati. Namun sebagai negara dengan luas areal terbesar dan produksi kedua terbesar dunia, Indonesia masih menghadapi beberapa kendala, yaitu rendahnya produktivitas, terutama karet rakyat yang merupakan mayoritas (91%) areal karet nasional dan ragam produk olahan yang masih terbatas, yang didominasi oleh karet remah (crumb rubber). Rendahnya produktivitas kebun karet rakyat disebabkan oleh banyaknya areal tua, rusak dan tidak produktif, penggunaan bibit bukan klon unggul serta kondisi kebun yang menyerupai hutan. Oleh karena itu perlu upaya percepatan peremajaan karet rakyat dan pengembangan industri hilir.
Kondisi agribisnis karet saat ini menunjukkan bahwa karet dikelola oleh rakyat, perkebunan negara dan perkebunan swasta. Pertumbuhan karet rakyat masih positif walaupun lambat yaitu 1,58%/tahun, sedangkan areal perkebunan negara dan swasta samasama menurun 0,15%/th. Oleh karena itu, tumpuan pengembangan karet akan lebih banyak pada perkebunan rakyat. Namun luas areal kebun rakyat yang tua, rusak dan tidak produktif mencapai sekitar 400 ribu hektar yang memerlukan peremajaan. Persoalannya adalah bahwa belum ada sumber dana yang tersedia untuk peremajaan. Di tingkat hilir, jumlah pabrik pengolahan karet sudah cukup, namun selama lima tahun mendatang diperkirakan akan diperlukan investasi baru dalam industri pengolahan, baik untuk menghasilkan crumb rubber maupun produk-produk karet lainnya karena produksi bahan baku karet akan meningkat. Kayu karet sebenarnya mempunyai potensi untuk dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan furniture tetapi belum optimal, sehingga diperlukan upaya pemanfaatan lebih lanjut.
Tujuan pengembangan karet ke depan adalah mempercepat peremajaan karet rakyat dengan menggunakan klon unggul, mengembangkan industri hilir untuk meningkatkan nilai tambah, dan meningkatkan pendapatan petani. Sasaran jangka panjang (2025) adalah: (a) Produksi karet mencapai 3,5-4 juta ton yang 25% di antaranya untuk industri dalam negeri; (b) Produktivitas meningkat menjadi 1.200-1.500 kg/ha/th dan hasil kayu minimal 300 3 m /ha/siklus; (c) Penggunaan klon unggul (85%); (d) Pendapatan petani menjadi US$ 2.000/KK/th dengan tingkat harga 80% dari harga FOB; dan (e) Berkembangnya industri hilir berbasis karet. Sasaran jangka menengah (2005-2009) adalah: (a) Produksi karet mencapai 2,3 juta ton yang 10% di antaranya untuk industri dalam negeri; (b) Produktivitas meningkat menjadi 800 kg/ha/th dan hasil kayu minimal 3 300 m /ha/siklus; (c) Penggunaan klon unggul (55%); (d) Pendapatan petani menjadi US$ 1.500/KK/th dengan tingkat harga 75% dari harga FOB; dan (e) Berkembangnya industri hilir berbasis karet di sentrasentra produksi karet.

1.2       Tujuan dan Kegunaan
            Tujuan dari praktik umum/magang ini yaitu untuk mengetahui jenis hama dan penyakit yang menyerang tanaman kemiri dan jati di  persemaian di CV. Pratama Mandiri di Desa Lolu, Kecamatan Biromaru, Kabupaten Sigi.
            Kegunaan dari praktik umum/magang ini yaitu untuk dijadikan sebagai bahan informasi tentang hama dan penyakit yang menyerang tanaman kemiri dan jati di persemaian.












II.  TINJAUAN PUSTAKA
2.1       Botani Tanaman Trembesi ( Albizia saman (jacq)
            Klasifikasi tanaman trembesi (Albizia saman (Jacq.)
Kingdom         :  Plantae
Divisio             :  Magnoliophyta
Kelas               :  Magnoliopsida
Ordo                :  Fabales
Famili              :  Fabaceae
Genus              :  Albizia
Spesies            : Albizia saman ( jacq)
             Ki hujan, pohon hujan, atau trembesi (Albizia saman (Jacq.) Merr. sinonim Samanea saman (Jacq.) Merr.) merupakan tumbuhan pohon besar, tinggi, dengan tajuk yang sangat melebar. Tumbuhan ini pernah populer sebagai tumbuhan peneduh. Pohon ini mempunyai beberapa julukan nama seperti Saman, Pohon Hujan dan Monkey Pod, dan ditempatkan dalam genus Albizia. Perakarannya yang sangat meluas membuatnya kurang populer karena dapat merusak jalan dan bangunan di sekitarnya. Namanya berasal dari air yang sering menetes dari tajuknya karena kemampuannya menyerap air tanah yang kuat serta kotoran dari tonggeret yang tinggal di pohon.
Albizia Saman adalah spesies pohon berbunga dalam keluarga kacang polong. Tumbuhan ini berasal dari Amerika tropik namun sekarang tersebar di seluruh daerah tropika. Di beberapa tempat bahkan dianggap mengganggu karena tajuknya menghambat tumbuhan lain untuk berkembang. Berdasarkan penelitian Hartwell (1967-1971) di Venezuela, akar Rain Tree dapat digunakan sebagai obat tambahan saat mandi air hangat untuk mencegah kanker. Ekstrak daun Rain Tree dapat menghambat pertumbuhan mikrobakterium Tuberculosis (Perry, 1980) yang dapat menyebabkan sakit perut. Rain Tree juga dapat digunakan sebagai obat flu, sakit kepala dan penyakit usus (Duke and Wain, 1981)
Ciri-Ciri Umum
Ciri Pohon
Albizia Saman dapat mencapai ketinggian rata-rata 30 - 40 m,lingkar pohon sekitar 4,5 m dan mahkota pohon mencapai 40 - 60 m. Bentuk batangnya tidak beraturan kadang bengkok, menggelembung besar. Daunnya majemuk mempunyai panjang tangkai sekitar 7-15 cm. Sedangkan pada pohon yang sudah tua berwarna kecekelatan dan permukaan kulit sangat kasar dan terkelupas.
Ciri Daun
Daunnya melipat pada cuaca hujan dan di malam hari, sehingga pohon ini juga di namakan Pohon pukul 5. Kulit pohon hujan ini berwarna abu-abu kecokelatan pada pohon muda yang masih halus. Sedangkan lebar daunnya sekitar 4-5 cm berwarna hijau tua, pada permukaan daun bagian bawah memiliki beludru, kalau di pegang terasa lembut.
Ciri Bunga
Pohon hujan berbunga pada bulan Mei dan juni. Bunga berwarna putih dan bercak merah muda pada bagian bulu atasnya. Panjang bunga mencapai 10 cm dari pangkala bunga hingga ujung bulu bunga. Tabung mahkota berukuran 3,7 cm dan memiliki kurang lebih 20-30 benang sari yang panjangnya sekitar 3-5 cm. Bunga menghasilkan nektar untuk menarik seranga guna berlangsungya penyerbukan.
Ciri Buah
Buah pohon hujan bentuknya panjang lurus agak melengkung, mempunyai panjang sekitar 10-20 cm, mempunyai lebar 1,5 - 2 cm dan tebal sekitar 0,6 cm. Buahnya berwarna cokelat kehitam-hitaman ketika buah tersebut masak. Bijinya tertanam dalam daging berwarna cokelat kemerahan sangat lengket dan manis berisi sekitar 5 - 25 biji dengan panjang 1,3 cm.
2.2       Botani Tanaman Jabon (Anthocephalus cadamba (Roxb.) Miq.)
            Di Indonesia Jabon dikenal sebagai kelempayan. Tanaman ini terdapat di pulau Jawa, Sumantera, Kalimantan, Sumbawa dan Irian Jaya. Tanaman yang termasuk famili Rubiaceae ini tumbuh baik pada ketinggian 0 – 1 000 m dpl, pada jenis tanah lempung, podsolik cokelat, dan aluvial lembab yang yang umumnya terdapat di sepanjang sungai yang beraerasi baik.
Jabon  adalah jenis pohon cahaya (light-demander)  yang cepat tumbuh. Pada umur 3 tahun tingginya dapat mencapai 9 m dengan diameter 11 cm. Di alam bebas, pohon Jabon pernah ditemukan mencapai tinggi 45 m dengan diameter lebih dari 100 cm. Bentuk tajuk seperti payung dengan sistem percabangan melingkar. Daunnya tidak lebat. Batang lurus silindris dan tidak berbanir. Kayunya berwarna putih krem sampai sawo kemerah-merahan, mudah diolah, lunak dan ringan. Jabon berbuah setahun sekali. Musim berbungannya pada bulan Januari-Juni dan buah masak pada bulan Juli-Agustus dengan jumlah buah majemuk per kg 33 buah. kadar air kayu jabon rata-rata 0,40 g/cm3 dengan rata-rata kadar air kayunya 17%. Menurut Hadjib dan Abdurachman (2009) kerapatan kayu jabon rata-rata 0,55 g/cm3 dengan kadar air rata-rata 16%. Secara umum nilai kerapatan tersebut sesuai dengan kisaran kerapatan untuk kayu jabon yang yaitu berkisar antara 0,29 g/cm3 sampai 0,56 g/cm3 dengan rata-rata 0,42 g/cm3. Mandang dan Pandit (1997)

Klasifikasi Jabon

Kerajaan  :Plantae
Divisi       :Spermatophyta
Kelas        :Magnoliopsida
Ordo         :Rubiales
Famili      :Rubiaceae
Genus      :Anthocephalus
Spesies     :Anthocephalus cadamba (Roxb.) Miq.
Penyebaran dan Tempat Tumbuh.
Distribusi alami di mulai dari india, Nepal dan India, menuju Thailand dan Indochina serta bagian timur Kepulauan Malaya hingga Papua Nugini. Tanaman ini telah di introduksi di Afrika serta Amerika Tengah dan mampu beradaptasi dengan baik. Di Indonesia, tanaman ini terdapat di pulau Jawa, Sumatra, Kalimantan, Sumbawa dan Irian Jaya. Merupakan tipikal tanaman pioner dan umum terdapat di hutan sekunder. Jenis yang memerlukan cahaya dan tidak toleran terhadap cuaca dingin. Pada distribusi alaminya, tanaman ini tumbuh baik pada ketinggian 0-1000 m dpl dengan rata-rata curah hujan lebih dari 1.500 mm/tahun, pada jenis tanah lempung, Podsolik coklat, dan aluvial lembab yang umumnya terdapat di sepanjang sungai yang beraerasi baik. Namun demikian jabon dapat pula tumbuh pada daerah kering dengan curah hujan sedikitnya 200 mm/tahun serta toleran pada kondisi air tergenang yang periodik.
Habitat
Selalu hijau. Di alam bebas pohon dapat mencapai tinggi 45 m dengan diameter lebih dari 100 cm, sedangkan batas bebas cabangnya mencapai hingga 25 m. Pada umur 3 tahun tingginya dapat mencapai 17 m dengan diameter 30 cm. Bentuk tajuk seperti payung dengan sistem percabangan melingkar dengan daun yang tidak lebat dengan panjang 13-32 cm. Bunga jingga berukuran kecil, berkelopak rapat, berbentuk bulat. Batang lurus silindris dan tidak berbanir. Kayunya berwarna putih krem sampai sawo kemerah-merahan.

2.3       Keterangan Umum Tentang Pembibitan
            Perkembangbiakan Rain Tree dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu pembibitan (metode yang biasanya digunakan), pemotongan dahan, ranting, batang dengan cara pencangkokan. Proses pembibitan untuk skala besar dapat menggunakan biji Rain Tree dengan cara :
  1. pembibitan biji tanpa perlakuan
perkecambahan biji akan tumbuh dengan baik sekitar 36-50% tanpa perlakuan. Perkecambahan biji yang tidak diperlakuan akan tumbuh di tahun pertama penyimpanan biji (Seed Storage)
  1. pembibitan biji dengan perlakuan
pembibitan biji dapat dilakukan dengan memberi perlakuan tertentu pada biji Rain Tree untuk mendapatkan hasil yang lebih baik dan lebih cepat. Ada 2 macam perlakuan (yang penulis ketahui) untuk mendapatkan hasil yang lebih baik yaitu :
memasukkan biji dalam air selama 1-2 menit dengan suhu 800C (1760F) dengan voluem air 5x lebih banyak dari volume biji, aduk biji kemudian keringkan. Rendam biji dalam air hangat dengan suhu 30-400 C (86-1040F )selama 24 jam. Metode ini akan membnatu perkecambahan biji 90-100%. (Craig and George, tanpa tahun). Skarifikasi biji (pengelupasan biji)akan tampak 3-5 hari setelah perlekuan dengan menyimpannya dalam tempat teduh dengan pemberian air yang konstan untuk membantu pertumbuhan biji.
Biji sudah siap untuk ditanam setelah perkecambahan. Saat iru panjang kecambah 20-30m. Bibit yang mempunyai diameter >10mm dapat lebih bertahan dari air hujan. Perkiraan ukuran bibit saat penanaman yaitu ketika mempunyai tinggi sekitar 15-30 cm (6-12 inci) dengan panjang akar sekitar 10 cm (4 inci) dan panjnag batang mencapai 20 cm (8 inci). Diamtaer batang dari bibit harus mencapai 5-30mm. Penanaman ini dapat dilakukan di pasir (tempat pembibitan) atau di tanam di polybag yang berukuran 10×20 cm dengan komposisi 3:1:1 (tanah:pasir:kompos).
Perawatan bibit diperlukan untuk menjaga bibit agar bisa tumbuh besar terutama dari serangan hama dan terpaan angin. Perawatan ini dilakukan sampai Rain Tree menjadi lebih tinggi dan siap untuk melindungi.
Hama tumbuhan adalah organisme yang menyerang tumbuhan sehingga pertumbuhan dan perkemabanganya terganggu. Hama yang menyerang tumbuhan antara lain tikus, walang sangit, wereng, tungau, dan ulat. Defenisi hama adalah semua organisme yang tergolong pada jenis serangga atau satwa yang dapat menimbulkan kerusakan pada biji, bibit, tanaman muda dan tua yang secara ekonis berarti sangat merugikan karena berada diatas ambang ekonomi (Natawiria, 1991).
Secara alamiah, sesungguhnya hama mempunyai musuh yang dapat mengendalikannya. Namun, karena ulah manusia, sering kali musuh alamiah hama hilang. Akibat hama tersebut merajalela. Salah satu contoh kasus yang sering terjadi adalah hama tikus. Sesungguhnya, secara ilmiah, tikus mempunyai musuh yang memamngsanya. Musuh alami tikus ini dapat mengendalikan jumlah populasi tikus. Musuhnya tikus itu ialah Ular, Burung hantu, dan elang. Sayangnya binatang – binatang tersebut ditangkapi oleh manusia sehingga tikus tidak lagi memiliki pemangsa alami. Akibatnya, jumlah tikus menjadi sangat banyak dan menjadi hama.
Penyakit tumbuhan sebagian besar disebabkan oleh interaksi antara aktivitas mikroorganisme dan inangnya. Penyebab penyakit (yang disebut patogen) dapat berupa virus, bakteri, fungi, atau tumbuhan tingkat tinggi. Penyakit tumbuhan juga dapat berupa factor lingkungan fisik/kimia baik tempat tumbuh maupun lingkungannya. Lebih dari satu penyebab seringkali berinteraksi atau bersama-sama menyebabkan penyakit pada tanaman.
Gejala penyakit dibagi menurut beberapa cara, dan terminology yang digunakan adalah luas. Pengelompokan dilakukan sesuai dengan yang dikemukakan oleh Brown (1997) yang membagi gejala menjadi empat kategori besar yaitu:
a.    Kematian dan kerusakan pada jaringan inang
b.    Kelayuan, tidak dapat tumbuh subur sderta gejala yang mengikuti
c.    Pertumbuhan dan pembelahan sel yang tidak normal, dan
d.   Perubahan warna jaringan inang menjadi lebih muda
2.3.2    Bentuk Kerusakan
            Suratmo (1978), bentuk kerusakan yang dapat ditimbulkan oleh suatu hama dan penyakit pada pohon atau tegakan hutan dapat dibagi sebagai berikut:
A.      Kerusakan langsung
1.    Mematikan pohon
2.    Merusak sebhagian dari pohon
3.    Menurunkan kualitas hasil-hasil hutan
4.    Merusak biji dan buah
B.       Kerusakan tidak langsung
1.    Merubah suksesi atau komposisi tegakan
2.    Menurunkan umur tegakan
3.    Menimbulkan kebakaran
4.    Mengurangi nilai keindahan
5.    Menimbulkan penyakit-penyakit dan hama baru
2.3.3    Faktor Penyebab Perkembangan Hama dan Penyakit Tanaman
            Penyakit tumbuhan sebagian besar disebabkan oleh interaksi anata aktivitas mikroorganisme dan inangnya. Penyebab penyakit (yang disebut patogen) dapat berupa virus, bakteri, fungi atau tumbuhan tingkat tinggi. Penyebab penyakit tumbuhan juga dapat berupa faktor lingkungan fisik/kimia baik tempat tumbuh maupun lingkunganny. Lebih dari satu pentebab seringkali berinteraksi atau bersaama-sama penyebabnya penyakit pada pohon penyusun hutan. Pohon-pohon di dalam hutan seringkali baru dapat diserang oleh patogen setelah menjadi lemah pertumbuhannya karena kondisi lingkungan yang tidak optimal. Penyimpangan kondisi lingkungan sendiri seringkali berpeluang  besar untuk menyebabkan penyakit pada pohon-pohon penyyusun hutan yang tumbuh dalam rentang waktu yang panjang.
            Suatu penyakit pada pohon penyusu hutan, dapat merupakan akibat dari,
1). Serangan patogen, misalnya fungi, bakteri, firus, atau nematoda,
2). Kondisi lingkungan yang tidak mendukung kehidupan tumbuhan,
3). Tidak adanya mikroorganisme simbiosis mutualisme pembentuk mikorisa atau bintil akar penambat nitrogen.
Pada tahun 1897 Anton de Bary, yang dikenal sebagai bapak mikologi modern, menggambarkan kata simbiosis sebagai hubungan  yang akrab dab secara terus menerus antara dua atau lebih mikroorganisme yang berbeda (Brown, 1997).


















III.  METODE PRAKTIKUM
3.1  Waktu dan Tempat
            Praktik umum/magang ini dilaksanakan dari bulan Desember sampai bulan Januari 2012.  Bertempat di CV. Pratama Mandiri, Desa Lolu, Kecamatan Biromaru, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah.

3.2       Alat dan Bahan
            Alat yang digunakan dalam praktik umum/magang ini yaitu alat tulis-menulis, buku panduan jenis hama/penyakit tanaman dan kamera. Sedangkan bahan yang digunakan yaitu berupa sampel plot tanaman kemiri dan jati.

3.3       Metode Praktikum
            Penelitian diawali dengan kegiatan pengamatan lapangan untuk mengetahui gejala dan bentuk serangan. Pengamatan dilakukan secra visual dengan menghitung persentase serangan. Persentase serangan dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
            Jumlah bibit yang diamati untuk setiap umur bibit adalah 200 bibit. Kriteria bibit terserang adalah apabila bagian bibit sudah terserang atau rusak walaupun tingkat serangannya kecil.
           

IV.  GAMBARAN UMUM LOKASI

4.1        Letak dan Luas
            Secara administrasi CV. Pratama Mandiri terletak di Desa Lolu Kecamatan Sigi Biromaru Kabupaten Sigi Propinsi Sulawesi Tengah. Luas areal CV. Pratama Mandiri yaitu 200 m2.  Perusahaan CV. Pratama Mandiri berbatasan dengan :
a.       Sebelah utara : Selokan Lolu
b.      Sebelah timur : Rumah Sdr. Muhammad Hanafi
c.       Sebelah selatan : Jl. Poros Lolu
d.      Sebelah barat : Jl. Poros Lolu
4.2       Prasarana Pembibitan
            Peralatan yang digunakan pada CV. Pratama Mandiri sebagai penunjang pelaksanaan adalah sebagai berikut :
            Tabel 1.  Peralatan Penunjang
No.
Peralatan
Jumlah
1.
Dap
1 Unit
2.
Selang
1 Unit
3.
Ember
5 Unit
4.
Sekop
3 Unit
5.
Cangkul
1 Unit

4.3       Tenaga Kerja
Tenaga kerja yang dipekerjakan pada perusahaan CV. Pratama Mandiri adalah  dari tenaga kerja lokal yang berada disekitar lokasi pembibitan. Jumlah tenaga kerja yang digunakan sebanyak.

4.4  Aksesbilitas
            Perusahaan CV. Pratama Mandiri dapat ditempuh dari Kota Palu ± 15 menit dengan menggunakan kendaraan roda dua dan roda empat serta memiliki jarak tempuh 5 Km ke arah selatan dari kota Palu.












 V.  HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1       Intensitas Serangan Hama dan Penyakit Pada Tanaman Kemiri
Setelah dilakukan pengamatan pada demplot uji klonal kemiri, maka ditemukan serangan/gangguan hama dan penyakit dengan intensitas seperti pada tabel 1. Jenis-jenis hama dan penyakit dengan tipe/gejala serangan serta dampak yang diakibatkannya terhadap tanaman selengkapnnya disajikan pada tabel 1.
5.1.1        Hama dan Penyakit Pada Tanaman Kemiri

5.1.2         
6.      II. TEKNIK BUDIDAYA
7.      CARA PENYEMAIAN BIJI BENIH JABON
8.     
Benih jabon ditabur pada media pasir halus Sebaiknya menggunakan wadah bak plastik yang telah dilubangi bagian bawahnya Penyiraman dilakukan memasukkan bak ke bak lain berisi air sehingga air merembes dari bawah Pengamatan dan pemberantasan terhadap penyakit perlu dilakukan karena rawan dumping off. Setelah daun berukuran 1 cm2 dipindahkan ke polybag yang telah diisi media (tanah: kompos= 2 : 1), 50% atau 65%.
9.       

10.PENANAMAN

11.  Perkebunan pada umumnya menggunakan jarak tanam yang direkomendasikan yaitu 4 x 5 m. jarak tersebut dapat memaksimalkan pertumbuhan dan perkembangan diameter batangnya, sebab radius lingkaran bayangan kebawah batang atas pohon adalah wilayah penyerapan unsur-unsur hara ditanah oleh akar pohon, jadi jarak 4 x 5 m adalah yang paling baik bagi pertumbuhan pohon jabon tetapi bisa juga menggunakan jarak 4 x 4 m tergantung kondisi lahan, jabon dapat hidup pada tanah Alluvial lembab (Pinggir sungai), Tanah liat, tanah lempung, podsolik coklat, tanah daerah yang ada pasang surut, iklim basah dan tropis.
12.   
13.  CaraTanam:
Buka Lobang Lebar.40 x Panjang.40 x dalam 50 cm.(untuk bibit 40 - 50 cm) Lalu masukan Kompos + NPK 2,5 gr (campur) sebagai pupuk dasar diendapkan dilubang setinggi 30 cm (dapat langsung tanam / 3 - 7 hr kemudian baru tanam), kemudian masukkan bibit yang polibagnya sudah dibuka / disobek kedalam, dudukan yang benar / rata, lalu isi tanah kompos sebagai penutup akar dengan tanah setinggi 20 cm (jangan diterlalu dipadatkan),hingga tersisa lubang 10 cm sebagai kantong air.
14.   

           
           

5.2  Pelaksanaan
           




VI.  KESIMPULAN DAN SARAN
6.1  Kesimpulan
            Berdasarkan dari hasil praktikum dan pembahasan yang telah diuraikan pada Bab sebelumnya maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1.      Pengendalian mutu merupakan salah satu aktivitas dari perusahaan yang sangat perlu diperhatikan sehingga berperan dalam mencegah terjadinya produk cacat sehingga produk yang dihasilkan sesuai dengan standar yang ditetapkan perusahaan dan kebutuhan pelanggan.
2.      CV. Pratama Mandiri menerapkan pengendalian mutu dengan melakukan pemeriksaan secara keseluruhan baik terhadap bahan baku, proses produksi, maupun produk akhir serta pengoperasian mesin dan tenaga kerja yang terampil.
3.      Penetapan ketentuan spesifikasi dan standar kualitas sangat penting dilakukan karena dapat memberikan informasi untuk dipakai sebagai dasar bagi tindakan-tindakan pengawasan dalam mempertahankan kualitas serta hal yang penting lagi adalah setiap adanya penyebab kerusakan setiap produk perlu segera dilakukan evaluasi dan dilakukan perbaikan secara terus menerus.

6.2  Saran
            Diharapkan dalam pelaksanaan Praktik Umum/Magang berikutnya dapat diberikan akses ke Industri-industri pengolahan kayu sehingga dalam melakukan praktikum akan lebih mudah dan lancar.

DAFTAR PUSTAKA

Anonymous. Special profiles for pasific Island Agroforesty. www.traditionaltree.org
Source : James A. Duke.1983. Handbook of Energy Crops. Unpublished. Samanea saman (jacq.) Merr. Mimosaceae Rain tree. www.hort.purdue.edu
W. Staples, George and R.E, Craig, Samanea saman (Rain Tree). Tanpa Tahun. www.agroforesty.net


  













 































 

Label: